Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Maros

Tak Ingin Menyusahkan Keluarganya, Nenek Berumur 70 Tahun Ini Memilih Tinggal di Gubuk Reyot

Sudah lebih dua tahun ia tinggal di dalam gubuk tua berukuran 3x4 meter. Dulunya gubuk tersebut adalah tempat penyimpanan makanan ternak warga.

Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Sudirman
Ist
Nenek Hadi di gubuk miliknya, yang bertempat di perbatasan desa Tunikamasea dan Kelurahan Leang-leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan 

TRIBUNMAROS.COM, BANTIMURUNGNenek Hadi (70), memilih tinggal di gubuk reyot tak layak huni di Desa Tunikamasea, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros.

Ia memilih tinggal seorang diri karena tidak ingin menyusahkan keluarganya.

Sudah lebih dua tahun ia tinggal di dalam gubuk tua berukuran 3x4 meter. Dulunya gubuk tersebut adalah tempat penyimpanan makanan ternak warga.

Mulai dari dinding hingga lantai yang terbuat dari bambu. Sudah banyak yang rapuh dan patah dimakan rayap.

Meski usianya sudah renta, Nenek Hadi tetap mencoba hidup mandiri dengan bercocok tanam.

Hasilnya kemudian ia jual untuk kebutuhan sehari-hari, seperti membeli lauk pauk.

Hanya saja sudah beberapa bulan ini, ia tidak bisa lagi banyak bergerak karena merasa sakit saat mencoba berdiri dan berjalan.

Diketahui Nenek Hadi semasa hidupnya tidak pernah bersuami, sehingga tidak memiliki keturunan.

Keluarga terdekatnya saat ini hanya keponakannya, yang rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari gubuknya.

Meski sering diajak untuk tinggal bersama, Hadi memilih tetap tinggal digubuknya.

“Sudah dua tahun tinggal di sini, dulunya juga tinggal sendiri dan jauh dari keluarga, biasa saya jual sayur-sayuran buat beli ikan untuk makan," ujar Nenek Hadi, Rabu (3/6/2020).

Namun kondisi sekarang sudah berbeda. Ia tidak bisa lagi bekerja seperti biasanya karena sudah merasakah sakit saat berdiri.

Di dalam gubuknya, hanya ada satu kasur dan bantal kapuk yang sudah lusuh.

Tidak ada satupun lemari untuk menyimpan pakaian atau makanan.

Nenek hadi hanya menyimpan pakainnya di kardus, sementara makanannya ia tempatkan di dalam rantang yang ia gantung di tiang agar tak dimakan kucing.

Sementara di bawah gubuknya, terdapat banyak tumpukan kayu bakar yang ia gunakan untuk memasak sehari-hari.

Diantara tumpukan kayu itulah, nenek Hadi menempatkan tungkunya untuk memasak.

“Saya tidak punya uang untuk perbaiki. keponakan saya juga sama, jadi saya tinggal di sini biar kondisinya begini," ujarnya.

Sebelum tinggal di gubuknya, Nenek Hadi juga pernah tinggal sendirian di wilayah Kelurahan Leang-leang, yang masuk dalam Kawasan ring satu Perusahaan Semen Bosowa.

Hanya saja, pihak keluarganya meminta agar ia bisa tinggal lebih dekat dengannya agar bisa diawasi.

“Dulunya tinggal di Leang-leang, Saya minta dia tinggal di rumah saya tapi juga tidak mau. Yah dikasilah tempati itu rumah kecil," ujar Pardi.

"Tante saya ini susah sekali mau diajak tinggal sama-sama, yah kita saja mengerti karena sering marah-marah begitu,” jelas keluarganya, Pardi.

Meski dalam kondisi sakit seperti sekarang, Hadi tidak pernah meminta keponakannya memasak untuknya.

Bahkan jika keponakannya melarang dia masak, Nenek Hadi justru marah dan tetap memasak untuk dirinya.

“Kita sudah larang masak, tapi marah kalau dilarang. Apalagi tempat masaknya itu di tumpukan kayu, jadi kami awasi biar tengah malam saya atau istri saya ke sini melihat kondisinya,” lanjutnya

Ironisnya, meski sudah hidup dalam kemiskinan selama bertahun-tahun. Nenek malang ini justru tidak pernah tercatat sebagai penerima program bantuan berkala dari pemerintah.

Bahkan bantuan untuk warga miskin di masa pandemi ini pun tidak ia dapatkan dari pemerintah.

“Ia nenek ini tidak terdaftar dalam penerima bantuan, baik PKH maupun BST. Data penerimanya kan itu dari pusat. Jadi kami tidak tahu," ujar Lurah Leang-leang, Syarifuddin Talli.

Meski begitu, pihaknya tetap salurkan bantuan sembako kalau ada.

"Tapi dulunya nenek ini pernah menerima bantuan Raskin,” ujar Lurah Leang-leang, Syarifuddin Talli.

Saat masih tinggal di kelurahan Leang-leang, petugas Kesehatan rutin datang untuk melakukan pemeriksaan Kesehatan kepadanya.

Namun karena saat ini ia tinggal di wilayah yang sudah masuk dalam desa Tunikamasea, pemeriksaan Kesehatan itu sudah tidak rutin lagi dilakukan.

“Jadi kalau berdasarkan Kartu Keluarganya, nenek ini masuk dalam warga kelurahan Leang-leang. Tapi tinggalnya masuk wilayah Desa Tunikamasea. Kami sudah koordinasi juga dengan pihak desanya, untuk mencari solusi bagaimana baiknya,” terangnya

Saat ini, Nenek Hadi memang sangat membutuhkan tempat tinggal yang layak.

Hanya saja, program bedah rumah untuk warga miskin syaratnya harus memiliki lahan sendiri, sementara, nenek malang ini tinggal di lahan yang bukan miliknya. 

“Kalau untuk bedah rumah kan syaratnya tidak masuk, jadi kami dari pemerintah sudah bekerja sama dengan mahasiswa di sini, untuk menggalang dana memperbaiki gubuk nenek Hadi, mudah-mudahan secepatnya bisa terwujud,” tutupnya

Laporan Tribunmaros.com,AM Ikhsan

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp

Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur

(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved