Balla Online di Kuburan Jadi Solusi Warga Kampung Tumpang Tetap Belajar dengan Internet saat Pandemi
Balla Online adalah angunan darurat sekolah untuk para siswa siswi Kampung Tumpang, Jl Anoang Lorong 146, Makassar.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Ia juga mengungkapkan alasannya mendirikan bangunan Balla Online tersebut di wilayah TPU Dadi.
Ternyata, akibat konflik berpuluh-puluh tahun antara warga membuat Paleweri memilih lokasi pekuburan tersebut.
Menurutnya, lokasi TPU Dadi berada di tengah-tengah pemukiman warga yang berkonflik.
"Sehingga tidak ada batasan untuk siapapun mau menjadi bagian dari Balla Online ini dan saya juga punya tujuan untuk menyatukan warga yang sudah lama berselisih paham ini dengan adanya Balla Online," tuturnya.
Upaya komunikasi dan koordinasi pun dijalin khususnya kepada pihak terkait.
Seperti, tokoh masyarakat, lurah, Babinsa, termasuk pihak kepala kuburan.
"Alhamdulillah semuanya mendukung, alhasil dari koordinasi tersebut saya bersama warga setempat membangun bangunan sederhana ini," jelasnya.
Pada pengelolaannya, Paleweri mengajak rekannya yang merupakan Tokoh Masyarakat Kampung Tumpang, Faisal.
Faisal lah yang bertugas sebagai pengelola Balla Online dan mengontrol segala aktivitas di sekolah darurat tersebut.
Pada waktu dan tempat yang sama, Faisal pun mengatakan mewakili masyarakat setempat sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan Paleweri.
"Ada dua hal positif yang bisa kita dapatkan dengan adanya Balla Online ini, pertama anak-anak di kampung tetap bisa belajar dengan fasilitas online dan masyarakat yang terblok-blok akhirnya menyatu," tuturnya.
Selain itu, ia juga mengatakan perekonomian masyarakat setempat bisa terbantu dengan adanya fasilitas wifi gratis ini.
Diketahui saat ini jumlah siswa SD sebanyak 40 orang dan SMP 27 orang.

Setiap harinya banyak aktivitas yang dilakukan, tak hanya belajar mata pelajaran umum saja namun juga wawasan umum untuk meningkatkan kemampuan para siswa.
Di malam hari, para siswa diajak untuk belajar mengaji. Spesialnya, para masyarakat setempat diberdayakan untuk menjadi guru ngaji.