Bolehkah Menggabungkan Puasa Syawal dengan Bayar Hutang Puasa Ramadhan atau Puasa Qhada? Kata Ulama
Puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dapat ditunaikan selama enam hari di bulan Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri.
TRIBUN-TIMUR.COM - Hari ini, Minggu (24/5/2020) bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.
Hari ini juga bertepatan dengan masuknya 1 Syawal, di mana di bulan Syawal disunnahkan untuk berpuasa.
Setelah menjalankan puasa wajib selama 30 hari di bulan Ramadan umat Islam dapat melanjutkan dengan puasa Syawal.
Puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dapat ditunaikan selama enam hari di bulan Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri.
Orang yang berpuasa selama enam hari di bulan Syawal setara dengan berpuasa selama setahun penuh.
Perintah melakukan puasa Syawal disebutkan dalam hadits Abu Ayyub Al-Anshari r.a., Nabi Saw.,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164).
Berkenaan dengan waktu pelaksanaan setelah Ramadan, beberapa Muslim mungkin memiliki hutang puasa, bolehkah kita menggabungkan niat puasa Syawal dan qadha puasa Ramdhan?
Para ulama menyebut menggabungkan niat dua ibadah dengan at-Tasyrik fin Niyah atau Tadakhul an-Niyah.
Terdapat kaidah yang diberikan para ulama dalam masalah menggabungkan niat,
إذا اتحد جنس العبادتين وأحدهما مراد لذاته والآخر ليس مرادا لذاته؛ فإن العبادتين تتداخلان
"Jika ada dua ibadah yang sejenis, yang satu maqsudah li dzatiha dan satunya laisa maqsudah li dzatiha, maka dua ibadah ini memungkinkan untuk digabungkan. (‘Asyru Masail fi Shaum Sitt min Syawal, Dr. Abdul Aziz ar-Rais, hlm. 17)
Dari kaidah di atas, beberapa amal bisa digabungkan niatnya jika terpenuhi dua syarat.
Pertama, amal itu jenisnya sama.