Jangan Percaya! Viral Video 'Rekaman Satelit Banjir Bandang Masamba Luwu Utara', Begini Faktanya
Jangan percaya! Ada video viral 'Rekaman Satelit Banjir Bandang Masamba Luwu Utara', begini faktanya.
TRIBUN-TIMUR.COM - Jangan percaya! Ada video viral 'Rekaman satelit banjir bandang Masamba Luwu Utara', begini faktanya.
Sedang viral, video diklaim sebagai detik-detik jelang terjadinya banjir bandang di Masamba dan sekitarnya, Kabupaten Luwu Utara ( Lutra ), Sulawesi Selatan ( Sulsel ).
Video tersebut viral di media sosial, utamanya Facebook.
Dalam video terlihat longsor di lereng gunung, lalu materialnya terbawa air hingga menyapu rata kawasan.
Video dengan narasi banjir bandang di Masamba itu mulai beredar luas, Selasa (14/7/2020) siang, sedangkan banjir bandang terjadi pada Senin (13/7/2020) malam.
Diklaim pula, jika video merupakan hasil rekaman atau pencitraan dari satelit.
Berdasarkan pantauan, puluhan ribu shares di Facebook telah dihasilkan karena visualisasi dan narasi disematkan.
Admin akun yang mengunggah video tersebut disertai keterangan yang menyebut jika itu merupakan detik-detik terjadinya banjir bandang di Tana Luwu.
Admin akun Facebook Kamaruddin Kama menulis keterangan, "Kejadian masamba dg rekaman satelit."
Video di-posting Kamaruddin Kama telah di-share lebih dari 7 ribu kali.

Ada juga video di-posting admin akun Subaedahshop dengan keterangan, "Allahu Akbar semua Atas kehendakMu Kejadian banjir bandang di masamba diambil dari satelit semua terlihat kecil dimata Allah."

Turut pula admin akun Hasan Wawo, dengan keterangan, "rekaman satelit banjir Masamba,...
#subhanallah....."

Betulkah video di atas merupakan detik-detik saat terjadinya banjir di Masamba?
Betikut penjelasannya.
Pertama, video di atas merupakan hasil potongan sebagaimana terlihat di watermark.
Tertulis sebagai watermark di bagian kanan bawah "Clideo.com.
Clideo merupakan aplikasi pemotong video secara online.
Itu artinya, jelas jika video di atas merupakan hasil potongan, bukan video asli yang utuh.
Kedua, telah terjadi misleading (informasi menyesatkan).
Video tersebut sesungguhnya bukanlah video detik-detik terjadinya banjir bandang di Masamba.
Berdasarkan hasil penelusuran Tribun-Timur.com, sebuah channel di YouTube bernama Qohar 'KOKOH' Tak Tertandingi mengunggah video berjudul 'Sebuah Animasi - BANJIR BANDANG' sejak 9 tahun lalu.
Separuh isi dari video tersebut ternyata serupa dengan video yang diklaim sebagai video dari satelit yang menunjukkan detik-detik terjadinya banjir bandang di Masamba.
Di channel YouTube Indra Rianza pada 29 Maret 2019 diunggah video berjudul 'ILUSTRASI Banjir Bandang Sentani 16 Maret 2019 | Banjir Jayapura 2019', dimana sebagian isi video serupa dengan di atas.
Demikian pula dengan video diunggah di channel Mukun Channel, setahun yang lalu.
Silakan tonton 3 video di atas.
Dapat disimpulkan jika informasi yang disampaikan admin akun Facebook Kamaruddin Kama, Subaedahshop, dan Hasan Wawo menyesatkan atau misleading sehingga tak boleh dipercaya.
Video di atas hanyalah video animasi yang menjelaskan proses terjadinya banjir bandang seperti yang melanda Masamba dan sekitarnya.
Bukan detik-detik terjadinya banjir bandang di Masamba.
Penjelasan Akademisi Unhas
Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin Prof Dr Eng Ir Adi Maulana menulis melalui akunnya di Facebook terkait dengan analisa penyebab banjir bandang di Masamba dan sekitarnya.
Diduga dipicu maraknya pembukaan lahan di wilayah pegunugan Luwu Utara.
Sebagian hutan telah dibabat, lalu kini menjadi menjadi kebun sekaligus wilayah pemukiman.
Akibatnya tempat untuk mampu menampung air hujan tak ada lagi.
Berikut selengkapnya tulisan Adi Maulana.
"Duka untuk Masamba
Baru saja terjadi, bencana banjir besar di daerah Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Pusat Studi Kebencanaan UNHAS telah melakukan kajian tentang potensi bencana, terutama bencana banjir di seluruh daerah di Sulawesi Selatan sejak tahun 2017.
Hasilnya, pada tahun 2019, peta potensi bencana di Sulawesi Selatan di publish di Journal of Physic.
Salah satu daerah yang berpotensi banjir dengan tingkat resiko tinggi adalah daerah Luwu Utara, khususnya daerah Masamba dan sekitarnya.
Daerah Masamba dan sekitarnya merupakan daerah pedataran yang sangat luas, terbentuk dari proses erosi dan sedimentasi selama ribuan bahkan jutaan tahun.
Menempati luas areal sekitar 50 km x 30 km, pedataran ini disusun oleh material alluvial, dengan sumber dari batuan berupa material-material yang berasal dari pegunungan di bagian utara, timur dan baratnya.
Di bagian utara dan baratnya, di dapati pegunungan yang disusun oleh Formasi Kambuno, berupa batuan dengan komposisi granitik sampai dengan dioritik, sementara dibagian timurnya disusun oleh pegunungan dengan komposisi batuan metamorfik dari Kompleks Pompangeo.
Kondisi morfologi daerah ini bagaikan cekungan kecil, yang diapit oleh pegunungan dibagian utara, timur dan barat dan dibatasi oleh Teluk Bone dibagian selatannya.
Terdapat setidaknya 3 sungai besar dan beberapa sungai kecil yang mengalir memotong daerah pedataran luas ini dari utara ke selatan. Sungai-sungai ini terbentuk oleh akibat patahan-patahan atau sesar sekitar Pliosen atau 2 juta tahun yang lalu.
Patahan-patahan ini terjadi akibat proses tektonik pembentukan Pulau Sulawesi.
Sejalan dengan waktu, patahan-patahan tersebut membentuk aliran sungai.
Di daerah hulu, proses pelapukan sangat intens terjadi. Hal ini dibuktikan dengan tebalnya soil atau tanah tutupan yang mencapai 5-7 m.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh UNHAS menemukan ketebalan soil bisa mencapai 8 meter dititik tertentu. Banyaknya aktifitas pembukaan lahan-lahan untuk perkebunan dan pemukiman yang tidak terkontrol di wilayah pegunungan atau hulu sungai menyebabkan terjadinya proses erosi yang sangat signifikan, dan akibatnya terjadi proses sedimentasi pada sungai yang tinggi.
Kondisi ini menyebabkan kondisi sungai secara umum terganggu.
Pembukaan lahan menyebabkan tanah menjadi rentan terhadap erosi permukaan, dan menyebabkan berkurangnya vegetasi.
Akibatnya tanah dibagian hulu menjadi jenuh dan tidak mampu lagi untuk menyerap air hujan dengan baik (presipitasi menjadi semakin berkurang).
Terbukanya lahan juga menyebabkan proses erosi semakin tinggi dan menghasilkan tumpukan material sedimen yang semakin besar yang mengisi saluran sungai dan terendapkan pada dasar sungai, menjadikan kapasitas atau volume sungai menjadi berkurang/terjadi pendangkalan.
Kondisi ini menyebabkan Ketika terjadi hujan deras dalam waktu yang singkat, maka banjir akan terjadi. Banjir terjadi dengan cepat, atau yang sering disebut dengan banjir bandang.
Semoga bencana ini segera berlalu, dan tidak ada korban jiwa.
Penanganan banjir di daerah ini memerlukan sinergi dari semua stakeholder, terutama dinas teknis terkait.
Tanpa adanya sinergi, akan sangat sulit mengatasi banjir yang kedepannya akan semakin sering terjadi.
Semakin ekstrim nya curah hujan akibat perubahan musim global, ditambah dengan alih fungsi lahan yang semakin tidak terkontrol mengakibatkan kejadian banjir bandang akan terus semakin sering dengan intensitas semakin besar.
Diperlukan kerja keras dan kerja cerdas semua pihak tanpa ada yang saling menyelahkan.
Semua pihak, baik propinsi maupun kabupaten yang di dukung oleh pemerintah pusat di dukung oleh masyarakat diharapkan dapat saling bekerjasama untuk mengatasi bencana ini.
Jika tidak, maka kejadian akan terus berulang.
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/1341/5/052004/meta."

21 Meninggal Dunia
Kepala Kantor Basarnas Makassar Mustari mengatakan, korban jiwa akibat banjir bandang di Masamba sudah mencapai 21 orang.
“Kemarin tim menemukan lima jenazah, sehingga jumlah korban meninggal dunia mencapai 21 orang,” kata Mustari saat dikonfirmasi, Kamis (16/07/2020) sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Selain itu, kata Mustari, petugas sedang melakukan pencarian terhadap 2 warga yang dinyatakan hilang.
“Pagi ini kami tim gabungan akan melakukan pencarian di Desa Radda dan Petambua serta di Kecamatan Baebunta,” tuturnya.
Dia menambahkan, pencarian terhadap korban hilang dan meninggal akan berjalan lancar jika cuaca bersahabat.
“Kendala yang dialami tim yakni ketinggian lumpur masih 1 hingga 2 meter, data 2 orang yang dinyatakan hilang masih kami cari informasi keberadaannya,” jelasnya.