Inovasi Warga Desa Mappesangka Bone, Traktor Pakai Remote Kontrol
Seorang warga Dusun Cinnong, Desa Mappesangka, Udin (35) membuat traktor yang dapat dikendalikan melalui remote kontrol
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Imam Wahyudi

TRIBUNBONE.COM, PONRE - Warga Desa Mappesangka, Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) melakukan inovasi teknologi di bidang pertanian.
Mereka melakukan inovasi untuk menunjang hasil pertanian dan mempermudah kerja para petani.
Seorang warga Dusun Cinnong, Desa Mappesangka, Udin (35) membuat traktor yang dapat dikendalikan melalui remote kontrol.
Traktor ini dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote kontrol yang disambungkan dengan berbagai fungsi operasional otomatis di traktor.
Adapun komponen yang digunakan seperti aki berdaya 10 ampere, papan sircuit cetak, power windows dan remote kontrol yang ia beli kemudian dirakit kembali.
Udin mengatakan ide pembuatan ini sejak awal 2018. Waktu itu, ia pernah melakukan uji coba, tetapi masih terdapat kekurangan, terutama di komponen papan sirkuit cetak dan power windows. Kedua komponen tersebut tidak bisa bertahan lama.
Ia kemudian melakukan perbaikan dan kali ini berhasil. Kini traktor tersebut dapat digunakan membajak sawah. Untuk satu hektar sawah, traktor yang menggunakan remote kontrol ini hanya membutuhkan waktu sekira 2 hingga 3 jam.
"Waktu membajak sawah lebih efisien. Selain itu, tenaga tidak keluar. Cukup dikemudikan lewat remote kontrol," katanya saat ditemui tribunbone.com, Kamis (4/6/2020).
Traktor dengan remote kontrol ini memiliki jangkauan 500 meter jika tidak ada yang mengahalangi. Tak hanya itu, baterai remote kontrol dapat bertahan 2x24 jam.
Untuk biaya pembuatan menghabiskan Rp 5 juta. Udin mengaku untuk membuat satu unit traktor dengan remote kontrol hanya butuh tiga hari. Itu pun, kata dia, jika komponen sudah lengkap.
Ia berharap alat inovasinya ini bisa membantu dan bermanfaat bagi orang banyak, terutama para petani.
Inovasi Pompa Hidran
Selain memiliki traktor yang dikendalikan melalui remote kontrol, warga Desa Mappesangka juga menggunakan pompa hydrant.
Alat ini digunakan untuk memompa air dari sungai untuk mengairi sawah.
Seorang penggagas, Jumahajji mengatakan pompa ini dibuat bersama empat rekannya.
Alat ini mengandalkan dorongan air sungai dan tekanan udara, bukan menggunakan bahan bakar minyak dan listrik.
"Pompa hydrant kami mampu mendorong air sampai dengan ketinggian 40 meter lebih. Dengan debit air 3 liter per detik. Ini menggunakan tekanan udara dan memanfaatkan dorongan air," ucapnya.
Penggas lainnya, Kamaruddin menambahkan, untuk mendukung kerja alat ini dibuat bendungan.
Pembuatan bendungan menggunakan dana pribadi. Kalau pengerjaannya dilakukan secara gotong royong.
Alat pompa hydrant dan bendungan ini dapat mengairi sawah seluas 6 hektar. Waktu panen pun dapat dua kali dalam setahun.
"Dulu hanya bisa satu kali panen dalam setahun karena hanya mengandalkan air hujan. Semenjak ada pompa hydrant dan bendungan bisa dua kali panen," ungkapnya.
Selain kedua inovasi tersebut, ada pula inovasi penyemprotan lahan pertanian secara otomatis, ada juga alat perangkap babi dibuat yang dipasang di setiap kebun. Dan hanya berfungsi ketika malam hari saja.