Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sejarah Hari Ini: Berakhirnya Konferensi Malino dan Dibentuknya Negara Indonesia Timur

Konferensi Malino adalah sebuah konferensi yang berlangsung pada tanggal 15 Juli - 25 Juli 1946 di Kota Malino, Sulawesi Selatan

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
KITLV
Jenderal H.J. van Mook duduk ditengah saat membuka Konferensi Malino. 

TRIBUNTIMURWIKI.COM- Sejarah Indonesia tak boleh luput dari ingatan.

Sejarah yang telah diukir oleh para pahlawan dengan segenap kekuatan untuk memerdekakan bangsa.

Tepat pada hari ini, 25 Juli 2020 sudah 74 tahun kita mengenal negara Indonesia bagian Timur.

Istilah tersebut lahir dari sebuah perkumpulan dan peremukan yang disebut Konferensi Malino.

Apa itu?

Dilansir dari berbagai sumber, Konferensi Malino adalah sebuah konferensi yang berlangsung pada tanggal 15 Juli - 25 Juli 1946 di Kota Malino, Sulawesi Selatan

Tujuannya adalah membahas rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia serta rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur.

Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost).

Konferensi Malino diselenggarakan oleh Letnan Gubernur Jenderal Van Mook yang bertujuan untuk membentuk negara-negara federal di daerah yang baru diserahterimakan oleh Inggris dan Australia kepada Belanda.

Konferensi Malino menghasilkan keputusan untuk membangun ketatanegaraan baru di wilayah Hindia Belanda dengan sistem Negara Indonesa Serikat.

Keputusan Konferensi Malino tersebut ditandatangani oleh Tjokorda Raka Sukawati, Nadjamoedin Daeng Malewa, RJ Mathekohy, A Asikin Noor, serta Sultan Hamid II.

Konferensi Malino 1

Dalam situasi politik yang tidak menentu di Indonesia, Belanda melakukan tekanan politik dan militer di wilayah Indonesia.

Tekanan politik dilakukan dengan menyelenggarakan Konferensi Malino.

Seperti yang sudah disinggung di atas, Konferensi Malino bertujuan untuk membentuk negara-negara federal di daerah yang baru diserahterimakan oleh Inggris dan Australia kepada Belanda.

Dengan adanya Konferensi Malino, Belanda berharap daerah-daerah tersebut akan mendukungnya dalam pembentukan negara federasi.

Di samping itu, Belanda juga terus mengirim pasukannya memasuki Indonesia.

Akibatnya, kadar permusuhan antara kedua belah pihak semakin meningkat.

Dalam Konferensi Malino ini istilah Irian pertama kali dikemukakan.

Tokoh yang mengemukakan istilah Irian adalah Frans Kaisiepo yang menurut bahasa lokal berarti “sinar yang menghalangi kabut”.

Istilah Irian diusulkan untuk mengganti istilah Papua yang konon memiliki konotasi negatif.

Papua berasal dari sebutan “papoa” yang berarti “si keriting”, sedangkan Irian juga kerap kali diartikan sebagai “Ikut RI Anti Netherland”. (5)

Konferensi Malino berlanjut ke Konferensi Denpasar pada 7 Desember 1946.

Di tengah Konferensi Denpasar, terjadi aksi pembantaian oleh Westerling di Timur Makassar.

Menurut Edwar Poelinggomang, peristiwa itu membuat takut para delegasi. “Jadilah keputusan membentuk negara Uni Indonesia-Belanda disetujui,” ujarnya.

Pada 24 Desember 1946 terbentuk negara federal pertama, Negara Indonesia Timur, yang mencakup seluruh Indonesia timur kecuali Papua.

Sukawati terpilih sebagai wali negara, sementara Nadjamoedin sebagai perdana menteri merangkap menteri perekonomian.

Konferensi Malino dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost).

Konferensi Malino 2

Pada intinya, keputusan Konferensi Malino adalah menyetujui usulan Belanda yang ingin membentuk negara-negara bagian menjadi sebuah federasi atau negara serikat di Indonesia.

Pada Konferensi Malino, para wakil delegasi setuju untuk membentuk negara federal dengan kepimpinanan Belanda.

Pada konferensi ini, Belanda juga membentuk Dewan Kepala-kepala Departemen (Raad van Departementshooden) yang diisi perwakilan dari negara-negara federal bentukannya.

Kepala Komisariat Umum Pemerintah untuk Kalimantan dan Timur Besar yang adalah Dr. W. Hoven.

Diangkat pula menjadi anggota luar biasa Dewan Kepala-kepala Departemen (Raad van Departementshooden) untuk urusan kenegaraan adalah Sukawati (Bali), Najamuddin (Sulawesi Selatan), Dengah (Minahasa), Tahya (Maluku Selatan), Dr Liem Tjae Le (Bangka, Belitung, Riau), Ibrahim Sedar (Kalimantan Selatan) dan Oeray Saleh (Kalimantan Barat), yang kemudian disebut dengan Komisi Tujuh.

Sementara itu, peraturan pembentukan negara-negara bagian diputuskan dalam konferensi berikutnya di Denpasar, Bali.

Sebelum itu akan dilangsungkan konferensi dengan wakil golongan minoritas di Pangkal Pinang, Pulau Bangka.(*)

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Malino

https://www.tribunnewswiki.com/2019/07/24/konferensi-malino-16-juli-25-juli-1946

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved