BNPB Ungkap Penyebab Peningkatan Kasus Positif Covid-19 di Surabaya, Bandingkan Sulsel
Berdasarkan data dari satgas Covid 19 tentang penambahan kasus Corona di Sulsel Selasa 2 Juni 2020 mencapai 44 kasus baru positif.
TRIBUN-TIMUR.COM - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyanjung penanganan wabah virus corona baru atau Covid-19 yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya.
Hal itu disampaikannya saat berkunjung ke Balai Kota Surabaya bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Balai Kota Surabaya, Selasa (2/6/2020).
Dikutip dari Kompas.com, Doni mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sudah melakukan langkah-langkah yang sangat baik.
Adapun peningkatan kasus terkonfirmasi yang dialami Surabaya merupakan buah kerja keras dalam melakukan tracing dan pengambilan sampel di berbagai lingkungan masyarakat.
"Tentunya tak mudah untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya banyak yang positif. Ini langkah yang strategis dan sangat cerdas," kata Doni, di Balai Kota Surabaya, kemarin.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini berharap, pasien yang saat ini dirawat kemudian sembuh agar mendonasikan plasmanya kepada pemerintah untuk pengobatan pasien yang sakit berat.
• 50 Personel Polres Bantaeng Jalani Rapid Test, Hasilnya?
Berdasarkan data Pemkot Surabaya, sebanyak 226 kasus kematian akibat Covid-19 memiliki riwayat penyakit penyerta.
Oleh karena itu, ia meminta agar jenis penyakit penyerta itu dipelajari, kemudian diinformasikan ke masyarakat agar berhati-hati.
Sejak beberapa hari terakhir, kasus Covid-19 di Surabaya memang mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, peningkatan jumlah kasus pozitif Covid-19 itu terjadi karena saat ini pihaknya terus gencar melakukan rapid test massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemi.
Ketika kemunculan Covid-19 pada awal Maret lalu, Risma mengaku kesulitan melakukan tes cepat maupun tes swab karena keterbatasan alat itu.
Keterlambatan penanganan di awal pandemi karena keterbatasan alat kesehatan, disebut Risma, membuat kasus Covid-19 di Surabaya menjadi tinggi.
Namun, saat ini, Risma telah menerima banyak bantuan alat kesehatan dari Kemenkes, BIN, dan BNPB untuk melakukan tes kepada masyarakat di wilayah yang dinilai terdapat pandemi Covid-19.
Tes massal ini dilakukan di sejumlah tempat, baik di jalan raya, di perkampungan, maupun tempat ibadah. Baca juga: Cerita Risma Soal Bantuan Corona, Geger Mobil PCR hingga Bersyukur Ada BIN
"Jadi, kami lakukan rapid test massal di beberapa tempat. Kadang lokasinya di sepanjang jalan, kadang pula di masjid, dan sebagainya. Sampai hari ini rapid test kurang lebih sebanyak 27.000 orang," Risma.
• 181 Pilot Kontrak Garuda Indonesias Di-PHK, Surat PHK Dikirim Tengah Malam, Pilot Senior Juga Kena?
Hingga Selasa (2/6/2020) malam, jumlah kasus Covid-19 di Surabaya mencapai 2.748 kasus.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur menggambarkan sebaran Covid-19 di Jawa Timur melalui peta sebaran yang dirilis rutin setiap hari.
Dalam peta tersebut, wilayah Kota Surabaya terlihat berwarna hitam pekat sejak empat hari terakhir.
Menurut Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi, warna hitam pekat menunjukkan daerah tersebut angka kasusnya lebih dari 1.025 kasus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Doni Monardo Ungkap Penyebab Peningkatan Kasus Positif Covid-19 di Surabaya".
Bandingkan Kondisi Covid-19 di Sulawesi Selatan
Penambahan kasus Corona di Sulsel masih tinggi.
Berdasarkan data dari satgas Covid 19 tentang penambahan kasus Corona Covid19 di Indonesia, Selasa 2 Juni 2020, penambahan kasus di Sulawesi Selatan mencapai 44 pasien.
Ini menjadikan total kasus Corona Covid 19 di Sulsel mencapai 1630 kasus.
• Membandingkan Lionel Messi dan Ronaldo Nazario Sang Legendaris Timnas Brasil
Namun yang juga patut diperhatikan dengan total penambahan 44 pasien, jumlah penambahan hari ini Sulsel berada di urutan ketiga terbanyak di Indonesia, bahkan di atas Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Penambahan kasus di Sulsel nyaris menyamai penambahan kasus di DKI Jakarta.
Nomor satu terbanyak adalah di Jawa Timur dengan penambahan 213 pasien, yang disusul Jakarta 66 pasien.
Sementara Jawa Barat penambahan 18 pasien dan Jawa Tengah 12 pasien.
Dari data tersebut, Sulsel diperkirakan belum menjadi daerah yang layak menerapkan The New Normal.
Pasalnya, ada 11 indikator yang harus dipenuhi.
• Didakwa Lakukan Penipuan dan Penggelapan, Iptu Yusuf Malah Minta Dibebaskan
Salah satunya, adanya penurunan jumlah kasus positif selama dua minggu sejak puncak terakhirnya, dengan target penurunan lebih dari 50 persen untuk setiap daerah atau wilayah.
Berikut 11 indikator tersebut:
1. Penurunan jumlah kasus positif selama dua minggu sejak puncak terakhirnya, dengan target penurunan lebih dari 50 persen untuk setiap daerah atau wilayah.
2. Penurunan jumlah kasus probable (orang yang sakit tapi para ahli ragu menyimpulkan hasil laboratorium, dan ditemukan pan-beta coronavirus) selama dua minggu sejak puncak terakhir dengan target lebih dari 50 persen penurunan jumlahnya.
3. Penurunan jumlah meninggal dari kasus positif.
4. Penurunan jumlah meninggal dari kasus probable.
5. Penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di RS.
6. Penurunan jumlah kasus probable yang dirawat di RS.
7. Kenaikan jumlah sembuh dari kasus positif.
8. Kenaikan jumlah selesai pemantauan dari probable, baik kasus ODP ataupun PDP.
9. Jumlah pemeriksaan spesimen meningkat selama dua pekan.
10. Positivity Rate (angka kasus positif usai diperiksa di laboratorium) kurang dari lima persen, atau dari seluruh sampel yang positif hanya lima persen.
11. Pendekatan RT yang disebut angka reproduktif efektif kurang dari 1.