Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Fakta Baru Ledakan di Lebanon, 2.750 Ton Amonium Nitrat yang Meledak Berasal dari Rusia

Kargo berisi 2.750 ton amonium nitrat tersebut disita pada tahun 2013 dari sebuah kapal asing yang berada di kawasan perairan Lebanon.

Editor: Ansar
AFP
Api berkobar dan asap mengepul usai terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/STR 

TRIBUN-TIMUR.COM - Terungkap fakta baru di Beirut Lebanon. Ledakan dahsyat tersebut akibat bahan kimia berbahaya.

Bahan kimia berbahaya yang diduga menjadi sumber dalam ledakan dahsyat itu, ternyata merupakan barang sitaan.

Kargo berisi 2.750 ton amonium nitrat tersebut disita pada tahun 2013 dari sebuah kapal asing yang berada di kawasan perairan Lebanon.

Bahan kimia yang sering digunakan untuk pupuk dan pembuatan bom tersebut kemudian di simpan di Hanggar 12 pelabuhan Beirut yang kini telah menjadi sebuah lubang kawah pasca-ledakan. 

Dilansir Al Jazeera, Rabu (5/8/2020), kargo amonium nitrat tersebut tiba di Lebanon pada September 2013.

KRONOLOGI Bayi 13 Bulan Tiba-tiba Menangis Kesakitan saat Disuapi Ibu, Lengan Kiri Tertembak

Suraida Hatta Kumpul Tim PKK Maros, Ingatkan Tugas-tugas Soal KB hingga Pecegahan Gizi Buruk Bayi

Tumpukan bahan kimia tersebut ditemukan di atas kapal kargo milik Rusia yang mengibarkan Bendera Moldova.

Kapal yang diberi nama Rhosus (menurut informasi dari situs pelacakan kapal, Fleetmon) tersebut, sedang dalam perjalanan dari Georgia ke Mozambik.

Menurut pengacara yang mewakili awak kapal, kapal pengangkut barang itu terpaksa berlabuh di Beirut setelah menghadapi masalah teknis di laut.

Namun, pihak berwenang Lebanon mencegah kapal itu berlayar lantaran dinilai melanggar aturan, dan akhirnya kapal itu ditinggalkan oleh pemilik dan awaknya.

Kargo berbahaya kapal tersebut kemudian diturunkan dan ditempatkan di Hanggar 12 pelabuhan Beirut, sebuah bangunan abu-abu besar menghadap jalan raya utara-selatan utama negara itu di pintu masuk utama ke ibukota.

Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 27 Juni 2014, direktur Bea Cukai Lebanon saat itu, Shafik Merhi mengirim surat yang ditujukan kepada "Hakim Masalah Mendesak" yang tidak disebutkan namanya, dan meminta solusi untuk kargo tersebut.

Pejabat bea cukai mengirim sedikitnya lima surat lagi selama tiga tahun ke depan pada 5 Desember 2014, 6 Mei 2015, 20 Mei 2016, 13 Oktober 2016, dan 27 Oktober 2017.

Badri Daher, direktur Bea Cukai Lebanon saat ini, mengatakan bahwa dalam surat tersebut, pihak Bea Cukai meminta panduan dan peringatan bahwa materi tersebut dinilai sangat berbahaya.

Mereka mengusulkan tiga pilihan, mengekspor amonium nitrat tersebut, menyerahkannya kepada Angkatan Darat Lebanon, atau menjualnya kepada Perusahaan Bahan Peledak Lebanon milik swasta.

Satu surat yang dikirim pada tahun 2016 mencatat "tidak ada jawaban" dari hakim untuk permintaan sebelumnya.

"Mengingat bahaya serius menyimpan barang-barang ini di hanggar dalam kondisi iklim yang tidak sesuai, kami menegaskan kembali permintaan kami untuk silakan meminta agen kelautan untuk mengekspor kembali barang-barang ini segera, untuk menjaga keselamatan pelabuhan dan mereka yang bekerja di situ, atau untuk melihat menyetujui untuk menjual muatan ini ke Perusahaan Bahan Peledak Lebanon," bunyi tulisan dalam surat tersebut.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved