Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Legenda Tinju

Sepenggal Kisah Sang Legenda Tinju Muhammad Ali yang Masih Jarang Diketahui

Sebagai orang kulit hitam, peraih medali emas Olimpiade Rome 1960 ini selalu menjadi pionir untuk kesetaraan ras di Amerika Serikat.

Editor: Jumadi Mappanganro
Shutterstock
Nama Muhammad Ali Akan Dijadikan Bandara di Amerika Serikat 

TRIBUN-TIMUR.COM - Ia sudah meninggal. Namun nama Muhammad Ali sebagai petinju dunia sulit dilupakan.

Namanya pun menjadi legenda.

Namun perjalanan karier sang legenda tak selalu mulus. Sebagian kontroversi.

Tapi banyak yang dilakukannya hingga kini selalu dikenang.

Kisah yang dikutip dari BolaSport.com dari The Guardian di bawah ini pun masih sedikit diketahui. 

Muhammad Ali dikenal sebagai salah satu ikon terbesar dalam sejarah olahraga tinju.

Pelatih Juventus Ungkap Sulit Menduetkan Ronaldo dan Dybala, Rekan Messi di Timnas Argentina

Kebesaran namanya bahkan mengandung definisi tentang tinju, sehingga dijuluki The Greatest.

Sebagai petinju terbaik, Ali memiliki karier gemilang ketika masih aktif berlaga.

Dia bahkan menjadi undisputed champion atau juara tak terbantahkan dalam tiga kesempatan berbeda.

Nama-nama petinju ternama ketika itu seperti George Foreman, Joe Frazier, dan Ken Norton, pernah dikalahkan pria kelahiran Kentucky itu.

Muhammad Ali
Muhammad Ali (VOANEWS.COM)

Tak ayal, julukan The Greatest itu pantas melekat ke pundak sosok bernama Muhammad Ali itu.

Ketika masih aktif bertarung, Ali tak lepas dari berbagai macam sorotan.

Salah satu sorotan dan kontroversial selama kariernya adalah keputusan mengubah namanya dari Cassius Clay menjadi Muhammad Ali.

Keputusan Ali mengubah namanya tersebut terjadi setelah mengalahkan Sonny Liston pada 1964.

Mahar Rp2 M, Ini Jadwal Akad Pasangan Legislator Takalar

Seusai menjadi juara tak terbantahkan, Ali bergabung menjadi anggota Nation of Islam.

Ketetapan bergabung ke dalam organisasi itu turut membuat dia mengubah namanya dari Cassius Clay.

Sepanjang riwayat hidupnya, Ali selalu berjuang untuk mengampanyekan kesetaraan ras.

Sebagai orang kulit hitam, peraih medali emas Olimpiade Rome 1960 ini selalu menjadi pionir untuk kesetaraan ras di Amerika Serikat.

Dia merasa nama Cassius Clay itu mengandung arti budak, sehingga melalui alasan itu, Ali mengubah namanya sesuai keinginannya.

"Cassius Clay itu nama budak. Saya tidak memilih nama itu saya juga tidak menginginkannya," ucap Ali seperti dikutip BolaSport.com dari The Guardian pada 1964.

"Saya Muhammad Ali, sebuah nama yang bebas. Arti nama ini adalah kekasih Tuhan."

"Sehingga saya meminta kepada semuanya untuk memanggil saya menggunakan nama itu juga ketika berbicara tentang saya," katanya melanjutkan.

Masih di tahun yang sama, Ali terang-terangan menjadi muallaf.

Uang Panaik Rp 2 Miliar Berikut Fakta-fakta Wahyu Anggota DPRD Menikah & Profil Istri, Cinta Lokasi

Selain menjadi Islam, dia juga mendeklarasikan kemerdekaan atas dirinya sendiri.

"Saya percaya pada Allah dan kedamaian," ucap Ali dari Washington Post.

"Saya saya tidak mencoba pindah ke lingkungan kulit putih. Saya tidak ingin menikahi wanita kulit putih."

Awalnya semua orang belum terbiasa memanggil Ali dan masih sering dipanggil Clay.

Contohnya dalam penulisan nama poster ketika Ali dan Sonny Liston sepakat untuk tanding ulang pada 25 Mei 1965.

Dalam poster pertarungan tersebut, nama Ali masih ditulis Clay.

Namun, seiring berjalannya waktu, semua mulai terbiasa memanggilnya dengan Ali. 

Selain kontroversi perihal nama, Ali juga pernah terlibat cekcok dengan negaranya sendiri.

Novel Baswedan Murka, 2 Polisi Pelaku Penyiraman Air Keras Dituntut Penjara 1 Tahun

Pada tahun 1996, dia menolak ikut wajib militer untuk Pasukan Militer Amerika Serikat.

Selain tidak mau mengikuti wajib militer, Ali juga menentang keterlibatan AS dalam perang Vietnam.

Buntut perbuatannya itu, Ali kemudian diskors dan status undisputed champion-nya dicopot oleh Komisi Tinju.

Dia tidak tinggal diam setelah dizalimi oleh Komisi Tinju.

Ali melakukan perlawanan dan mengajukan banding ke Mahkamah Agung Amerika Serikat.

Untungnya dia berhasil mengajukan banding dan hukumannya dibebaskan pada 1971. (*)

Sumber: BolaSport.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved