Tribun Parepare
Hasil Seleksi PPDB 2020 Tingkat SMP di Parepare, Ada 1.145 Kursi Tidak Terisi
Hal itu terbukti dari hasil seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun pelajaran 2020-2021 yang diumumkan 4 Juli 2020.
Penulis: Darullah | Editor: Sudirman
TRIBUNPAREPARE.COM, PAREPARE - Kapasitas kursi seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Parepare, belum terisi sepenuhnya oleh siswa baru.
Hal itu terbukti dari hasil seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun pelajaran 2020-2021 yang diumumkan 4 Juli 2020.
Dari total 3.008 daya tampung pada 22 SMP se Parepare, hanya 1.863 yang sudah terisi.
Berarti masih ada sekitar 1.145 kursi yang lowong atau tidak terisi oleh siswa.
Hal ini diungkapkan Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Parepare, Arifuddin Idris, Rabu (8/7/2020).
Arifuddin mengatakan, sudah mendata jumlah tamatan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiah (MI) negeri dan swasta di Parepare, totalnya 2.565 orang.
“Tapi setelah pendaftaran ke SMP, siswa reguler tamat SD dan MI tahun 2020 hanya 1.762 orang yang mendaftar," ujarnya.
Lalu yang non reguler tamat di bawah 2020 dan pindah domisili, ada 101 orang mendaftar.
"Sehingga total yang telah mendaftar hanya 1.863 orang,” ungkap Arifuddin.
Arifuddin menjelaskan, setelah menelusuri ternyata 803 orang yang tidak mendaftar itu sebagian besar sudah memilih masuk di pondok pesantren, pindah domisili, dan ada yang belum menentukan pilihan sekolahnya.
“Sebenarnya dari total 2.565 siswa SD dan MI yang tamat dengan kapasitas daya tampung SMP 3.008, berarti masih ada kursi lowong 443. Itu kalau semua mendaftar," paparnya.
"Tapi ternyata yang mendaftar hanya 1.863 orang, berarti kursi yang lowong menjadi 1.145,” imbuhnya.
Dari 1.863 yang mendaftar masuk SMP ini, ada 939 siswa melalui jalur zonasi dan afirmasi, 914 jalur prestasi, serta 10 mutasi.
Arifuddin menekankan, sudah memformulasikan agar jalur zonasi berlaku adil, sehingga siswa bisa terbagi secara proporsional untuk setiap sekolah.
“Jadi kami tidak kaku harus berpatokan radius wilayah 2 km atas bawah, kiri dan kanan dari sekolah. Tapi sistem beririsan. Jadi kami hitung berapa jumlah siswa SD dan MI yang tamat di wilayah itu, kemudian kami perhitungkan jarak satu sekolah dengan lainnya,” pungkas Arifuddin.
Dengan sistem ini, siswa bisa terbagi secara proporsional, tidak mutlak menumpuk di satu sekolah.
Sehingga sekolah lainnya dalam satu wilayah yang berdekatan juga mendapatkan siswa.
“Misalnya SMP Negeri 2 Parepare yang banyak diminati. Dengan cara ini siswa dalam satu wilayahnya bisa terbagi ke SMPN 6 ataupun SMPN 10. Demikian juga SMPN 1 yang banyak diminati, siswa dalam satu wilayahnya bisa terbagi ke SMP yang lain,” terang Arifuddin.
Jika jalur zonasi dan afirmasi sudah mengakomodir semua siswa bersekolah dalam satu wilayah, berikutnya melalui jalur prestasi.
Penentuan jalur prestasi ini melalui deret ukur poin, atau nilai tertinggi sampai nilai yang dapat terakomodir sesuai ketentuan persyaratan prestasi.
Namun Arifuddin tidak menjamin, metode PPDB terpadu dengan sistem online terpusat yang baru pertama kali ini sudah ideal. Tentu ada kelebihan dan kekurangannya.
“Karena itu, perlu dievaluasi. Makanya kami undang semua Kepala SMP negeri dan swasta untuk membahas sistem PPDB ini, apa kekurangan dan kelebihannya. Apa yang mesti dibenahi dan bagaimana tindak lanjutnya. Kami juga akan membahas bagaimana sistem pembelajaran selama pandemi Covid-19,” tutup Arifuddin.
Laporan wartawan Tribunparepare.com, Darullah, @uull_darullah.