Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Makassar

Hikmah di Balik Covid-19, Mahasiswa Unhas Ini Bikin Novel 'Cinta Ata & Karaeng'

mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) Muslimin beserta rekannya, Alham (nama pena) berhasil membuat satu karya novel fiksi ilmiah.

Penulis: Rudi Salam | Editor: Hasriyani Latif
ist
Novel fiksi ilmiah 'Cinta Ata & Karaeng'. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pandemi virus Corona (Covid-19) membuat aktivitas di luar rumah dibatasi.

Masyarakat diimbau oleh pemerintah untuk tetap berdiam di rumah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Berkat di rumah saja itu, mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) Muslimin beserta rekannya, Alham (nama pena) berhasil membuat satu karya.

Mereka menulis novel fiksi ilmiah yang diberi judul 'Cinta Ata & Karaeng'.

Novel tersebut telah rampung dan siap untuk dicetak.

Bagi mereka, pandemi ini tidak membatasi mereka untuk tetap produktif.

Muslimin menjelaskan bahwa bukunya tersebut bercerita tentang keturunan Ata dan Karaeng. Dimana, status tersebut tidak asing bagi masyarakat Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Mahasiswa Antropologi FISIP Unhas itu mengatakan bahwa keturunan Ata selalu dipandang sebagai budak.

Sehingga menurutnya, hal tersebut yang menyebabkan mengapa pada beberapa kasus di Kecamatan Kajang yang sangat kental dengan tradisi adat istiadatnya melarang keras adanya perkawinan antara Ata dan Karaeng.

"Lalu apakah benar tidak ada jalan penyatuan antara Ata dan Karaeng? Pertanyaan ini yang saya jawab dalam novel "Cinta Ata dan Karaeng," mengingat banyaknya pasangan kekasih yang dipisahkan karena persoalan tersebut. Ini yang kemudian menjadi inspirasi kami dalam menulis Novel Cinta Ata dan Karaeng," jelas Muslimin kepada tribun-timur.com via WhatsApp, Sabtu (13/6/2020).

Dalam novel Cinta Ata dan Karaeng tersebut, penulis menggambarkan perjuangan seorang laki-laki berstatus Ata untuk memperjuangkan cintanya ke darah berstatus Karaeng.

Pada tahun 2018 sampai 2019 di Sulawesi Selatan, kata Muslimin, pernah ramai tentang uang panaik yang memberatkan seorang laki-laki untuk mempersunting seorang wanita Bugis atau Makassar.

"Namun pada kenyataannya uang dapat diusahakan, lalu bagaimana dengan garis keturunan apakah bisa dihapuskan? Cerita ini yang kemudian kami angkat dalam novel Cinta Ata dan Karaeng," katanya.

"Saya kira cinta yang diharamkan karena garis keturunan lebih memberatkan dibanding cinta yang terhalang karena uang panaik," lanjut Muslimin.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved