Mardigu Wowiek
Pakar Biologi Molekuler Indonesia Bantah Spekulasi Mardigu Wowiek Soal Corona 'Itu Jauh Banget'
Pakar Biologi Molekuler Indonesia Bantah Spekulasi Mardigu Wowiek Soal Corona 'Itu Jauh Banget'
Ahmad yang juga pernah tinggal di AS selama 17 tahun melihat bahwa secara umum memang masyarakat AS terbelah, dibagi menjadi beberapa kelompok.
Ada masyarakat yang sangat kaya, ada juga kelompok masyarakat dengan perekonomian biasa saja.
"Kenapa Obama Care sempat diperjuangkan, karena 30 persen warga Amerika itu enggak punya asuransi. Cuma masalahnya, asuransi yang model Obama Care itu mahal banget. Sehingga Partai Republik yang intinya enggak mau dipajakin lebih mahal lagi, mereka menolak," kata Ahmad.
"Jadi ini intinya masalah klasik di bidang kesehatan (AS) dan enggak ada hubungannya sama virus. Itu jauh banget," imbuhnya.
Selain itu, Ahmad juga mengatakan tidak ada hubungannya dunia farmasi dengan virus, seperti yang disampaikan Mardigu.
"Di satu sisi farmasi memang besar, banyak profit-nya, terlepas dari Covid-19 ya. Tapi, itu juga karena masalah sistem kapitalisme yang memungkinkan itu," katanya.
Kembali ke obrolan Mardigu dan Deddy, pengusaha itu sempat menyinggung sebuah penelitian dari Cambridge University.
"Berbicara tentang virus corona ada banyak versi, tetapi saya lebih senang pakai data science aja. Jadi Cambridge University mengadakan research yang cukup panjang, kebetulan salah satu Profesor di sana, doktor ya, itu adalah sahabat saya orang Malaysia. Jadi sejak Februari, dia sering WA-an (WhatsApp-an), dia bilang waktu bulan Februari kok behavior-nya ini (virus) kayak AIDS ya dan itu ngambil imunitas," kata Mardigu.
• Ada Apa? Mardigu Wowiek Tak Lagi Ingin Muncul ke Publik Usai Tampil di Podcast Deddy Corbuzier
Ahmad mengingatkan, peneliti pun dapat salah.
Pada akhir Januari 2020, China merilis sekuens genom lengkap dari SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Namun, saat itu mekanisme penularan awal virus corona masih belum jelas.
Sekuens genom SARS-CoV-2 ini pun dapat dilihat oleh semua orang dan para peneliti di seluruh dunia dapat melakukan penelitian lebih lanjut dari data tersebut.
"Kemudian di awal Februari, itu ada paper dari India. Jadi mereka menganalisa sekuens lengkap itu dan menemukan ada inversi (susunan) sekitar empat atau lima asam amino yang seperti inversi di virus HIV. Artikelnya ini baru preprint belum yang peer-review," kata Ahmad.
Sebelumnya perlu diketahui, preprint merupakan pengarsipan artikel (self archiving) secara online yang dipersiapkan untuk publikasi formal. Para peneliti menggunakan preprint server sebagai media untuk diskusi dan open peer-review.
Sementara makalah peer-review adalah hasil penelitian yang sudah melalui proses penelaah sejawat.
Penelitian itu dilakukan oleh Indian Institute of Technology (IIT), salah satu badan penelitian well respected atau sangat dihormati.