Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bantaeng Banjir Tiap Tahun, Ini Penyebabnya Menurut Ketua Balang Institut

Ia menjelaskan, terjadinya banjir di Sasayya, disebabkan komoditi pertanian didominasi sayuran yang ada di Uluere.

Penulis: Achmad Nasution | Editor: Imam Wahyudi
Achmad Nasution/Tribun Timur
Ketua organisasi non-pemerintahan, Balang Institut, Adam Kurniawan. 

TRIBUNBANTAENG.COM, BISSAPPU - Setiap tahun Kabupaten Bantaeng selalu mengalami banjir saat memasuki musim hujan.

Bahkan, dalam setahun, banjir terjadi sebanyak tiga kali. Seperti yang sering dirasakan warga Sasayya, Kelurahan Bonto Sunggu, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng.

Ketua organisasi non-pemerintah Balang Institut, yang bergerak pada isu pengelolaan sumber daya alam dan penguatan kapasitas masyarakat, Adam Kurniawan, menjelaskan penyebab terjadinya banjir di Sasayya.

Ia menjelaskan, terjadinya banjir di Sasayya, disebabkan komoditi pertanian didominasi sayuran yang ada di Uluere.

Sehingga, Daerah Tangkapan Air (DTA) di Uluere termasuk di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere membuat daya resap tidak maksimal.

"Komoditi pertanian di Uluere yang didominasi sayuran, termasuk Bonto Daeng, membuat daya resap DTA tidak maksimal," kata Adam, saat dihubungi TribunBantaeng.com, Kamis, (28/5/2020).

Selain itu, saat curah hujan tinggi terjadi penambahan air dari hulu karena adanya pembukaan lahan atau penggundulan hutan.

Ia menambahkan, sampah juga salah satu penyebab terjadinya banjir.

Oleh kerena itu, karena daya resap DTA tidak maksimal pada saat curah hujan tinggi, volume air yang mengalir ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Panaikang meningkat.

Akibatnya, terjadi luapan air pada drainase dekat pemukiman warga, salah satunya yang berada di Sasayya. Jarak Drainase tersebut sekitar satu meter dari belakang rumah warga.

Alhasil, warga Sasayya harus merasakan banjir yang biasanya terjadi sebanyak tiga kali dalam setahun.

Paling terparahnya, tinggi air dalam rumah mereka bahkan sampai satu meter.

"Jika curah tinggi air lebih banyak mengalir di atas permukaan tanah, mencari tempat yang rendah dan dikirim ke hilir melalui sungai. akibatnya wilayah yang berada di hilir lebih rentan terhadap banjir," jelasnya.

Menurut Adam, pemerintah harus memprioritaskan program yang berhubungan langsung dengan pencegahan dan pengendalian banjir. Salah satunya melakukan perbaikan tanggul.

Memastikan drainase berfungsi dengan baik, lingkungan bersih dari sampah dan paling penting melakukan perbaikan tutupan di Daerah Tangkapan Air.

"Solusi jangka panjang dan bersifat permanen perbaikan tutupan di Daerah Tangkapan Air. Solusi jangka pendek memastikan drainase berfungsi dengan baik dan lingkungan bersih dari sampah," ujarnya.

Bukan hanya itu, peran warga juga sangat  diperlukan agar banjir tidak terjadi, dengan cara menjaga lingkungan tetap bersih dari sampah, tambahnya.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved