Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

HUT ke 75 RI

Peringati HUT ke-75 RI, Projo Sulsel Gelar Dialog Bareng Nelayan Takalar

DPD Projo Sulsel menggelar dialog bersama warga pesisir pantai Soreang, Cikoang, dan Topejawan Kabupaten Takalar

Penulis: Abdul Azis | Editor: Suryana Anas
Projo Sulsel
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Projo Sulsel menggelar dialog bersama warga pesisir pantai Soreang, Cikoang, dan Topejawan Kabupaten Takalar, Minggu (1682020). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Projo Sulsel menggelar dialog bersama warga pesisir pantai Soreang, Cikoang, dan Topejawan Kabupaten Takalar, Minggu (16/8/2020).

Pertemuan bersama pengurus Projo Sulsel dan Takalar itu dilaksanakan di rumah sederhan milik salah seorang warga Soreang. Masyarakat yang hadir berprofesi sebagai nelayan, petani garam, dan rumput laut. Dialog tersebut dipandu Sekretaris Projo Takalar.

Acara berlangsung penuh kekeluargan dan keakraban, sehingga warga secara terbuka menyampaikan suka dan duka dalam mengarungi kehidupannya sebagai nelayan dan petani.

Ketua DPD Projo Sulsel Herwin Niniala menyatakan, sebagai ormas sudah menjadi kewajiban turun kelapangan melihat langsung dan mendengar keluhan warga. Apalagi Projo merupakan pendukung utama Presiden RI Jokowi.

“Bertemu warga, ngobrol, dan mendegarkan aspirasinya, salah satu bagian tugas organisasi ini,” katanya.

Setelah mendengar aspirasi mereka kata Herwin, ia akan meneruskan keluhan atau hambatan mereka ke DPP dan instansi-instansi terkait.

“Kita tidak boleh jalan sendiri-sendiri, menyelesaikan persoalan warga, mesti ‘dikeroyok’, sehingga ada solusi terbaik,” jelasnya.

Dalam pertemuan itu, terungkap beberapa faktor penyebab yang membuat mereka agak kesulitan mencapai target yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya lebih baik lagi.

Selama ini, hasil yang mereka dapatkan cukup memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Faktor utama, antara lain adalah belum adanya peralatan tangkap modern serta penyimpangan bahan baku modern, sehingga untuk bersaing dengan tengkulak sangat sulit.

Sementara bahan baku hasil laut misalnya, lanjut Herwin ikan dan kepiting cepat membusuk.

"Belum lagi soal sumber daya manusia, rerata nelayan dan petani kurang memahami penggunaan bantuan pemerintah berupa teknologi modern,” kata Ekha pendamping desa setempat.

Sementara Nurhadi (60) petani garam, berharap hasil produksi garam, bisa langsung dibeli pemerintah. Soalnya garam impor maupun dari propinsi lain turut bermain di pasar lokal.

“Produksi garam kami sekarang menumpuk dipinggir jalan, jarang ada pembeli, mereka sekarang memilih garam dari luar, yang ada di toko toko,” ujarnya.

Laporan Wartawan Tribun Timur, Abdul Aziz Alimuddin

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved