Bencana Banjir Masamba
Awas, Pakar Kesehatan Unhas Ingatkan Potensi Ledakan Corona di Luwu Raya. Ini 6 Pemicunya
Korban bencana banjir Masamba semakin banyak disertai penanganan korban seadanya, maka potensi besar terjadinya penularan corona sangat besar.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Awas! Penyebaran kasus covid-19 di wilayah Luwu Raya pascabencana banjir bandang yang menimpa Masamba, Kabupaten Luwu Utara, berpotensi mengalami peningkatan yang signifikan.
Potensi bahaya itu disampaikan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) Prof Dr Ridwan Amiruddin SKM MKes MSc PH melalui whatsApp ke tribun-timur.com, Senin (20/7/2020) pagi.
Peringatan itu mencermati data trend covid-19 wilayah Luwu Raya (Kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Timur dan Luwu Utara) yang angka pertumbuhan kasusnya sekitar 0.5-1.2.
Potensi bergeraknya kasus covid-19 meningkat signifikan terbuka lebar.
• BREAKING NEWS: Ada Truk Terperosok di Jalur Alternatif, Akses Jalan di Masamba Luwu Utara Putus
Ridwan yang juga Ketua Tim Konsultan Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-19 Provinsi Sulawesi Selatan itu memaparkan ada beberapa trigger peningkatan kasus tersebut.
1. Kondisi awal covid-19 di wilayah Luwu Utara sudah terbentuk sebelumnya per tanggal 18 Juli tercatat 41 kasus.
Angka tersebut cukup tinggi. Sementara pekan sebelumnya masih rendah dengan pertumbuhan yang terkendali Rt di bawah nol. (0.5-0.9)
2. Begitu juga dengan wilayah Luwu, Luwu Timur dan Kota Palopo.
Wilayah tersebut memiliki pergerakan kasus yang berluktuasi relatif terkendali juga dengan pertumbuhan kasus pekan ini sekira 0.5-1.26.
3. Melihat pergerakan populasi ke wilayah bencana dengan berbagai kepentingan yang bersifat urgen.
Dengan dalih sebagai relawan dll, begitu banyak volunter dari wilayah epicentrum Makassar dan kota lain yang akan melewati beberapa kabupaten/kota menuju pusat bencana.
Tentu saja tidak sedikit di antara mereka akan berinteraksi dengan banyak orang yang terkadang dengan protokol kesehatan yang terbatas.
4. Bencana banjir bandang Masamba ini memaksa ribuan warga mengungsi ke wilayah yang lebih aman.
Laporan tim relawan menunjukkan tenda-tenda pengungsian sementara sangat terbatas. Padat sehingga sulit menjaga jarak.
Hal ini diperparah karena sarana air bersih untuk mandi cuci dan kakus (MCK) yang sangat minim.
Sehingga potensi trasmisi penyakit menular termasuk covid-19 sangat besar peluangnya.
5. Evakuasi korban banjir yang dilakukan oleh petugas maupun warga menunjukkan penanganan yang bersifat darurat dengan alat pelindung diri (APD) sangat minim.
Dengan jumlah korban yang semakin banyak disertai penanganan/evakuasi korban seadanya maka potensi besar terjadinya transmisi penyakit termasuk covid-19 sangat besar.
6. Kondisi bencana banjir bandang tersebut mengalihkan perhatian petugas atau bahkan beberapa petugas sendiri yang telah menjadi korban, sehingga beberapa pekan ke depan potensi peningkatan kasus terlapor akan mengalami trend peningkatan.
Dengan beberapa trigger itu, analisis kerentanan kebencanaan menunjukkan potensi ledakan beberapa masalah sosial dan kesehatan masyarakat perlu diwaspadai.
"Untuk itu diharapkan Pemerintah setempat segera bangkit dan menata kembali kotanya dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan provinsi serta pemda tetangga," jelas Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Pusat ini.
Karena itu, Ridwan mewanti-wanti agar seluruh relawan yang sudah berjibaku mengevakuasi korban baik yang meninggal maupun yang mengungsi sedapat mungkin tetap disiplin menjaga kondisi fisik dan protokol kesehatan.
Sangat tidak diharapkan relawan yang dengan tujuan mulia membantu korban yang akhirnya menjadi korban karena kelalaian yang seharusnya tidak perlu terjadi.
"Jadi tetap waspada pandemi covid-19 pascabencana dengan memerhatikan protokol kesehatan di lokasi bencana," pesan Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Sulawesi Selatan ini.
Seperti diberitakan media ini, banjir yang membawa sedimen lumpur yang melanda Luwu Utara terjadi Senin (13/7/2020) malam.
Terparah melanda Radda Baebunta dan Masamba, ibu kota Lutra.
Hingga kemarin, telah ditemukan 36 korban meninggal.
Bencana alam ini juga mengakibatkan puluhan orang terluka dan belasan warga lainnya masih dalam pencarian.
Ribuan warga mengungsi ke beberapa posko.
Ratusan relawan dari berbagai organisasi juga telah berdatangan membawa bantuan untuk para korban di lokasi bencana dan pengungsian.
Hingga kini bantuan terus diharapkan sesuai kebutuhan pengungsi.
Di antaranya suplai air bersih, listrik, selimut, bahan makanan, terpal, tenda, penpers, pembalut, sarung, pakaian orang dewasa hingga anak-anak, pembalut, maupun obat-obatan. (jm)