Diskusi Menjaga UMKM Lokal
Pelaku UMKM Transformasi dari Offline ke Online, Tapi Mulai Ragu Bisa Bertahan
Tapi, mereka ragu tranformasi marketing ini akan berjalan lancar lama jika pandemi Covid-19 berlangsung lama.
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengusaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menceritakan transformasi marketing selama masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Tapi, mereka ragu tranformasi marketing ini akan berjalan lancar lama jika pandemi Covid-19 berlangsung lama.
Hal itu menjadi poin utama dalam diskusi serial #2 Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tema "Menjaga UMKM Lokal: Tulang Punggung Masyarakat di Tengah Covid-19" melalui zoom meeting, Minggu (3/5/2020).
Owner Balla Kanrejawa, Irman Ismail menyampaikan situasi pandemi Covid-19 memaksa terjadinya transformasi besar-besaran dari penjualan offline ke online.
"Kami sudah banyak melayani online. Saya sendiri jadi fotografer, saya yang memvideokan dan marketing dadakan," katanya.
Tapi, Irman Ismail takut transformasi ini tak berjalan maksimal ketika penderita Covid-19 terus bertambah di Sulawesi Selatan.
"Sejak pemerintah mengumumkan darurat Covid-19, penderita terus tumbuh karena masyarakat kurang disiplin. Kemacetan masih terasa, bagaimana pandemi ini bisa berakhir," katanya.
Menurutnya, kekuatan modal UKMK tak akan bisa berlangsung lama.
"Terkait kekuatan UMKM, ada yang bisa bertahan hingga bulan Juni, padahal UMKM adalah tulang punggung ekonomi kita," katanya.
Ia pun menceritakan kasus penolakan restrukturisasi di tengah wabah Covid-19.
"Sebelum Covid-19, ekonomi kita tak terlalu menggembirakan, sudah ada teman pengusaha yang melakukan restrukturisasi sebelum ini, dan dia ternyata tak masuk dalam daftar restrukturisasi di tengah Covid-19, kita tak tahu bagiamana nasibnya teman itu lagi," katanya.
Sehingga, dia meminta ada relaksasi tambahan kepada UMKM.
Menurutnya, saat ini perlu ada penurunan harga Bahan bakar Minyak (BBM) dan tarif dasar listrik.
"Penghasilan cenderung berkurang, penjualan online adalah euforia sesaat.
Ketika semua pihak menganggap saving cash lebih penting maka, transaksi pasti akan berkurang," katanya.