Tribun Maros
Intip Pembuatan Pakaian di Desa Sudirman Maros, Gunakan Bahan Alami
IRT di Kecamatan Tanralili, Desa Sudirman, Kabupaten Maros, mengkreasikan berbagai macam hasil alam ramah lingkungan.
Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Suryana Anas
TRIBUNMAROS.COM, TANRALILI - Sejumlah Ibu Rumah Tangga (IRT) di Kecamatan Tanralili, Desa Sudirman, Kabupaten Maros, mengkreasikan berbagai macam hasil alam ramah lingkungan.
Seperti dedaunan, dan kayu-kayuan, menjadi motif pewarna alami pada kain, san bahan kulit, dengan teknik bernama ecoprint.
Motif corak dedauanan ini dikembangkan menjadi produk fashion, yang memiliki nilai ekonomis.
Produksinya sendiri, langsung dilakukan di Kantor Desa Sudirman, dan dikelolah oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
"Ini sudah berjalan selama 3 tahun, dimana kami menerapkan teknik ecoprint untuk membuat motif batik," ujar Kepala Desa Sudirman, Lenni Marlina, Rabu (12/8/2020).
Adapun cara membuatnya menurut Lenni, pertama-tama, untuk membuat motif lembar dedaunan, pertama-tama dibutuhkan dua lembar kain yang tidak mengandung poliester.
Kemudian siapkan dedaunan berbagai macam bentuk, yang banyak mengandung zat tanin sebagai motifnya nanti.
Untuk pewarna kain, pihaknya menggunakan kayu seccang, kayu mahoni, dan kayu tegeran.
Agar warna dan serat dedaunan cepat menempel di kain, maka digunakan larutan tanin, atau cuka untuk membilasnya.
Proses pembuatannya pun cukup mudah, pertama gelarlah kain tenun yang telah dibilas, dengan larutan pewarna.
Lalu kain tersebut diletakkan di atas plastik besar, untuk selanjutnya ditempeli dedaunan sebagai motifnya.
Setelah selesai lalu ditutup dengan kain katun, yang telah direndam dan dibilas dalam larutan pewarna alami.
Setelah itu kain ditutup dan dilipat kecil, kemudian digulung bersama dua lembai kain tersebut, hingga terbungkus sedemikian rupa.
Kain yang telah dibungkus plaatik kemudian dikukus selama dua jam, hasilnya pun akan nampak saat dibuka.
Beragam motif dedauan dengan warnanya yang begitu natural tampak mencolok, dan menempel pada selembar kain yang siap dijadikan bahan pakaian dan aksesoris lainnya.
Tidak hanya kain yang bisa menjadi media untuk ecoprint, melainkan tas dan sepatu juga bisa.
"Untuk produk kreasi seperti kain sutera, dibandrol dengan harga delapan ratus ribu rupiah," jelasnya
Sementara untuk yang lainnya dipatok mulai dari Rp 50 ribu, sampai Rp 500 ribu. Dengan keuntungan mencapai Rp2 juta lebih sebulan.

Dalam sekali produksi, para IRT ini mampu menghasilkan puluhan produk, hasil karyanya pun tidak kalah modis dengan berbagai macam produk bermerk lainnya.
"Kalau pemasarannya sudah dipasarkan sampai keluar Sulawesi," terangnya.