Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

BBKSDA Sulsel

Elang Hingga Buaya, BBKSDA Sulsel Lepasliarkan 12 Satwa ke Alam

Satwa-satwa dilepas di kawasan Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, dengan tetap mengikuti standar pencegahan penyebaran Covid-19.

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Suryana Anas
BKSDA Sulsel
Tim Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan bersama Petugas Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, melepasliarkan satwa liar di Minasa te’ne, Kabupaten Pangkep dan Karaenta, Kabupaten Maros, Rabu (2052020). (BKSDA Sulsel) 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Di masa pandemi virus corona (covid-19), Tim Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan bersama Petugas Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, melepasliarkan satwa liar di Minasa te’ne, Kabupaten Pangkep dan Karaenta, Kabupaten Maros, Rabu (20/5/2020).

Satwa-satwa dilepas di kawasan Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, dengan tetap mengikuti standar pencegahan penyebaran Covid-19.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sulsel, Ir Thomas Nifinluri mengatakan, pemasalahan dan ancaman terhadap berbagai jenis satwa liar tidak hanya menjadi ancaman penurunan populasi dan aspek ekologi sebuah kawasan.

"Namun secara tidak langsung menyebabkan menurunnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap satwa, tanpa melihat dan memperhatikan nilai dan peran penting satwa liar di alam sebagai pengatur keseimbangan ekosistem," kata dia.

Menurutnya, rendahnya tingkat reproduksi satwa liar serta tingginya tingkat perburuan liar menjadi faktor utama penurunan populasi satwa liar di alam.

"Pelepasliaran satwa liar bertujuan untuk menstabilkan populasi satwa liar di alam dan juga sebagai bentuk pernyataan politis dan pendidikan yang kuat terhadap kesejahteraan satwa liar dan promosi nilai-nilai konservasi lokal," ujar Thomas.

Satwa liar yang dilepaskan tersebut merupakan satwa dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan keberadaannya di alam diperlukan sebagai pengatur ekosistem kawasan konservasi.

"Salah satu upaya konservasi satwa liar adalah melakukan rehabilitasi hasil sitaan dan serahan masyarakat untuk dilepasliarkan ke habitatnya dengan merujuk pada panduan IUCN dan ketentuan yang berlaku di Indonesia untuk pelepasliaran, reintorduksi dan translokas,"jelas Thomas.

Lanjut Thomas, program pelepasliaran satwa liar yang dilakukan terdiri dari 12 ekor dari lima jenis satwa.

Rinciannya, Elang Tikus (Elanus caeruleus) sebanyak lima ekor, Elang Bondol (Haliastur indus) dua ekor, Elang Paria (Milvus migrans) satu ekor, Ular Sanca Kembang (Python reticulatus) tiga ekor, dan Buaya Muara (Crocodylus porosus) sebanyak satu ekor.

Giat ini dilakukan setelah melalui pemeriksaan kesehatan dan kajian perilaku terhadap satwa tersebut selama proses rehabilitasi di Kandang Transit Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan, dan Satwa dinyatakan sehat.

"Observasi lebih lanjut dilakukan di kandang observasi untuk melihat perilaku harian, perilaku berburu dan makan, perilaku interaksi antar satwa," tambah Thomas.

Tahap selanjutnya, sebelum dilakukan pelepasliaran dilakukan kajian terhadap atau lokasi pelepasliaran untuk mempertimbangkan aspek kesesuaian habitat, potensi pakan serta potensi ancaman dan gangguan terhadap satwa.

Tahap berikut adalah proses habituasi atau adaptasi terhadap lingkungan satwa yang baru dengan menempatkan dalam kandang habituasi selama sekitar 7-14 hari.

Setelah semua proses pemeriksaan kesehatan, perilaku/observasi, rehabilitasi, dan habitat dilakukan maka satwa siap untuk dilepasliarkan.

Kedua lokasi pelepasliaram merupakan areal Balai TN Bantimurung Bulusaraung, sedangkan pelepasliaran buaya muara (Crocodylus porosus) sebanyak satu ekor telah dilakukan pada tanggal 15 Mei di Muara sungai Malili, Desa Ussu, Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur yang merupakan kawasan hutan lindung.

"Dengan adanya pelepasliaran diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai penting keberadaan satwa liar dan habitatnya bagi lingkungan dan kehidupan di masa yang akan datang dalam mengatur keseimbangan ekosistem sebuah kawasan," pungkasnya.

Giat ini sebagai bagian peringati Hari Keanekaragaman Hayati 22 Mei 2020 dan Semangat Kebangkitan Nasional. (tribun-timur.com)

Laporan Wartawan tribun-timur.com @Fahrizal_syam

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp

Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur: 

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved