CITIZEN REPORT
Kisah Nurhaliza, Pelajar Tangguh dari Pedalaman Pabbaresseng Sidrap
Setiap hari Nurhaliza ke sekolah berjalan kaki naik turun bukit sejauh lima kilometer. Di daerahnya kini berdiri kokoh beberapa tiang PLTB.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Jumadi Mappanganro
Laporan: Rahmat Ahmad
Founder Kampoeng Inggris Pabbaresseng dan Guru SMAN 2 Sidrap
Bersekolah adalah impian setiap anak untuk mendapatkan pendidikan, tantangan besar ada di daerah yang pedalaman. Jarak dan geografis menjadi tantangan.
Sebut saja seorang anak yang tertunda bersekolah dikarenakan tak memiliki teman untuk jalan. Dalam buku The Bugis yang ditulis Cristian Pelras mengatakan bahwa tempat bermukim awal mula orang Bugis itu adalah tempat yang memiliki sumber mata pencaharian.
Ditambah dengan masa peperangan dengan Belanda yang membuat banyak warga memilih menyingkir mencari tempat yang aman.
Sebut saja daerah pegunungan yang dipakai sebagai benteng pertahanan. Konon pernah tercatat dalam buku pelajaran SD kelas 5 tempat ini bernama Benteng Lajawa.
Memang tempat ini sangat strategis untuk memantau pasukan Belanda yang datang melalui laut.
• Gara-gara Corona, Mahasiswi IAKN Toraja Ini Ujian Proposal di Tengah Hutan
Nenek moyang mereka memaksa untuk tetap bertahan di tempat ini yang sekarang bernama Tonrongnge dan Atakkae dalam dusun pedalaman Pabbaresseng yang mata pencaharian mereka ada di sana yaitu berkebun jambu mente dan jagung.
Tak pernah ada yang menyangka pada 2018 terpancang tiang (turbine) dengan total ketinggian 100 meter milik perusahaan PT UPC Sidrap Bayu Energi dan PT Binatek energy yang berinvestasi 150 dollar atau setara 2 triliun rupiah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu yang menjadi terbesar di Asia Tenggara dan pertama di Indonesia.
Lokasi Tonrongnge ini berada di ujung tiang turbin yang jarak ke sekolah kurang lebih 3 km dan berjarak 2 km dari Attakkae yang 300 meter lagi ke perbatasan Parepare.
Daerah inilah menjadi ujung tiang kincir angin. Kampung ini juga belum teraliri listrik yang memiliki 20an kepala keluarga.
Baru pada akhir tahun 2019 ketika Direktur PLN Wilayah Parepare hadir di Kampoeng Inggris Pabbaresseng jadi relawan pengajar dan bertemu masyarakat dengan menyampaikan aspirasinya tentang ketiadaan listrik di kaki turbin PLTB.
Besoknya langsung disurvey dan dinyatakan layak untuk memiliki listrik dengan aliran dari Kota Parepare.
Pada awal tahun ini PLN langsung bergerak dengan progress tiang listrinya sudah ada.
• Dicurigai Bawa Corona, 6 Orang dari Gowa Diminta Karantina 14 Hari di Luwu Utara
Di sinilah Nurhaliza sebut saja siswa di SD SMPN Satap 4 Lainungan yang harus berjalan kaki kurang lebih 5 km tiap ke sekolah naik turun gunung menuju sekolah.
Karena dia anak perempuan akhirnya tak berani bersekolah pada umur 7 tahunnya dikarenakan kampungnya yang sangat pedalaman (sebelum perusahaan kincir datang dan membuat rute turbin).
Kondisi tersebut akhirnya tidak berani ke sekolah sendirian. Dia kasihan juga kalau harus tiap hari diantar jemput jalan kaki oleh orangtuanya yang juga harus bekerja di kebun tiap harinya.
Orang tuanya memutuskan untuk menunda sekolahnya sambil membantu orang tua dan menunggu anak anak di sekitar rumahnya yang hanya sedikit kepala keluarga yang juga satu rumpun keluarga masuk sekolah.
Datanglah dua tahun kemudian dan bisa bersekolah bersama 5 orang berjalan setiap ke sekolah ditengah pohon jati, sawah, kebun mente dan jagung.
Hebatnya jarak itu hanya dilalui kurang dari 30 menit, ketika hujan datang jalanan jadi becek dan mengambil daun jati yang lebar untuk jadi payung dan membungkus buku mereka biar tidak basah.
• Kehidupan Wanita 17 Tahun Berubah Tragis Akibat Corona, Disiksa dan Tak Diberi Makan oleh Suami
Saat ini Nurhaliza sudah berumur 15 tahun. Adiknyapun sudah bersekolah sekarang/ Semangat belajar terus ada.
Pada saat acara Kampoeng Inggris berjalan awalnya sempat malu untuk berpartisifasi karena anak seumurannya sudah SMP dan dia masih memakai seragam merah putih.
Guru dan kepala sekolah sangat aktif membujuknya. Tiga kali kegiatan dilaksanakan, Dida belum ingin ikut.
Nantilah acara berikutnya sudah ikut berpartisifasi belajar bahasa Inggris. Keberadaan perusahaan internasional di dekat rumahnya menjadi salah satu alasan untuk belajar.
Dia punya mimpi kalau perusahaan ini akan diisi oleh generasi terpelajar di Pabbaresseng.
Inilah mengapa daya tarik dan kebutuhan menjadi petanyaan pertama kita untuk menuntut ilmu.
Dunia sudah berganti rupa. Skill dan kecerdasan menjadi prioritas. Semangat yang kuat terus dijalani ke sekolah.
Pandemic Corona Virus 2019 (COVID 19) datang pada akhir tahun 2019 di Wuhan (China). Indonesia juga kena dampak sejak Februari dan mulai masuk di Sulawesi Selatan.
Bahkan telah masuk Sidrap sejak pertengahan Maret lalu. Efek ini membuat Menteri Pendidikan Mas Nadiem Makarim mengambil langkah cepat untuk menutup sekolah dan merumahkan siswa untuk belajar lewat metode daring (online).
Yang menjadi guru adalah orang tua siswa dan guru di sekolah secara daring. Kendati belum semua daerah punya akses internet atau jaringan telepon.
• Kasatpol PP Makassar Mengamuk di Toko Agung yang Tetap Buka
Di Pabbaresseng, jaringan telepon sangat terbatas. Lebih-lebih jaringan internet. Akhirnya pembelajaran online tidak terlaksana dengan baik.
Siswa hanya bermain di rumah dan sesekali bertemu gurunya yang tinggal di sekitar sekolah.
Dusun Pabbaresseng ini termasuk jauh dari radar masyarakat yang ramai. Sehingga masyarakat disini sudah terbiasa mengisolasi diri dari pihak luar.
Pandemic ini banyak mengajarkan kita untuk hidup bersih. Rata-rata masyarakat disana memiliki tempat cuci kaki dan tangan di depan rumahnya sebelum naik ke rumah.
Air bersihpun telah dirasakan warga pada akhir tahun 2019. Begitupun dengan listrik telah teraliri dipertengahan 2019.
Hal ini jadi pelita bahwasanya masa depan anak-anak akan tergambar dari keinginan belajar dan membangun kampong halaman.
Dengan mempercepat akses belajar maka anak anak akan bisa meraih pendidikan yang ilmiah dikarenakan berhadapan dengan alam yang banyak bisa dipelajari, studi tentang Kincir Angin.
Mengajak anak anak untuk berbicara di depan umum menjadikan anak anak bisa menyampaikan pendapat, ini adalah tanda kalau dalam dunia pendidikan sudah muncul demokrasi.
Sekolah adalah alat buat kita untuk menuntut ilmu dan membangun karakter dengan mengabdikan diri untuk negeri.
Kampoeng Inggris Pabbaresseng tetap berkomitmen membangun sumber daya manusia siswa siswi dan pemuda, dengan mengajarkan bahasa Inggris sejak dini dan membangun karakter yang kokoh demi menghadapi ekonomi global yang semakin terbuka.
Selamat Hari Pendidikan Nasional. (*)