Banjir Bandang di Luwu Utara
BPBD Luwu Utara Dianggap Tidak Paham Penerapan Manajemen Bencana
Anggapan ini dilontarkan Direktur Macca Indonesia Foundation (MIND) Haeril Al Fajri, yang lima hari terakhir berada dilokasi bencana.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Sudirman
TRIBUNLUTRA.COM, MASAMBA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, dianggap tidak memahami penerapan manajemen bencana.
Anggapan ini dilontarkan Direktur Macca Indonesia Foundation (MIND) Haeril Al Fajri, yang lima hari terakhir berada dilokasi bencana.
Menurut Haeril, tidak adanya data dan buruknya manajemen distribusi logistik dan relawan merupakan sebagian kecil dari tidak mampunya Pemkab Luwu Utara dalam hal ini BPBD menerapkan manajemen bencana.
Hingga hari ke sembilan pasca bencana banjir bandang dan lumpur yang menimpah Luwu Utara, belum ada data mutakhir pengungsi.
Pendataan dan distribusi logistik masih amburadul serta data relawan masih sangat minim.
"BPBD ini tidak paham penerapan manajemen kebencanaan, mereka minim sekali data sehingga distribusi di lapangan tidak maksimal," tutur tokoh pemuda asal Desa Malangke.
Selain data yang menjadi hal sangat penting, saat ini Haeril juga mengungkapkan hasil pendataannya bersama tim di lapangan.
Bahwa akan terjadi pengurangan relawan dalam jumlah besar menjelang Hari Raya Idul Adha.
"Saya dan tim sudah mendata di beberapa posko relawan, baik dapur umum, relawan logistik maupun rescue. Mereka rata-rata akan meninggalkan lokasi bencana mulai kemarin tanggal 21 Juli hingga 28 Juli," ujar Haeril.
"Artinya sebelum Idul Adha banyak relawan yang akan cabut dari lokasi pengungsian. Pemerintah harus bisa mengantisipasi hal ini, karena masa tanggap darurat hingga 14 Agustus 2020," katanya.
Menurutnya, pembersihan material banjir bandang berupa lumpur masih membutuhkan keterlibatan banyak relawan.
"Kita masih butuh banyak relawan, tapi kalau tidak ada data mau buat apa? kecuali jika mau kerja sendiri," tutupnya
Laporan Wartawan TribunLutra.com, Chalik Mawardi