Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kabar Buruk! Achmad Yurianto: Makassar Bisa Jadi Episentrum Virus Corona Baru, Respon Iqbal Suhaeb

Kabar buruk! Achmad Yurianto: Makassar bersama dengan 3 kota besar lainnya bisa menjadi episentrum penyebaran Virus Corona / Covid-19 baru.

Editor: Edi Sumardi
AFP/ANDREAS SOLARO
Ilustrasi. Kabar buruk! Achmad Yurianto: Makassar bersama dengan 3 kota besar lainnya bisa menjadi episentrum penyebaran Virus Corona / Covid-19 baru. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Kabar buruk! Achmad Yurianto: Makassar bersama dengan 3 kota besar lainnya bisa menjadi episentrum penyebaran Virus Corona / Covid-19 baru.

Hal itu melihat tingginya angka kasus di daerah tersebut.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan kasus Virus Corona, Achmad Yurianto, menyatakan bahwa ada 3 daerah yang berpotensi menjadi episentrum penyebaran Virus Corona baru.

Ketiga daerah tersebut, yaitu Kota Semarang di Jawa Tengah, Surabaya di Jawa Timur, dan Makassar di Sulawesi Selatan.

Diberitakan Kompas TV, Jumat (1/5/2020), di Surabaya ada 438 total kasus positif.

Di Semarang berdasarkan catatan situs Siaga Corona Semarang Kota, terdapat 118 kasus positif.

Sementara di Kota Makassar, terjadi 367 kasus positif Covid-19.

Dari ketiga kota yang disebut bisa menjadi episentrum baru Virus Corona di Indonesia, Surabaya dan Makassar sudah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ).

Apa respon para kepala daerah?

Jadi Peringatan buat Makassar

Pejabat (Pj) Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb menilai pernyataan pemerintah pusat menjadi peringatan agar wilayahnya tidak menjadi episentrum baru.

Untuk mencegahnya, Pemkot Makassar telah menerapkan PSBB dan diklaim sudah berdampak dalam penanganan Virus Corona.

"Laju pertumbuhan Covid-19 mengalami penurunan hingga 1 persen. Sebelum diterapkan PSBB, laju peningkatannya mencapai 2,5 persen,” kata Iqbal Suhaeb ketika dikonfirmasi, Kamis (30/4/2020).

Tingkat kepatuhan masyarakat menerapkan pembatasan sosial pun diklaim meningkat 80 persen.

Pj Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb
Pj Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb (TRIBUN TIMUR/SALDY)

Misalnya terkait shalat berjamaah yang tadinya ada ratusan masjid yang tidak patuh, kini hanya ada puluhan.

“Kalau masjid dalam kompleks tidak masalah dan mudah dilakukan tracing jika ada suatu masalah. Yang berbahaya masjid pinggir jalan. Karena tidak diketahui apakah dia sehat atau tidak, kemudian bergabung dengan jemaah yang sehat, kata mantan Kepala Satpol PP Pemprov Sulsel itu.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Naisyah Tun Azikin mengatakan, kasus di daerahnya tinggi karena merupakan pintu gerbang di Indonesia Timur.

Yang awalnya hanya kasus impor, kini penularan Covid-19 sudah dalam fase transmisi lokal.

"Dari kasus yang ada yang kita lakukan tracing ternyata sudah ada penularan antar orang dengan orang Makassar sendiri," ujar Naisyah saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/4/2020).

Menurutnya, pemerintah telah berupaya membuat regulasi-regulasi.

Jika ingin Virus Corona segera berakhir, masyarakat harus patuh dengan aturan yang ada.

"Intinya ini akan menyulitkan kami kalau masyarakat sendiri yang tidak menaati aturan. Virus sangat mudah menular. Setiap hari masih terus terjadi kematian kalau tidak salah kemarin masih ada 4 yang positif ini yang harus disadari masyarakat. Ini yang perlu dipahami masyarakat," kata Naisyah.

Semarang Terapkan PKM

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi memberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) agar wilayahnya tidak menjadi episentrum baru kasus Covid-19.

Ada 16 posko yang dijaga tim gabungan untuk mengingatkan masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan.

"Buat saya yang penting warga Semarang disiplin dalam SOP protokol kesehatan dan jaga jarak. Maka kita akan terhindar dari Covid-19 yang berkepanjangan," kata Hendrar Prihadi di Semarang, Kamis (30/4/2020).

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pemberlakuan PKM dilakukan agar masyarakat memiliki kesadaran diri untuk ikut mencegah penularan Covid-19.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (DOK PRIBADI)

Apabila kesadaran tidak terwujud dan jumlah kasus terus meningkat, bukan tidak mungkin Semarang menerapkan PSBB.

"Yuk tolong dong semua taat. Kalau sudah PSBB, semua pasti akan terasa sakitnya. Maka ayo jangan sampai kita menaikkan status menjadi PSBB dengan cara disiplin dan taat aturan," kata Ganjar Pranowo di Semarang, Kamis (30/4/2020).(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved