Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Unhas

Diskusi Online, Laboratorium HI Unhas Bahas Isu Rasial dan Politik Kontemporer Amerika

Laboratorium Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Hasanuddin menggelar Strategic Roundtable Discussion (SOUND) seri ke-3.

Penulis: Alfian | Editor: Suryana Anas
Humas Unhas
Laboratorium Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin menggelar Strategic Roundtable Discussion (SOUND) seri ke-3. Tema yang diangkat adalah “Black Lives Matter dan Eskalasi Politik Amerika Serikat”. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Laboratorium Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin menggelar Strategic Roundtable Discussion (SOUND) seri ke-3.

Tema yang diangkat adalah “Black Lives Matter dan Eskalasi Politik Amerika Serikat”.

Diskusi ini berlangsung secara online melalui aplikasi Google Meet, Rabu (3/6/2020) kemarin.

Tema ini dipilih sebagai respon terhadap eskalasi situasi politik dan keamanan di Amerika Serikat

Sebagai negara utama (major power) dalam hubungan internasional, dinamika yang terjadi di Amerika Serikat memiliki dampak signifikan terhadap konstalasi global.

Diskusi yang dipandu oleh Nurjannah Abdullah MA, ini menghadirkan pemantik diskusi Pusparida Syahdan, M.S.i. 

Turut hadir pula sebagai pembicara dan penanggap adalah Dr. Adi Suryadi Culla, MA, Muhammad Nasir Badu, Ph.D, Agussalim Burhanuddin, MIRAP, dan Ishaq Rahman, M.Si.

Dalam pengantar diskusi yang diikuti oleh 78 peserta ini, Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP Unhas, Darwis, Ph.D, menjelaskan bahwa platform SOUND merupakan medium yang dikembangkan oleh Laboratorium HI FISIP Unhas untuk menelaah isu-isu strategis yang berlangsung di lingkungan global.

“Melalui platform ini, setiap peserta yang hadir merupakan nara sumber potensial. Siapa saja dapat mengajukan argumentasi. Saya mengucapkan selamat datang kepada para peserta dari berbagai kampus dan berbagai wilayah. Saya lihat ada dari Jakarta, Sulawesi Barat, bahkan dari Aceh,” ucapnya dalam rilis yang diterima Tribun.

Pusparida Syahdan yang bertindak sebagai pemantik diskusi memaparkan bagaimana realitas warga kulit hitam di Amerika Serikat, serta praktek diskriminasi yang terjadi. 

Meskipun Amerika Serikat merupakan negara demokrasi, namun kesadaran rasialisme belum hilang sepenuhnya.

“Secara statistik, warga kulit hitam di Amerika memang berpotensi untuk memperoleh perlakuan buruk. Sebagai contoh, rasio warga kulit hitam yang dipenjara jauh lebih besar dibanding warga kulit putih. Akibatnya, ada semacam stigma bahwa warga kulit hitam itu jahat dan buruk,” papar Puspa.

Dalam tanggapannya, dosen HI Unhas yang mengenyam pendidikan di Hawaii, Agussalim Burhanuddin, menjelaskan akar kelahiran rasisme di Amerika Serikat

Menurutnya, ada semacam kondisi alamiah dengan rasisme di negeri Paman Sam tersebut.

“Amerika adalah negara yang memiliki cacat bawaan sejak kelahirannya, yaitu kecenderungan rasisme. Itulah sebabnya, negara ini selalu minum obat dalam bentuk situasi sosial yang mendorong rekonsiliasi. Kali ini, obatnya sangat pahit. Tapi ini justru menjadi penyembuh, yang jika berhasil bisa membuat negara ini makin kuat,” terangnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved