Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Yunarto Wijaya

Yunarto Wijaya Sentil Belva Devara Stafsus Milenial Jokowi? Tugas Negara Kalah Penting Proyek Besar

Pengunduran diri Belva Devara seiring polemik Ruang Guru melalui Skill Academy yang mengambil bagian dalam pelatihan Kartu Prakerja.

TribunJateng
Bos Charta Politika Yunarto Wijaya 

Salah satunya dari ekonom Indef, Bhima Yudhistira, yang sempat menantang Adamas Belva Devara untuk berdebat terbuka.

Bhima mengapresiasi langkah Adamas Belva Devara yang mundur dari posisi Staf Khusus Presiden.

Bhima melihat langkah tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban milenial untuk lebih profesional dalam menjalankan bisnisnya.

"Belva telah menunjukkan bahwa milenial harus memiliki integritas dan bisa menghindari konflik kepentingan yang muncul ketika berada dalam posisi di pemerintahan," kata Bhima.

Namun, Bhima menegaskan, permasalahan terkait Kartu Prakerja tidak serta-merta tuntas dengan mundurnya Adamas Belva Devara.

Sebab, masih perlu dilakukan penyidikan terkait MoU mitra pelaksana Kartu Prakerja yang dilakukan sebelum peraturan teknis dikeluarkan pemerintah.

Selain itu, Kartu Prakerja juga dinilai tidak menjawab persoalan krisis yang dihadapi, bahwa korban PHK lebih membutuhkan bantuan berupa bantuan langsung tunai dibandingkan dengan pelatihan online.

"Dibandingkan memberikan pelatihan online, lebih baik pemerintah memberikan subsidi internet selama 3-5 bulan kepada seluruh rakyat Indonesia sehingga masyarakat bisa mengakses konten pelatihan serupa di YouTube dan platform gratis lainnya," kata dia.

Tak hanya Belva

Bhima pun berharap staf khusus milenial lainnya yang memiliki konflik kepentingan antara bisnis dan jabatan publik untuk mengikuti jejak Belva.

Selain Belva, ada enam staf khusus milenial lain yang dimiliki Presiden.

Keenamnya pun memiliki perusahaan sendiri yang berpotensi menciptakan konflik kepentingan.

Mereka yakni Andi Taufan Garuda Putra, Putri Indrasari Tanjung, Billy Mambrasar, Ayu Kartika Dewi, dan Aminuddin Ma'ruf.

Bhima menyarankan para stafsus milenial itu bisa memilih tetap menjadi staf Jokowi atau profesional melanjutkan bisnisnya masing-masing.

"Perjalanan karier kawan-kawan milenial masih cukup panjang, dan generasi milenial yang jumlahnya 90 juta orang di republik ini akan mengawasi setiap langkah kawan-kawan. Maka, jagalah amanah ini dengan sebaik-baiknya," kata Bhima.

Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi juga menilai, seharusnya langkah mundur Belva diikuti oleh semua staf khusus milenial.

Sebab, ia menilai peran para staf khusus milenial ini tak terlalu dirasakan oleh publik.

Stafsus milenial yang kerap memunculkan polemik justru malah menjadi beban Presiden.

"Kurangi beban pemikiran Jokowi dalam penanganan wabah corona, sebaiknya semua staf khusus milenial mengundurkan diri semua. Jangan sampai Presiden sendiri yang meminta mundur," kata Ari.

Ari mencontohkan stafsus Andi Taufan yang baru-baru ini juga tersandung polemik terkait konflik kepentingan.

Polemik itu muncul setelah dia menyurati para camat untuk menitipkan perusahaannya, PT Amarta Fintech, dalam penanggulangan virus corona Covid-19.

Setelah surat itu bocor di publik, Andi meminta maaf dan mengaku telah menarik surat yang dimaksud.

Namun, Ari menilai permintaan maaf itu tak cukup dan harus diikuti pengunduran diri layaknya yang dilakukan Belva.

"Sikap Belva jauh lebih terhormat dari Andi Taufan yang hingga sekarang belum memutuskan hengkang dari Istana," ucap Ari Junaedi.

Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Belva Mundur dari Stafsus Jokowi, Yunarto Wijaya: Proyek Besar Jauh Lebih Penting dari Tugas Negara?

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved