Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Update Corona Makassar

Program Wisata Covid-19 Disorot, Irfan AB: Pernyataan IDI Makassar Layak Dipertimbangkan

Andi Muhammad Irfan AB menilai usulan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar layak dipertimbangkan.

Penulis: Abdul Azis | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/ABDUL AZIS
Anggota Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel Andi Muhammad Irfan AB 

Laporan Wartawan tribun-timur.com, Abdul Azis Alimuddin

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Anggota Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan (DPRD Sulsel), Andi Muhammad Irfan AB menilai usulan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar layak dipertimbangkan.

"Usulan IDI layak untuk kita pertimbangkan," kata wakil ketua DPW PAN Sulsel itu kepada tribun-timur.com via pesan WhatsAap, Sabtu (4/7/2020) malam.

Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Sulsel itu menjelaskan, kalau tidak salah per hari ini jumlah yang mengikuti wisata Covid-19 di ibu kota provinsi sekitar 943 orang. Sebanyak 858 di antaranya pasien positif.

"Dengan demikian mayoritas yang mengikuti wisata covid adalah yang positif, dikuatirkan kapasitas pelayanan maupun tenaga medis yang melayani tidak mencukupi sehingga kualitas pelayanan tidak bisa berjalan dengan baik," katanya.

Apalagi katanya, kondisi pasien dari kurang lebih 800 orang itu tidak semu sama, tentu ada yang kondisinya ringan atau mungkin ada yang berat.

Yang ringan lebih baik di rumah sakit daerah saja atau isolasi mandiri di rumah dan yang kondisinya memang berat dapat dilayani lewat wisata covid.

"Kecuali kapasitas pelayanan mencukupi, saya kira tidak jadi soal. Lagi pula kita sudah harus membiasakan daerah untuk mengurusi juga pasien-pasien positif," kata Irfan.

"Jangan sampai program wisata covid dan rumah sakit yang ada di Makassar alami ledakan pasien, tentu jalan keluarnya adalah kita memberdayakan rumah sakit di daerah," jelasnya.

Sebelumnya, dr Wachyudi Muchsin melayangkan kritikan keras terhadap Kebijakan Gubernur Sulsel yang juga Ketua Tim Gugus Covid-19 Sulsel Nurdin Abdullah.

Yudi sapaannya menyoroti program wisata Covid-19. Pasien Covid-19 dari daerah diboyong ke Makassar.

Ternyata IDI Makassar sudah protes sejak awal dengan ide Pemprov membawa semua pasien positif Covid-19 dari kabupaten/kota di Sulsel ke Makassar.

IDI mengusulkan pasien positif dengan gejala ringan dirawat di RS daerah saja.

"Ini yang pernah IDI Makassar suarakan saat sosialisasi sistem rujukan Covid19 baru oleh Kadinkes dengan program wisata Covid-19. Gubernur seolah ingin menjadi superhero yang mampu menangani semua di Makassar," katanya.

"Sayang mereka lupa bahwa meski pasien disatukan di Makassar tapi kontaknya tetap ada di daerah. Ini juga berpotensi mengaburkan tracking dan cenderung membebaskan masyarakat tanpa peduli protokol kesehatan," katanya, Sabtu (4/7).

Masalahnya sekarang, rumah sakit rujukan Covid-19 dan wisata Covid-19 sudah nyaris penuh.

"Ini aspirasi teman-teman dokter, hentikan juga evakuasi pasien-pasien Covid-19 ke Makassar. Selain berisiko tinggi penularan saat evakuasi, kita memfasilitasi impor ekspor virus dari dan ke daerah. Akhirnya hotel-hotel dan RS di Makassar juga penuh. Saat orang yang sudah domisili Makassar butuh, semua sudah terisi dari daerah," kata Yudi.

"Apalagi OTG, kenapa tidak isoman (isolasi mandiri) di daerah saja. Padahal RS daerah juga mampu dan bisa dioptimalkan. Saatnya semuanya harus berperan. Kalau tidak, bisa habis nakes(tenaga kesehatan) di Makassar," Yudi menambahkan.

Masalah lainnya, jika RS daerah melayani pasien Covid-19 akan menemui kendala di administrasi.

"Sekarang RS daerah kebingungan karena RS rujukan semua penuh. Wisata Covid-19 juga penuh tapi belum ada perubahan kebijakan untuk kembali ke konsep awal. Ini berpotensi mengakibatkan perawatan Covid-19 yang ilegal di RS daerah karena sudah dianggap sebagai RS non Covid-19. Ujung-ujungnya, semua klaim Covid-19 kita akan ditolak oleh BPJS sebagai verifikator klaim karena merawat pasien sementara status RS adalah RS Non Covid-19," ujar Yudi.

IDI Makassar mengajak semua elemen menghilangkan ego dan bekerja sama agar Covid-19 di Sulsel dan Makassar bisa selesai.

"Saatnya kita hilangkan egosentris. Ajak organisasi profesi kesehatan dalam merumuskan seperti IDI. Tapi yang terjadi selama ini sebagai gubernur dan ketua gugus tidak pernah sekalipun mengajak IDI untuk duduk bersama merumuskan solusinya," lanjutnya.

Reporter tribun-timur.com sedang berusaha konfirmasi pernyataan IDI Makassar ini kepada Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah instansi terkait.

Makassar Darurat Covid-19

Penanganan Covid-19 di Makassar dan Sulawesi Selatan semakin memprihatinkan.

Hingga Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar dr Siswanto Wahab menyebut situasi Covid-19 di Makassar Ibu Kota Provinsi Sulsel dengan istilah seram.

Pada Sabtu (4/7/2020), berdasarkan rilis Tim Gugus Covid-10 dr Achmad Yurianto beberapa saat lalu, Sulsel punya 195 pasien baru Covid-19. Sulsel urutan ketiga setelah Jatim dan DKI Jakarta.

“Luar biasa Makassar ini sekarang. Terus terang sebagai Ketua IDI Makassar melihat situasi ini. Mau keluar aja takut, menyeramkan. Seram sekarang Makassar, menyeramkan Bayangkan ini hari (Jumat 3 Juli 2020) 180 penderita kalau dilihat jumlah penduduk, menyeramkan! Pemerintah pusat harus tahu makassar sangat berbahaya sekarang ini.” demikian penggalan wawancara dr Siswanto Wahab yang beredar di grup-grup WhatsApp di Makassar.

Humas IDI Makassar, dr Wachyudi Muchsin, membenarkan itu adalah rekaman wawancara Ketua IDI Makassar dengan salah satu radio swasta berjejaring nasional.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved