Sulsel Lawan Corona
Wawancara Khusus Ketua Tim Satgas Covid-19 Unhas: Sulsel Sanggup Menangani
Sampai saat ini Rumah Sakit kita masih mampu menangani dan menampung pasien PDP baik isolasi maupun penangan lanjut.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Imam Wahyudi
Berikut wawancara khusus Tribun Timur dengan Ketua Tim Satgas Covid-19 Unhas, Prof dr. Budu SpM (K) M. MedEd, Ph.D terkait kondisi pandemik Covid-19 di Makassar.
1. Bagaimana Prof melihat trend perkembangan jumlah kasus Covid-19 di Sulawesi Selatan?
Jawab:
Kalau saya lihat memang dari hari ke hari ada pertambahan jumlah kasus baik ODP (Orang Dalam Pemantauan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan) dan kasus yang positif. Selain memang karena kontak antara penderita dengan keluarga dan masyarakat nya masih terus terjadi, namun tak dipungkiri juga karena keaktifan Tim Gugus dalam melakukan tracing dan tes covid19 sehingga distribusi orang-orang yang terpapar semakin banyak yang ditemukan.
2. Bagaimana Prof melihat kesiapan dan kemampuan rumah sakit di Sulsel menangani pasien PDP dan pasien positif corona?
Jawab:
Sampai saat ini Rumah Sakit kita masih mampu menangani dan menampung pasien PDP baik isolasi maupun penangan lanjut. Ada nya trend penambahan kasus yang diperkirakan meningkat hingga Mei 2020 juga sudah diantisipasi pemerintah dengan mempersiapkan 4 RS yang siap dalam perawatan Covid19 (RS. Dadi, RS. Sayang Rakyat, RS Unhas dan RS. Wahidin), termasuk tentu RS lain yang sudah direkomendasikan Kemenkes dalam perawatan Covid19 ini. Jika terjadi peningkatan kasus di bulan Mei yang sesuai perhitungaan epidemiologi maka dibutuhkan sekitar 350-an tempat tidur. Instruksi bapak Gubernur Propinsi SulSel agar RS. Khusus Daerah Dadi itu menyiapkan 100 (90 untuk isolasi dan 10 untuk perwatan dengan ventilator) yang saat ini sudah siap 40 tempat tidur dan sudah mulai merawat pasien PDP. Kemudian RS. Sayang menyiapkan 118 tempat tidur yang terdiri atas ruang isolasi, ruang ber ventilator dan unit gawat darurat. Akhir April ini sudah mulai difungsikan sebab peralatan (ventilator sudah tiba) dan tempat tidur sudah disiapkan. Rumah Sakit Wahidin S Husodo dan RS. Unhas yang sejak awal merawat pasien PDP dan pasien dengan ventilator terus disiapkan untuk menampung rujukan dari kedua RS tersebut di atas. Saat ini juga disiapkan gedung BPSDM propinsi untuk karantina pasien terpapar covid19 yang masih bisa perawatan mandiri.
3. Apakah jumlah dokter, tim medis RS dan peralatan untuk tangani pasien Covid-19 di Sulsel memadai?
Jawab:
Tenaga dokter dan paramedis serta tenaga kesehatan lain kita insha Allah siap. Khusus untuk RS khusus daerah Dadi dan RS. Sayang Rakyat sudah ada dokter spesialis paru (10 orang) dan dokter spesialis lain yang di SK-kan bapak Gubernur untuk menjadi tenaga medis dalam perawatan PDP ini. RS Sayang akan mendapatkan bantuan perawat dari RS Pemprop yang lain selain akan membuka perekrutan tenaga sukarela. Alat ventilator kita hingga saat ini masih cukup, RSKD Dadi dan RS. Sayang rakyat akan mengfungsikan masing-masing 10 ventilator ditambah adanya bantuan donatur alat dan sharing ventilator dari RS lainnya.
4. Bagaimana kini ketersediaan alat pelindung diri (APD) untuk dokter dan tim medis yang tangani pasien corona? Apakah masih sangat kekurangan?
Jawab:
Saat ini APD masih bisa memenuhi kebutuhan sekalipun setiap hari keperluan akan APD ini semakin meningkat. Ada 15.000 APD yang disiapkan Dinas Kesehataan untuk kebutuhan perawatan Covid19 di 4 RS yang disiapkan pemerintah Sulsel. Termasuk APD dari sumbangan bebebapa donatur yang terus mengalir yang diterima oleh Bapak Gubernur baik dari perorangan atau lembaga sosial lainnya. Tinggal distribusi nya yang akan diatur dengan baik sesuai kebutuhan.
5. Apa solusi agar RS, tim medis, dan kekurangan APD bisa segera terpenuhi untuk para dokter dan tim medis di Sulsel?
Jawab:
Hingga saat ini APD masih bisa terpenuhi, kadang-kadang kita berusaha mencari sumber-sumber produksi APD untuk di booking segera dan dikirim ke Makassar. Ada APD yang bisa diproduksi oleh karena kepedulian masyarakat seperti masker dll. Namun itu hanya dipakai ditempat-tempat tertentu yang tidak terlalu rawan penularan, karena hanya merupakan pelindung diri sederhana, itu juga harus terstandar. Untuk APD diruang perawatan Covid19 seperti yang saya sebutkan di atas siap di distribusi oleh dinas kesehatan propinsi.
6. Menurut Prof , apa yang menjadi penyebab utama makin bertambahnya kasus Covid-19 di Sulsel saat ini?
Jawab:
Kalau saya ada dua hal : pertama itu karena masyarakat kita belum terlalu disiplin dalam mematuhi aturan pemerintah untuk menjaga jarak satu dengan lainnya, masih banyak kerumunan dan keramaian di mana-mana. Yang kedua adalah sosiokultural masyarakat kita di Sulawesi Selatan yang sangat tinggi rasa kekeluargaannya sehingga jika ada yang menderita terkadang sulit untuk pisah dengan keluarganya. Oleh karena itu sudah saat nya diberlakukan pembatasan atau karantina wilayah khususnya yang sudah masuk zona merah covid19 ( kalau cenderung kasus bertambah dan meluas). Juga sudah perlu ditegakkan disiplin terpadu bagi masyarakat yang belum patuh ke aturan.
7. Bagaimana menurut Prof terkait Analisa Badan Intelijen Negara dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin yang memprediksikan puncak epidemik di Sulsel pada 19 Mei 2020 dengan perkiraan terjadi peningkatan kasus hingga 2.614 pasien covid-19 (ini terungkap pada Rapat Forkopimda Sulsel di Hotel Sheraton Kota Makassar, kemarin).
Jawab:
Saya mengikuti setiap presentasi dari teman-teman Kesmas, dan yang dimaksud jumlah 2.000 an itu adalah total dari keseluruhan sejak covid19 itu ada (awal Maret 2020) termasuk yang sudah sembuh, yang masih dirawat atau yang tes nya dinyatakan negative dan yang meninggal. Analisa beberapa pakar memang mengatakan kalau pertengahan Mei akan terjadi puncak peningkatan kasus covid19 di SulSel, oleh nya itu saat ini terus diusahakan agar eksponential nya jangan terlalu tajam dan tinggi, kalau pun meningkat yah meningkatnya landai-landai saja. Untuk membuat begitu harus penanganan nya dilakukan keras dan massif. Terutama dalam usaha memutus mata rantai penularan di masyarakat, karena kalau tidak, maka boleh jadi malah semakin panjang dan lama kita dalam masa pandemik ini.
8. Jika pasien corona mencapai angka 2.614 pasien corona di Sulsel, kira-kira RS di Sulsel sanggup melayani itu semua?
Jawab :
Saya katakan tadi bahwa jumlah 2000 an itu adalah total dari yang lalu dan yang akan datang, tapi perkiraan Mei itu menurut pakar Kesmas dibutuhkan 350 an tempat tidur dengan dengan standar ruang isolasi yang memadai. Kalau dihitung 4 RS saja, RS Dadi, RS. Sayang, RS Wahidin, RS Unhas insha Allah tempat tidur itu akan dimaksimalkan plus rumah sakit penyanggah kita juga tentu menyiapkan diri.
9. Menurut Prof, sejauh ini apa yang dilakukan pemerintah daerah sudah serius atau belum?
Jawab:
Kalau saya lihat pemerintah kita saat ini sangat serius. Beberapa aturan terkait sudah dibuat pemerintah pusat dan alur penggunaan keuangan juga banyak diarahkan ke penanganan covid19. Bapak Gubernur sering menyampaikan bahwa kita tidak oleh main-main karena pilihannya adalah kita hidup atau kita mati. Contoh misalnya para tenaga medis dan paramedis serta tenaga kesehatan lain nya saat ini diinapkan di beberapa hotel dengan tujuan memberikan kenyamanan untuk mereka istirahat dan juga untuk memutus mata rantai kontak dengan keluarga dan lingkungan nya jika seandainya kembali ke rumah. Tim gugus misalnya tak mengenal lelah, malam dan siang, subuh atau pagi-pagi buta pun harus dan terus mengurus penderita ataupun pasien yang meninggal, diurus mayat nya hingga sampai ke penguburan.
10. Menurut Prof, mana lebih efektif dilakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pembatasan sosial berskala kecil (PSBK), karantina wilayah atau lockdown untuk cegah penyebaran corona di masyarakat ?
Jawab:
Setiap daerah punya karakteristik nya masing-masing untuk memutuskan PSBB, karantina wilayah atau lockdown. Status daerah nya, karakteristik dan budaya masyarakat nya, tingkat ekonomi penduduk nya hingga tingkat kerawanan keamanan semua diperhitungkan. Kalau DKI Jakarta status daerah nya beda dengan kota lain, Makassar juga beda apalagi Sulsel secara keseluruhan. Petani-petani dan nelayan harus tetap bertani atau menangkap ikan sebab Sulsel adalah penyanggah beras beberapa daerah di Indonesia, kalau mereka-mereka ditahan untuk tidak turun bekerja sama saja kalau kita menurunkan produksi kita yang sangat penting. Yang jelas keputusan untuk PSBB, karantina wilayah dan atau lock down itu adalah keputusan pemerintah setempat dan kita harus patuh sebab tentu sudah diperhitungkan sebaik-baik nya.
11. Apa kira-kira konsekuensinya jika hal itu dilakukan atau tidak dilakukan? Apa alasannya?
Jawab:
Sulawesi Selatan kan termasuk penyangga ekonomi/ beras dibanyak daerah/ provinsi di Indonesia. Kalau lockdown bukan cuman Sulsel yang kena dampak tapi semua provinsi yang disuplai beras oleh Sulsel. Kan seperti tadi saya katakan pasti petani dan nelayan harus juga dirumahkan kan ?. Tidak bisa kita menentukan bilang harus PSBB, harus PSBK. Harus analisis daerah masing-masing. Kalau Makasssar saat ini akan melakukan pembatasan wilayah pada 4 kecamatan sebagai tempat epicentrum wabah, dan ada beberapa kelurahan yang akan dikarantina tapi bukan seluruh Makassar. Kalau semua ditutup, orang yang tinggal di rumah tentu sulit dapat sumber-sumber makanan, siapa yg akan mengantar go food dll ?. Sesuai permenkes yang baru tentang PSBB dikatakan bahwa persyaratan epidemiologinya adalah jika ada tanda kasus bertambah, meluas dan ada bukti transmisi maka maka bisa dipikirkan untuk di lakukan pembatasan wilayah. Belum lagi aspek-aspek lainnya yang mendukung.
12. Apa harapan dan saran Anda ke semua pihak agar bisa lebih efektif dan massif mencegah penyebaran Corona di masyarakat?
Jawab:
Saran saya yang paling penting adalah mari kita semua menyadari bahwa menjaga jarak (physical distancing) itu perlu dipatuhi oleh semua pihak. Ketegasan dan kedisiplinan semua pihak harus hadir ditengah-tengah wabah covid19 ini. Mari kita tinggal di rumah dan patuhi aturan yang berlaku yang diterapkan pemerintah kita.