BSMI Sulsel
Tim Medis BSMI Sulsel Bagi Masker & Sosialisasi Covid-19 di Tenda Pengungsi Korban Banjir Luwu Utara
Kali ini tim BSMI Sulsel tidak hanya memeriksa kesehatan korban, tetapi juga menggiatkan sosialisasi bahaya penyebaran virus covid 19 yang berbahaya.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Arif Fuddin Usman
TRIBUN-TIMUR.COM, MASAMBA - Tim Medis BSMI Sulsel Bagi Masker dan Sosialisasi Pandemi Covid di Tenda Pengungsi Korban Banjir Luwu Utara.
Memasuki hari ke-7 aksi kemanusiaan pasca bencana banjir Luwu Utara, Bulan Sabit Merah Indonesia / BSMI Sulsel menurunkan tim medis ke tenda-tenda pengungsi korban banjir di beberapa desa.
• Cegah Penularan Penyakit Pasca Banjir, Relawan BSMI Sulsel Periksa Kesehatan Warga dan Bangun MCK
• Bencana Banjir Masamba & Luwu Utara Zona Merah Covid-19, BSMI Sulsel Tetap Bekerja Demi Kemanusiaan
Kali ini tidak hanya memeriksa kesehatan korban, tetapi juga menggiatkan sosialisasi bahaya penyebaran virus covid 19 yang berbahaya.
Salah satu lokasi yang didatangi adalah tenda pengungsian di Panampung, Desa Meli, Kecamatan Baebunta, Luwu Utara.
Selama sosialisasi, Tim Medis BSMI yang dipimpin Ketua BSMI Luwu, Sul Arrahman, juga membagikan masker pelindung standar ke pengungsi yang terkonsentrasi di tenda-tenda sementara.
Menurut Sul Arrahman, giat sosialisasi bahaya Covid mulai dilakukan BSMI karena Luwu Utara masih menjadi salah satu daerah terpapar Covid.
Posko pengungsian juga rawan karena populasi orang yang terkonsentrasi dan berdesakan dalam satu tenda.
“Kita tahu sampai saat ini Sulawesi Selatan, termasuk Luwu Utara yang kini ditimpa bencana ini, masih memiliki catatan dalam masalah pandemi Covid 19.
• BSMI Luwu Gandeng 12 Organisasi Kepemudaan Relawan Covid-19, Kampanye 1 Juta Masker di 6 Kecamatan
• BSMI Bagi 600 Paket Sembako Bantuan Yayasan Kalla ke Warga Makassar Terdampak Wabah Virus Corona
"Karena itu kita tingkatkan sosialisasi sejak hari ke tujuh ini. Kita minta pengungsi tetap waspada Covid, hindari berkerumun kalau tidak begitu penting.
"Tentu tidak sekadar sosialisasi, tim medis juga tetap melakukan pemeriksaan kesehatan dan membagikan masker ke setiap pengungsi”, jelasnya.
Selain itu, banyaknya relawan yang masuk ke daerah bencana juga dikhawatirkan menambah potensi penyebaran karena menambah volume kerumunan orang.
“Kita mengapresiasi dan berterima kasih kepada setiap relawan yang peduli dan terjun langsung dalam penanganan bencana ini," jelas Sul yang diminta sebagai koordinator lapangan Posko 2 BSMI di lokasi bencana, Desa Radda, Kecamatan Baebunta, Luwu Utara..
"Dan, kita berharap para relawan juga tetap memperhatikan protokoler Covid dalam bekerja, seperti menggunakan masker dan kaos tangan,” tambah Sul.
Rawan Penyakit
Berdasarkan catatan BSMI dari berbagai bencana yang terjadi di Indonesia sebelumnya, biasanya pasca bencana sangat rawan penyakit.
Penyakit yang kerap muncul pasca bencana seperti ispa, diare atau amebiasis, asma, liptopirosis, gastritis, trauma, luka lecet dan memar, fraktur tulang, dan lain sebagainya.
Selain sosialisasi dan bagi masker, dalam kampanye bahaya Covid ini, tim kemanusiaan BSMI untuk Luwu Utara menyerahkan pula alat pelindung diri (APD) kepada tim Basarnas di posko BPDB di lokasi bencana.

“Jumlahnya tak banyak, kami hanya berharap walau sedikit, perhatian seperti itu bisa memotivasi rekan-rekan relawan dalam menjalankan tugasnya”, harap Sul.
Di hari ke tujuh misi kemanusiaannya di Luwu Utara, di samping sosialisasi bahaya Covid, BSMI juga masih melanjutkan kegiatan rescue.
Kegiatan ini dilakukan bersama relawan lainnya dalam pencarian korban hilang, dan pembersihan sisa banjir di beberapa lokasi terdampak.
Tim Rescue BSMI bersama relawan lain yang dikomandoi Basarnas menelusuri Daerah Aliran Sungai Masamba (Salu Kula) dan Radda yang merupakan pusat bencana.
Berdasarkan data Basarnas, hingga hari ke tujuh pasca banjir, masih terdapat 9 (sembilan) orang yang masih dalam pencarian atau belum terkonfirmasi selamat dari bencana.
Program Sanitasi dan Dapur Umum
Hari ketujuh, situasi di beberapa desa terdampak banjir masih belum pulih.
Meski tak ada lagi banjir susulan, keadaan rumah-rumah warga belum dapat dihuni karena masih tertimbun pasir bercampur lumpur setinggi 2 hingga 4 meter.
Sebagiannya bahkan hancur tak bersisa diterjang banjir pada 13 Juli 2020 malam.
Infrastruktur jalan sebagai akses menuju desa-desa terdampak juga mengalami rusak parah.
Keadaan ini dapat disaksikan pada jalan menuju dusun Petambua di Desa Radda, dan Desa Meli, Kecamatan Baebunta.
Begitupula akses ke desa di bagian dalam pegunungan Kecamatan Masamba seperti Desa Maipi.
Perbaikan pada kerusakan ini tampaknya akan memakan waktu lama.
Menghadapi situasi ini, relawaman kemanusiaan BSMI mulai membuka program kebersihan lingkungan pengungsi atau sanitasi dan membuka dapur umum untuk pengungsi.
Dalam program sanitasi BSMI mengutamakan pembuatan MCK sementara yang layak bagi pengungsi.
Evaluasi masalah sanitasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah pada Minggu 19 Juli 2020, menjadikan MCK buatan BSMI sebagai percontohan bagi relawan mereka.
MCK dan air bersih adalah beberapa masalah di antara sekian yang mendesak dibutuhkan pengungsi saat ini.
Selain BSMI, bantuan dari relawan-relawan lainnya juga diarahkan pada program tersebut.
“Berdasarkan hasil report kita, ada banyak kebutuhan pengungsi, seperti sembako, pakaian ganti yang layak, selimut atau sarung karena orang di sini keliatan suka pakai sarung, popok dan susu untuk bayi, bahan medis atau kesehatan, dan lain-lain.
Tak kalah krusialnya, pengelolaan limbah, MCK dan penampungan air bersih. Hal ini sangat terkait dengan kesehatan pengungsi yang rawan terjangkit penyakit,” terang Nurlaeli, ketua Posko 2 relawan BSMI.
Pengurus BSMI Luwu Utara itu juga menambahkan, masa pengungsian yang diprediksi lama, mendorong pula BSMI mendirikan dapur umum.
Tepatnya di posko BSMI, Masjid Muhajirin, Perumahan Kelapa Gading, Desa Radda.
“Dari posko kami didistribusikan ke lokasi pengungsian. Jumlah ratusan paket setiap harinya.
Alhamdulillah, donasi dari masyarakat benar-benar bermanfaat dan membantu pengungsi.
"Termasuk untuk konsumsi bagi pengungsi yang benar-benar tak lagi memiliki harta benda akibat banjir.
"Kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Tanpa bantuan donatur, kami sebagai relawan tidak akan dapat bekerja maksimal untuk korban,” tambahnya.
Dirikan Posko Komando di Makassar
Untuk mendukung kerja relawan kemanusiaan BSMI di lokasi bencana banjir Luwu Utara, terhitung sejak 20 Juli 2020, BSMI Sulsel mendirikan posko Komando BSMI di Kota Makassar.
Keputusan ini dilakukan berdasarkan kondisi kerusakan yang disebabkan banjir di lokasi, masing-masing di daerah sepanjang daerah aliran sungai Masamba.
Termasuk Kota Masamba dan daerah di aliran sungai Radda seperti Desa Meli, Dusun Petambua, dan Desa Radda itu sendiri. Begitu pula pada beberapa desa yang dilalui aliran Sungai Ronkong.
“Tampaknya, pemulihan pasca banjir di beberapa lokasi terdampak di Luwu Utara yang akan memakan waktu tak sedikit.
"Ada banyak kerusakan yang harus dibenahi oleh pemerintah setempat. Dan, tenaga relawan tentu sangat dibutuhkan pula di sana.
"Karena itu kami mendirikan Posko Komando di Makassar untuk memudahkan para donatur menyalurkan bantuannya ke Luwu Utara.
"Menyokong kegiatan kemanusiaan rekan-rekan relawan di sana yang diprediksi berlangsung lama juga,”terang Basri Mahmud, Ketua BSMI Sulsel.
Ia menambahkan, posko Komando BSMI Sulsel beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan KM 8, Kompleks Ruko Puri Tamansari B/5.
Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi untuk membantu dan mengurangi beban korban banjir di Luwu Utara, dapat menyalurkan bantuan melalui kami,”tukasnya.
Barang yang dibutuhkan menurut Basri seperti sarung atau selimut, popok bayi, peralatan mandi seperti sabun, pasta dan sikat gigi, susu untuk bayi, dan lainnya.
“Berupa barang seperti itu bisa datang langsung ke posko komando. Sementara yang mau menyalurkan dana bantuan, bisa melalui rekening No.rek BNI/BNI Syariah 0998882779 Bulan Sabit Merah Indonesia Sulawesi Selatan. Konfirmasi melalui WA 0852-5600-0955,” jelasnya. (*)