Sosok Eka Tjipta Widjaya, Konglomerat Indonesia yang Warisannya Jadi Rebutan Anak-anaknya
Eka Tjipta tutup usia pada Sabtu, 26 Januari 2019 pukul 19:43 WIB pada usia 97 tahun di kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Hal ini dikarenakan kehidupannya yang serba kekurangan.
Ia harus merelakan pendidikannya demi untuk membantu orang tua dalam menyelesaikan utangnya kepada rentenir.
Setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, ia tak bisa melanjutkan studinya karena masalah ekonomi.
Ia mulai menjual biskuit pada usia 17 tahun.
Namun, bisnisnya tersebut tak bertahan lama, karena adanya pajak yang besar, saat itu Jepang tengah menjajah Indonesia. Tahun 1950, ia mulai berdagang kopra sampai ke Pulau Selayar.
Karier
Ketika berusia 37 tahun, ia pindah ke Surabaya, Jawa Timur.
Di Jawa Timur, ia memiliki kebun kopi dan kebun karet di Jember yang merupakan hasil dari kerja kerasnya.
Pada tahun 1969, ia mendirikan pabrik minyak kelapa, CV Bitung Manado Oil Limited (Bimoli).
Pada tahun 1976, ia mendirikan Tjiwi Kimia, perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia.
Kemudian pada 1980-1981, ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit seluas 10 ribu hektare, mesin serta pabrik berkapasitas 60 ribu ton di Riau serta perkebunan dan pabrik teh seluas 1.000 hektare berkapasitas 20 ribu ton.
Satu tahun kemudian, Eka Tjipta membeli Bank Internasional Indonesia (BII).
Bank ini kemudian mengalami perkembangan yang pesat, bermula dari dua cabang dengan aset senilai 13 miliar rupiah menjadi 40 cabang dan cabang pembantu, dengan aset bernilai 9,2 triliun rupiah.
Bisnis yang semakin banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi semakin sibuk.
Ia juga melebarkan sayap bisnisnya di bidang real estat. Eka Tjipta juga membangun ITC Mangga Dua dan Apartemen Green View yang berada di Roxy, serta Mal Ambassador di Kuningan.