Bincang Kampus Tribun
Pandemi Covid-19, 2 Mahasiswa Indonesia di Luar Negeri Ini Merasa Sudah Beradaptasi
Seperti biasa, bincang kampus disiarkan langsung melalui channel Youtube dan Fanpage Facebook Tribun Timur.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Imam Wahyudi

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bincang Kampus kembali dihadirkan Tribun Timur secara virtual, Jumat (14/8/2020).
Seperti biasa, bincang kampus disiarkan langsung melalui channel Youtube dan Fanpage Facebook Tribun Timur.
Adapun tema yang diangkat salam Bincang Kampus yang kini memasuki seri #9 yakni "Kuliah di Luar & Dalam Negeri di Masa Pandemi".
Dipandu oleh Jurnalis Tribun Timur Munawwarah Ahmad, Bincang Kampus kali ini menghadirkan 3 narasumber.
Yakni Ihsan (Mahasiswa Melbourne University Australia), Ummu Rofikah (Mahasiswa Universitas Hasanuddin), dan Mursidin Amiruddin (Mahasiswa New Orleans University Amerika).
Mursidin Amiruddin mengatakan bahwa di awal-awal, dirinya merasa aneh harus tinggal di rumah terus.
"Alhamdulillah. Awalnya agak aneh. Tinggal di rumah lumayan pening, saya orang suka jalan," katanya.
"Tinggal di apartemen sebulan penuh, misalnya cuman sekali keluar untuk beli makanan. Lumayan pusing juga," sambungnya.
Namun, kata dia, perlahan-lahan dirinya merasa terbiasa dengan kondisi tersebut.
"Akhirnya terbiasa juga, apalagi sekarang sudah bisa keluar. Seperti ada yang hilang kalau keluar tanpa masker," katanya.
Hal sama juga dirasakan Ihsan. Mahasiswa Melbourne University Australia itu juga merasa sudah bisa beradaptasi.
"Karena sudah hampir 4 bulan lebih sejak pertama kali ditetapkan lockdown. Ya sudah biasa adaptasi sedikit," jelasnya.
Namun pandemi Covid-19 ini, kata dia, memiliki plus dan minus yang dirasakannya selama menjadi mahasiswa di luar negeri.
"Tapi kalau terlihat secara umum sebenarnya ada plus minusnya studi from home. Yang pertama kita punya waktu lebih banyak untuk mengerjakan tugas," katanya.
"Berkahnya, kalau kita kuliah secara online punya banyak waktu dan fleksibel untuk mengerjakan tugas itu," sambungnya.
Namun minusnya, kata dia adalah kurangnya kesempatan dia berkomunikasi langsung dengan ragam orang yang ada disana.
"Pengalaman yang paling bernilai sebenarnya bagaimana kita membangun dan berkomunikasi dengan ragam orang. Saya kehilangan kesempatan itu sebenarnya," katanya.