Virus Corona
Pasien Positif Covid-19 di Sulsel Kini 66, Ciri-ciri Terinfeksi Virus Corona Sejak Hari Pertama
Pasien positif Covid-19 di Sulsel kini 66, kenali ciri-ciri terinfeksi Virus Corona sejak hari pertama.
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Pasien positif Covid-19 di Sulsel kini 66, kenali ciri-ciri terinfeksi Virus Corona sejak hari pertama.
Jumlah pasien positif terinfeksi Covid-19 di Sulawesi Selatan ( Sulsel ) kembali meningkat tajam.
Pada Selasa (31/3/2020), tidak ada kasus baru yang diumumkan atau jumlah pasien positif masih 50 oang, sama dengan hari sebelumnya, Senin (30/3/2020).
Namun, Rabu (1/4/2020), lembaran pertama di kalender bulan April, ada penambahan 16 pasien sehingga total pasien positif Covid-19 di Sulsel sebanyak 66 orang.
Angka kenaikan jumlah pasien positif mencapai 32 persen.
Data ini dikutip dari laman Kawal Covid-19 kawalcovid19.id, Rabu hari ini, pukul 17:30 Wita.
Sulawesi Selatan saat ini di urutan keenam di Indonesia dalam jumlah pasien positif.
DKI Jakarta menempati urutan pertama (808 pasien positif), Jawa Barat di urutan kedua (220 pasien positif), Banten di urutan ketiga (152 pasien positif), Jawa Tengah di urutan keempat (104 pasien positif, Jawa Timur di urutan kelima (104 pasien positif).
Secara global, Indonesia menempati urutan ke-36 dalam jumlah pasien positif atau kasus berdasarkan data dari worldometers.info.
Urutan pertama masih ditempati Amerika Serikat ( USA ).
Ciri-ciri Terinfeksi Virus Corona
Umumnya, orang yang terinfeksi Virus Corona menunjukkan ciri-ciri demam tinggi lebih dari 38 derajat Celsius, batuk kering, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan sesak atau kesulitan bernapas.
Gejala tersebut kemungkinan muncul pada hari kedua hingga 14 sejak pertama kali terpapar virus.
Tidak hanya itu, dikutip dari Live Science, baru-baru ini dokter menambahkan pasien yang terinfeksi bisa jadi mengalami kehilangan kemampuan indera penciuman tanpa menunjukkan gejala lainnya.
Meskipun sebagian besar pasien menunjukkan gejala ringan, namun sedikit di antaranya merasakan sakit yang parah.
Bahkan ada juga yang sampai mengalami kondisi kritis.
1. Perkembangan gejala Virus Corona pada pasien
Sebuah studi yang dilakukan terhadap 140 pasien di Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan mengungkapkan proses berkembangnya gejala Virus Corona yang umumnya dialami pasien dari hari ke hari.
Perlu dicatat, bahwa penghitungan hari di sini dimulai sejak kemunculan gejala, bukan sejak terinfeksi.
Sebab, penyakit Covid-19 memiliki masa inkubasi di mana pasien yang sudah terinfeksi belum menunjukkan gejala.
Hari ke-1: kemunculan gejala, biasanya pasien mengalami demam tinggi, kelelahan, nyeri otot, dan batuk kering.
Sebagian orang juga mengalami diare atau mual pada sehari atau dua hari sebelumnya.
Hari ke-5: muncul kesulitan bernapas, khususnya bagi pasien yang berusia tua atau memiliki penyakit penyerta.

Hari ke-7: pasien mulai dirawat di rumah sakit.
Hari ke-8: untuk pasien yang mengalami kasus parah, mereka akan merasakan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).
ARDS merupakan sebuah penyakit yang terjadi ketika cairan menutupi paru-paru dan bisa berujung fatal.
Hari ke-10: Jika gejala semakin memburuk, kemungkinan besar pasien akan dipindahkan ke ruang ICU.
Mereka mungkin akan kehilangan nafsu makan dan mengalami sakit perut yang lebih parah daripada pasien dengan gejala ringan.
Sebagian kecilnya meninggal dunia.
Hari ke-17: Rata-rata pasien yang sembuh diizinkan pulang dari rumah sakit pada hari ke-17 atau sekitar 2,5 minggu sejak gejala pertama kali muncul.
2. Virus Corona berkembang lebih cepat dari pneumonia biasa
Ciri-ciri Virus Corona hampir mirip dengan pneumonia.
Namun, Paras Lakhani, seorang ahli radiologi di Thomas Jefferson University, berkata bahwa Covid-19 bisa dibedakan dengan pneumonia bila dilihat dari bagaimana gejalanya semakin memburuk dari waktu ke waktu.
"Pneumonia biasanya tidak berkembang dengan cepat. Kebanyakan rumah sakit akan merawat pasien (pneumonia) dengan memberikan antibiotik, kemudian pasien (pasien) akan menjadi lebih stabil," jelas Lakhani.
Akan tetapi, pasien Virus Corona bisa menjadi lebih parah bila mereka diobati dengan cairan atau steroid.
Bahkan dalam sebuah kasus, seorang wanita berusia 33 tahun justru mengalami kondisi yang lebih parah sejak tiga hari dirawat di rumah sakit Lanzhou.
3. Paling menular di minggu pertama
Sebuah penelitian di Hong Kong mengungkapkan pandemi Virus Corona menular paling cepat saat minggu pertama gejala muncul.
Hal ini disebabkan beban virus ini lebih tinggi pada periode ini.
Berdasarkan makalah yang diterbitkan di jurnal medis The Lancet, para peneliti melakukan uji coba sampel air liur pada 23 pasien terinfeksi Covid-19 di dua rumah sakit di Hong Kong.
Rata-rata pasien berusia 35 hingga 75 tahun.
Hasilnya, beban virus berada pada situasi tertinggi saat 7 hari pertama setelah gejala muncul lalu menurun secara bertahap, seperti dikutip dari South China Morning Post.

"Beban virus di minggu pertama membuat virus bertransmisi dari satu orang ke orang lain dengan mudah sebelum mereka dirawat di rumah sakit," ucap Kelvin To Kai-wang, profesor asosiasi klinis di Departemen Mikrobiologi, University of Hong Kong.
Sejauh ini, virus telah menginfeksi lebih dari 400 ribu orang di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian sekitar 16 ribu orang.
Virus ini diketahui lebih sering menyerang orang golongan tua dan bisa menetap dalam tubuh manusia selama hampir satu bulan.
Bahkan, dalam sebuah kasus, virus baru terdeteksi 25 hari setelah pasien menunjukkan gejala.
To mengatakan ada kemungkinan pasien harus diisolasi untuk waktu yang lebih lama.
"Sepertiga dari pasien kami melepaskan virus setelah 20 hari atau lebih," ujarnya.
Di China, pasien diisolasi selama 14 hari setelah keluar dari rumah sakit dan 14 hari lagi di rumah mereka masing-masing.
Berbeda dengan di Hong Kong, pasien yang telah keluar dari rumah sakit tidak diizinkan melakukan isolasi mandiri.
Mereka harus tetap dipantau oleh petugas medis untuk melihat progres penyembuhan mereka.
Lebih lanjut, To menjelaskan pelepasan virus yang lama tidak berarti pasien terinfeksi untuk waktu yang lama.
Karena tes yang mereka lakukan hanya mendeteksi keberadaan genom virus (asam nukleat virus), bukan virus yang hidup.
"Namun, jika dilihat dari kacamata kontrol infeksi, kami harus berasumsi bahwa setiap orang yang memiliki asam nukleat virus telah terinfeksi dan harus mengisolasi pasien lebih lama untuk mengurangi risiko," kata To.
Namun, To melanjutkan, ruang isolasi yang ada mungkin tidak cukup untuk menampung pasien dalam jumlah banyak.
Para peneliti menganjurkan akan lebih baik jika pasien mengumpulkam sampel air liur mereka daripada menunggu para tenaga medis melakukan usap tenggorokan dan hidung.
Sebab, usap tenggorokan dan hidung dapat menyebabkan pasien batuk dan bersin yang menghasilkan aerosol.
Hal ini dapat menyebabkan para tenaga medis berisiko terinfeksi Virus Corona yang menyebabkan penyakit Covid-19.(tribun-timur.com/kompas.com)