Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kabar Gembira buat Siswa, Mahasiswa, Guru, Dosen: Rp 7,8 Triliun untuk Paket Data Belajar Online

Kabar gembira buat siswa, mahasiswa, guru dosen: Rp 7,8 triliun untuk paket data belajar online.

Editor: Edi Sumardi
TELKOMSEL
Ilustrasi. Kabar gembira buat siswa, mahasiswa, guru, dosen: Rp 7,8 triliun untuk paket data belajar online. 

Video seorang pelajar yang mengkritisi kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi viral di sosial media.

Pelajar berseragam SMA ini mengaku, kendala mengenai sistem sekolah daring kurang lebih sama di berbagai penjuru Indonesia.

Di antaranya seperti kendala gadget, kuota, sinyal, hingga kerap mati lampu.

 Ia bercerita, temannya mengaku mendapat subsidi pulsa sebesar Rp 25 ribu, tetapi harga kuota internet di beberapa daerah sangatlah mahal.

Selain itu, ia mengaku pembelajaran secara daring kurang efektif, lantaran tidak adanya sosok guru yang mengawasi anak didiknya ketika belajar.

"Kita kurang efektif tidak seperti di sekolah. Di sekolah kita dipantau langsung sama guru. Guru itu kan digugu dan ditiru. Dan ada wacana saya lihat di berita, saya gak tahu ini benar apa enggak, bahwa PJJ ini akan dilaksanakan dengan permanen. Sedangkan kalau kita belajar cuma mau pintar, Google juga lebih pintar daripada sekolah," ujar sosok pelajar ini dalam videonya.

Saat dikonfirmasi, sosok pelajar bernama Syamil Shafa Besayef ini menuturkan, kritikan tersebut ia sampaikan kala menghadiri peringatan Hari Anak Nasional dan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI, pada Kamis (23/7/2020) lalu.

Ia termasuk satu di antara 21 pelajar yang ikut menghadiri secara langsung, kegiatan yang disaksikan 500 orang peserta se-Indonesia melalui virtual Zoom ini.

Terkait kritikannya yang menjadi viral, Syamil mempermasalahkan mengenai wacana soal PJJ akan dipermanenkan.

Pasalnya, ia merasa tidak akan ada lagi interaksi dengan sekolah, bila PJJ menjadi permanen.

"Saya mempermasalahkan wacana PJJ akan dipermanenkan karena seperti orang banyak kutip, Google lebih pintar dari sekolah. Tapi kalau dipermanenkan kita tidak ada interaksi dengan sekolah, kurang dapat karakter dari sekolahnya," ujar pelajar kelas 12 di SMAN 7 Jakarta kepada Tribunnews, Senin (10/8/2020).

Sosok Syamil Shafa Besayef, pelajar kelas 12 dari SMAN 7 Jakarta yang viral karena mengkritisi sistem belajar daring.

Sementara, fasilitas dan sarana penunjang pendidikan di masa pandemi ini belum banyak tercukupi.

Tidak hanya di pelosok negeri saja, bahkan di Ibukota seperti Jakarta pun, masih ada kendala terkait belajar online ini.

Misalnya, adanya orang tua dari tiga anak yang sama-sama belajar online, tetapi hanya memiliki satu gadget.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved