Irjen Pol Mas Guntur Laupe
Ada Kaitan dengan Pidato Presiden Soekarno, Ini Makna Nama Kapolda Sulsel Irjen Pol Mas Guntur Laupe
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Selatan, Inspektur Jenderal (Irjen) Polisi Mas Guntur Laupe mengungkap makna di balik namanya
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Selatan, Inspektur Jenderal (Irjen) Polisi Mas Guntur Laupe mengungkap makna di balik namanya.
Jenderal bintang dua kelahiran Pare-pare 23 Juli 1963 memiliki nama yang unik.
Nama depan yang memakai kata Mas identik dengan sapaan orang Jawa itu ternyata punya makna tersendiri bagi Mas Guntur Laupe.
Ialah sang ayah, Laupe, yang memberikan nama itu kepada Mas Guntur Laupe.
Arti dan makna nama Mas Guntur Laupe diungkap lulusan Akpol 1986 itu saat wawancara khusus dengan jurnalis Tribun-Timur di rumah jabatannya, Jl Mappaodang, Makassar, Rabu (12/8/2020) sore.
Berikut pertanyaan yang diajukan jurnalis Tribun-Timur kepada Irjen Pol Mas Guntur Laupe.
Apa sebenarnya makna dari nama Anda yang menggunakan kata mas, padahal anda adalah putra kelahiran Parepare?
"Jadi orang tua saya dulu kerja di Telkom Parepare, pada waktu itu pimpinannya adalah orang Jawa. Beliau tidak mau dipanggil pak oleh orang tua saya karena usianya hampir sama," kata Mas Guntur Laupe.
Sehingga dia (sang pimpinan Telkom Pare-pare) minta dipanggil mas. Nah begitu saya lahir dikasihlah nama depan Mas.
Nama Guntur sendiri?
"Kalau nama Guntur, jadi ceritanya ketika itu Presiden Bung Karno ketika itu berkunjung ke Mandai Maros. Beliau berpidato di sana, di media juga kan ramai pada waktu itu, ramai di radio RRI.
Beliau (Ir Soekarno) dalam sambutannya menyempatkan menyebutkan nama anaknya, termasuk Guntur. Sehingga, orang tua saya memberikan nama Guntur.
Lalu nama Laupe?
Terus nama Laupe, saya ambil nama itu ketika pendidikan di Magelang. Karena saya orang Bugis tapi pakai nama mas yang identik dengan orang (Jawa), lalu saya berpikir bagaimana supaya ada nama Bugisnya, maka saya lekatkan nama orang tua, Laupe di akhir nama saya.
Karena saya orang Bugis saya ingin lekatkan nama Bugis di nama saya," tutur Mas Guntur Laupe.
Kiat Sukses Ala Irjen Pol Mas Guntur Laupe
Sukses menjadi abdi Bhayangkari hingga menggapai puncak karier sebagai seorang jenderal, tentu menjadi dambaan setiap orang.
Seperti yang dirasakan, Kapolda Sulsel Irjen Pol Mas Guntur Laupe. Jenderal bintang dua itu lebih kurang 11 bulan menjabat sebagai kapolda di kampung halaman Sulawesi Selatan.
Tentu menjadi kebanggan tersendiri dapat mengabdikan diri di tanah leluhur.
Lalu apa rahasia sukses Irjen Pol Mas Guntur Laupe yang tidak lama lagi menjadi pendidik atau Widyaswara Utama TK I Sespim Lemdiklat Polri?
Berikut petikan wawancaranya.
Apa rahasia sukses Anda menjadi jenderal bintang dua di kepolisian?
"Yang jelas peran Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kita tidak bisa lepas dari itu, tapi tidak hanya doa kepada yang maha kuasa. Tapi juga ikhtiar untuk berupaya untuk meraih prestasi tersebut, karena kita kompetitif, cukup banyak persaingan," kata Mas Guntur Laupe.
Kata jenderal kelahiran Pare-pare 23 Juli 1963 itu, tidak ada puncak karier tampa kompetisi.
"Kalau kita tidak berkompetisi, kita tidak bisa meraih puncak dari karier kita. Contoh Sulsel, cukup banyak orang pintar di Sulsel, generasi penerus itu cukup banyak di sini. Cuman mereka kurang terpanggil dan kurang terorbit.
Barangkali kurang mendakat dengan pusatnya, pusat kekuasaan kita ada di Jakarta. Di sana banyak kantor, di sana pusat perputaran uang. Tidak hanya masuk politik ataupun pemerintahan, berbisnis pun itu berpusat di sana.
Ia pun mengajak generasi muda Sulsel untuk berkiprah di Jakarta.
"Oleh karena itu anak-anakku sekalian yang punya potensi mari kita ke daerah yang berpotensi sesuai bakat kita, pemerintahan, politik, ekonomi.
Kalau kita hanya jago kandang tidak maksimal. Oleh karena itu saya mengajak mencari prestasi di luar Sulsel.
Ayah dua orang anak ini pun mencotohkan kisa sukses para pelaut Bugis-Makassar yang nekat merantau di negeri orang.
Menurutnya, tidak sedikit perantau asal Sulsel yang meraih kesuksesan setelah berkompetisi di tanah rantau.
"Contoh misalnya dulu kakek nenek kita merantau, berlayar, untuk meningkatkan kualitas hidup melalui ekonomi.
Berlayar ke Kalimantan, sampai ke Malaysia, itukan upaya untuk mencari prestasinya karena bakatnya di situ untuk mencari rezeki.
Oleh karena itu, kita semua sudah sekolah, S1, S2, S3, bahkan ada yang meraih profesor, saya pikir jangan hanya berkarier di Sulsel, mari kita ke Jakarta yang perputaran uangnya itu banyak.
Harus itu kita lakukan. Buktinya sudah banyak senior-senior kita di Jakarta itu berhasil, karena itu tadi, jadi harus berani keluar, jangan hanya jago kandang.
Kalau kita hanya jago kandang, tidak maksimal.
Perputaran uang di Sulsel itu tidak terlalu banyak, tapi kalau di Jakarta itu sungguh luar biasa. Buktinya hampir semua suku ada di Jakarta.
Termasuk bugis, tapi menurut saya suku bugis masih kurang banyak. Jadi ayo kita ke sana.(Tribun-Timur/Muslimin Emba).