Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Update Corona Makassar

Hati-hati Terapkan PSBB, NA: Jangan Sampai Kita Mati Kelaparan

Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah akhirnya tampil sebagai Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Sulsel pada video conference.

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Hasriyani Latif
Humas Pemprov Sulsel
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah akhirnya tampil sebagai Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Sulsel pada video conference, Selasa (7/4/2020) siang. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah akhirnya tampil sebagai Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Sulsel pada video conference, Selasa (7/4/2020) siang.

Pertanyaan pertama yang diajukan, kenapa Sulsel tidak mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan status Zona merah berpasien positif di atas 50 orang atau data terakhir per Senin (6/4/2020) di angka 112 pasien.

Bahkan, Makassar sebagai ibu kota provinsi sudah menjadi episentrum penyebaran Covid-19.

"Apapun namanya, sebelum PSBB lahir, sebagian sudah kita lakukan. Pertama liburkan sekokah, bekerja dari rumah physical dan social distancing," katanya.

"Kita harus berhati-hati memberlakukan (PSBB) di Sulsel, karena tidak semua wilayah sama dari 24 kabupaten/kota. Episentrum penyebaran mulai dari Makassar dan daerah penyangga kita Gowa dan Maros. Nah ini sekarang kita fokus di sini. Kita jangan lupa bahwa Sulsel ini adalah penyangga pangan nasional," jelasnya.

Terkait Sulsel sebagai daerah penyangga pangan nasional, menjadi pertimbangan NA.

"Bagaimana nantinya kalau semua petani kita dirumahkan? Sekarang ini lagi musim tanam. Jangan-jangan justru bukan corona yang membunuh kita, tapi kita mati kelaparan," ujarnya.

"Mungkin perlu kita pikirkan bersama. Inovasi daerah ini penting. Bagaimana daerah masing-masing melakukan inovasi. Khusus Makassar sebagai episentrum penularan, tentu kita lebih tegas lagi memberlakukan aturan pencegahan Covid-19)," lanjutnya.

Sejauh ini, kata dia, Gugus Tugas Covid-19 terus melakukan upaya untuk mencegah penularan Covid-19.

Di antaranya, melakukan pemetaan beberapa wilayah yang memang menjadi pusat penularan.

"Kita coba lakukan isolasi wilayah, apakah mulai dari tingkat RT, RW, kelurahan dan kecamatan. Tapi ini ada resikonya. Tidak mungkin orang dirumahkan tanpa diberikan bekal. Ini yang sementara kita hitung," katanya.

Ia menegaskan, hasil pangan Sulsel utamanya beras, menghidupi 27 provinsi di Indonesia.

"Soal beras, banyak yang bertumpu pada Sulsel. Kita tidak serta-merta melakukannya (PSBB), kita melaksanakan secara bertahap," ujarnya.

Jangan Samakan Dengan Jakarta

Gubernur NA, menghargai inovasi yang dilakukan bupati dan wali kota di Sulsel.

"Seperti di Parepare ada dua yang positif dan tidak bertambah. Keduanya malah balik ke rumah karena sudah sembuh. Saya lihat pemudik di sana sudah berangsur menurun," katanya.

"Adanya Keputusan MenPAN-RB, dimana ASN dilarang mudik. Artinya tidak akan diberi tolerir ASN yang mudik," jelas NA.

Makassar sebagai episentrum penularan yang berasal dari klaster umrah dan klaster bawaan dari keluarga harus jadi fokus utama.

"PSBB ini kita akan kaji betul. Tidak akan mungkin kita menyamakan daerah lain seperti Jakarta. Jakarta memang terlihat jelas berapa besar jumlah positif, ODP dan PDP-nya. Jakarta kota jasa sangat mudah. Kita penyangga pangan nasional, makanya kita harus petakan dulu," katanya.(*)

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp

Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur: 

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved