Pedagang Ayam Tolak Diisolasi, Keluarga Halangi Petugas: Sakit itu karena Setan Bukan Covid-19
"Biar mati enggak apa-apa. Semua manusia itu pasti mati semua. Seperti apa corona itu, saya mau tahu," kata suami pasien positif yang tak mengizinkan
TRIBUN-TIMUR.COM - Petugas medis mendapat penolakan saat menjemput pasien positif Covid-19, Sabtu (11/7/2020).
Pasien itu bermukim di Kelurahan Candi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Pasien perempuan yang merupakan pedagang ayam di Pasar Cempaka tersebut menolak untuk diisolasi.
Bahkan keluarganya turut menghalangi Petugas Medis.
"Biar mati enggak apa-apa. Semua manusia itu pasti mati semua. Seperti apa corona itu, saya mau tahu," kata suami pasien positif yang tak mengizinkan istrinya diisolasi.
Meyakini sakit karena Setan, bukan Covid-19
• Daftar Lengkap Lembaga yang Dibentuk dan Dibubarkan oleh Jokowi, Lengkap Alasan Presiden
• Prakiraan Cuaca Kamis 16 Juli 2020, Berikut 11 Daftar Wilayah Rawan Hujan Lebat hingga Angin Kencang

Tak berhenti di situ, sang suami meyakini bahwa penyakit istrinya disebabkan karena setan dan bukan karena virus Covid-19.
"Kalau sakit memang sampai sekarang, (tapi) cuma 4 hari saja (yang benar-benar) sakit, cuma setan saja itu," seru sang suami.
Hal itu juga dipersulit dengan sikap pasien positif Covid-19 sendiri yang kukuh menolak karantina.
Sang pasien meyakini dirinya hanya kurang darah.
"Sudah 20 hari (sejak di-rapid test). Saya enggak sakit apa-apa. Cuma kurang darah saja kata dokter," ujar si pasien perempuan dalam bahasa daerahnya.
• Daftar Lengkap Lembaga yang Dibentuk dan Dibubarkan oleh Jokowi, Lengkap Alasan Presiden
• Prakiraan Cuaca Kamis 16 Juli 2020, Berikut 11 Daftar Wilayah Rawan Hujan Lebat hingga Angin Kencang
Tetap jualan meski sudah swab dan harus karantina
Petugas pemimpin rombongan tenaga kesehatan dari Puskesmas Kumai, Samsul menjelaskan, mereka memang mengunjungi rumah pasien tersebut Sabtu (11/7/2020).
Mereka bermaksud menyampaikan hasil swab, menjemput untuk karantina di RSSI Pangkalan Bun dan melacak kontak erat pasien positif tersebut.
Namun yang didapati semprotan dari keluarga pasien dan penolakan. Samsul mengatakan, pasien sempat memeriksakan diri dan di-rapid test akhir Juni 2020.
Pasien kemudian menjalani tes massal pada 30 Juni.
• Daftar Lengkap Lembaga yang Dibentuk dan Dibubarkan oleh Jokowi, Lengkap Alasan Presiden
• Prakiraan Cuaca Kamis 16 Juli 2020, Berikut 11 Daftar Wilayah Rawan Hujan Lebat hingga Angin Kencang
Meski sempat menolak, akhirnya pasien itu bersedia ikut tes swab.
Ironisnya, selama menunggu hasil swab, pasien yang diminta mengisolasi diri justru berjualan ayam di Pasar Cempaka Kumai.
"Kami dapat informasi itu, tapi tidak bisa mengeceknya. Tapi waktu saya tanya apakah istrinya tadi pagi masih berjualan, si suami menjawab iya," ungkap Samsul.
Ia mengaku kewalahan menghadapi keras kepalanya pasien.
"Kami minta dukungan dari gugus kabupaten. Kami di Puskesmas saja rasanya sudah kewalahan, karena tingkat penolakan yang kami terima sudah mengkhawatirkan, tidak bisa kami paksakan lagi," bebernya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Seperti Apa Corona Itu Saya Mau Tahu, Biar Mati Saja Tidak Apa, Semua Manusia Pasti Mati"",