Deretan Kisah Parpol yang Pecah Selama Era Jokowi, Mulai Golkar hingga Berkarya
Belakangan, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly memilih mengesahkan Partai Berkarya yang dipimpin Muchdi PR.
Namun akhirnya kubu Aburizal dan Agung sepakat untuk berdamai dan bersama-sama menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa pada pertengahan tahun 2016.
Dualisme kepemimpinan ini pun akhirnya berakhir pada 17 Mei 2016 setelah Setya Novanto terpilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar yang baru.
Setya Novanto pun membawa Golkar mendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
PPP
Perpecahan di PPP muncul sejak 2014, ketika Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Ketua Umum PPP saat itu, Suryadharma Ali, sebagai tersangka korupsi penyelanggaraan ibadah haji.
Pengurus Pusat yang diinisiasi Romahurmuziy atau Rommy sebagai sekretaris jenderal saat itu memecat Suryadharma.
Namun Suryadharma tak terima dan balik memecat Rommy.
Kubu Rommy kemudian menggelar Muktamar di Surabaya.
Hasilnya, Rommy terpilih sebagai ketua umum.
Berbeda dengan Suryadharma yang memilih oposisi, Rommy membawa PPP mendukung pemerintahan Jokowi-JK.
Namun, kubu Suryadharma juga menggelar Muktamar di Jakarta dengan Djan Faridz terpilih sebagai ketua umum.
Sejak saat itu, terjadi konflik berkepanjangan di tubuh PPP.
Meski telah melalui berbagai jalur hukum, kedua kubu masing-masing mengklaim sebagai pengurus yang sah.
Kendati demikian, pemerintah lebih memilih mengesahkan PPP yang dipimpin Rommy.
PPP Kubu Rommy juga yang diakui sebagai peserta pilkada 2017.