Banjir Bandang Luwu Utara
Pemkab Luwu Utara Sebut Banjir Bandang Murni Kejadian Alam
Banjir bandang Sungai Masamba dan Sungai Radda pada 13 Juli 2020 lalu disebut murni kejadian alam.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Suryana Anas
TRIBUNLUTRA.COM, MASAMBA - Banjir bandang Sungai Masamba dan Sungai Radda pada 13 Juli 2020 lalu disebut murni kejadian alam.
Pernyataan ini disampaikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Luwu Utara, Sulawesi Selatan, dalam keterangan tertulisnya diterima TribunLutra.com, Senin (10/8/2020).
Pemkab menyebut, penyebab utama banjir bandang yang sudah menewaskan 38 orang akibat longsor di Gunung Lero dan Gunung Magandang.
"Salah satu lokasi logsoran di Gunung Magandang membentuk sudut hingga 90 derajat atau hampir tegak. Seluruh lokasi sumber dampak berada dalam kawasan hutang lindung," jelasnya.
Berikut 11 poin kesimpulan banjir bandang versi Pemkab Luwu Utara.
1. Bahwa kejadian longsoran sebagai pemicu utama seluruhnya berada dalam kawasan lindung.
2. Sejumlah titik yang selama ini diedarkan di media sosial tidak semuanya berada dalam Daerah Tangkapan Air (DTA) Sungai Masamba dan Sungai Radda.
Melainkan sebagian masuk dalam DTA Salu Maesa yang kemudian masuk ke
Salu Benuang dan bermuara di Sungai Rongkong.
3. Pengamatan lapangan dengan susur sungai menunjukan bahwa kerusakan dimulai dari kawasan lindung, banjir
merusak sungai, perubahan menjadi lebar dan dalam atau perubahan morfologi sungai.
4. Masih banyak kayu dan pohon yang terlihat di sepanjang sungai bagian hulu.
5. Masih terjadi potensi besar untuk susulan jika masih terjadi intensitas hujan cukup tinggi, hasil
pengamatan baik udara maupun susur sungai pemicu longsoran yang belum seluruhnya jatuh masih dapat
menjadi pemicu terjadinya longsor susulan.
6. Endapan purba yang terikut atau tergerus masih banyak di kedua sungai yang banjir bandang.
7. Terkait banyaknya kayu yang dijumpai sepanjang sungai kami juga melakukan wawancara kepada beberapa
warga beragam pendapat ada yang merasa heran karena masih menjumpai kayu yang diperjual belikan.
Ada juga yang menanggapi bahwa kayu itu jatuh sendiri dan kemudian masyarakat mengolahnya di
pinggiran sungai dan pada saat banjir hanyut bersama aliran deras.
8. Saat ini juga terjadi beberapa tempat warga mengolah kayu yang dianggap bagus.