Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pejabat Sulsel Positif Corona

Sehat dan Tanpa Gejala, Cara Kadis Kesehatan Sulsel Tahu Dirinya Positif Covid-19 ( Virus Corona )

Merasa sehat walafiat dan tanpa gejala, cara Kadis Kesehatan Sulsel tahu dirinya positif Covid-19.

Editor: Edi Sumardi
LIVE SCIENCE DAN DOK PRIBADI
Gambar mikroskop elektron pemindai ini menunjukkan virus corona Wuhan atau Covid-19 (kuning) di antara sel manusia (kiri). Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, dr Muhammad Ichsan Mustari (kanan). 

TRIBUN-TIMUR.COM  - Merasa sehat walafiat dan tanpa gejala, cara Kadis Kesehatan Sulsel tahu dirinya positif Covid-19.

Jumlah public figure di Sulawesi Selatan ( Sulsel ) yang terinfeksi Virus Corona ( Covid-19 ) bertambah.

Setelah mantan Rektor Unhas ( Universitas Hasanuddin ), Prof Idrus Paturusi, kini giliran Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, dr Muhammad Ichsan Mustari.

Kabar dr Muhammad Ichsan Mustari positif terinfeksi Covid-19 dikonfirmasi langsung oleh dirinya, Jumat (27/3/2020) sore, melalui sebuah video.

Kepala Dinas Kesehatan Sulsel: Saya Positif Covid-19 ( Virus Corona), tapi Sehat, Tidak Demam

Sebelumnya, pada Jumat pagi, Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah sebenarnya juga sudah lebih dulu menyampaikan jika dr Muhammad Ichsan Mustari positif terinfeksi Covid-19, namun tak ada konformasi langsung dari yang bersangkutan.

Kabar tersebut pun simpang siur.

Bahkan sempat beredar screenshot percakapan melalui WhatsApp yang berisi pernyataan dari dr Muhammad Ichsan Mustari jika dirinya tak benar terinfeksi Covid-19.

Tak hanya itu, dr Muhammad Ichsan Mustari juga merasa sehat dan tak ada gejala dirinya positif terinfeksi Covid-19.

Lalu bagaimana dia bisa mengetahui jika dirinya positif terinfeksi Covid-19?

Ternyata melalui Polymerase Chain Reaction (PCR) atau reaksi berantai polimerase.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel atau Kadis Kesehatan Sulsel, dr Muhammmad Ichsan Mustari mengonfirmasi dirinya positif terinfeksi Virus Corona atau Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel atau Kadis Kesehatan Sulsel, dr Muhammmad Ichsan Mustari mengonfirmasi dirinya positif terinfeksi Virus Corona atau Covid-19. (DOK PRIBADI)

Selengkapnya, berikut transkrip pernyataan dr Muhammad Ichsan Mustari sekaligus Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Sulawesi Selatan.

"Pertama, saya saat ini dalam keadaan sehat walafiat, tidak demam, tidak batuk, maupun sesak."

"Berdasarkan pemeriksaan PCR atau Polymerase Chain Reaction, untuk diagnosis Covid-19 pada diri saya yang hasilnya positif."

"Berdasarkan pertimbangan dokter terkait kondisi saya tadi itu yang tidak bergejala, maka ditetapkan untuk saya adalah isolasi mandiri di rumah."

"Kepada keluarga, sahabat, dan staf di kantor yang beberapa hari ini atau beberapa hari sebelumnya pernah kontak dengan saya, kami mohon maaf untuk tidak panik, tapi kiranya bisa melakukan physical distancing dengan orang sekitar sambil tetap melakukan perilaku hidup bersih dan sehat."

"Di dalam masa waktu 14 hari ada timbul gejala, maka sebaiknya para sahabat sekalian, keluarga, untuk melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan terdekat."

"Kepada teman-teman tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Sulawesi Selatan, saya harapkan untuk tetap jaga semangat."

Kita saat ini yang terdepat untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat. InsyaAllah, Allah selalu meridhai upaya yang kita lakukan bersama."

"Mari berdoa kepada Allah SWT supaya Covid ini cepat berhenti, khususnya di Sulawesi Selatan."

Tentang PCR

Apa itu PCR yang digunakan dr Muhammad Ichsan Mustari sehingga bisa mengetahui dirinya positif terinfeksi virus mematikan?

PCR dinilai sebagai tes relatif mudah untuk mendeksi infeksi Covid-19 pada seseorang dan juga lebih efektif.

Dikutip dari Kompas.com, jenis tes tersebut telah ada selama beberapa dekade.

Untuk menjalankannya, dokter hanya cukup mengambil sampel dari hidung atau tenggorokan pasien, kemudian mengirimnya ke laboratorium.

Petugas lab akan mencari bagian kecil dari bahan genetik.

Analisis PCR mungkin saja rumit, namun tes ini dapat diandalkan.

"Jika sistem kesehatan bekerja dengan baik, maka tes-tes itu juga harus baik dan membantu kami mengelola epidemi ini," ujar Catherine Klapperich, direktur Laboratory for Diagnostics and Global Healthcare Technologies di Boston University.

Gambar mikroskop elektron pemindai ini menunjukkan virus corona Wuhan atau Covid-19 (kuning) di antara sel manusia (merah). Sampel virus diambil dari seorang pasien AS yang terinfeksi. Para ahli menambahkan gambar agar lebih tampak.
Gambar mikroskop elektron pemindai ini menunjukkan virus corona Wuhan atau Covid-19 (kuning) di antara sel manusia (merah). Sampel virus diambil dari seorang pasien AS yang terinfeksi. Para ahli menambahkan gambar agar lebih tampak. (LIVE SCIENCE)

Dalam situasi pandemi seperti ini, tes PCR dinilai cukup berfungsi dengan baik, namun memang tes ini masih terlalu lambat.

Teknologi untuk menguji virus yang lebih cepat sudah ada, tetapi belum ada investasi skala besar yang dilakukan untuk mengkomersialkannya.

Jadi tidak ada jalur yang jelas untuk memulai dan menjalankannya dalam keadaan darurat.

"Hal terpenting dalam tes ini perlu dilakukan untuk situasi wabah ( Virus Corona ) ini. Sebagai komunitas ilmiah, kami belum sampai ke sana," jelas Klapperich.

Seberapa Efektif Tes PCR?

Secara teori, tes PCR cukup sederhana untuk dilakukan.

Para ilmuwan hanya cukup mengambil potongan gen virus dan menggunakan serangkaian bahan kimia untuk mencari potongan gen itu dalam sampel.

Apabila potongan itu ditemukan dalam sampel, berarti pasien memiliki virus yang menginfeksi tubuhnya.

"PCR adalah platform pengujian standar untuk virus, karena tes ini dinilai sangat sensitif," ungkap Paul Yager, seorang profesor di departemen bioteknologi di University of Washington.

PCR dapat mendeteksi, bahkan pada sejumlah kecil virus dalam sampel pasien dan kecil kemungkinan kesalahan untuk memiliki hasil negatif.

Selain itu, jenis tes ini cukup terkenal dan pertama kali ditemukan pada tahun 1980-an.

PCR diklaim menjadi tes yang tidak hanya efektif, tetapi juga lebih terjangkau untuk dilakukan di laboratorium mana pun.

"Jika Anda tahu urutan bug yang Anda cari dan tahu cairan tubuh apa yang harus dicari, merancang tes itu harus relatif mudah," kata Klapperich.

Meski jenis tes ini cukup mudah, namun tes tersebut relatif cukup lambat.

Selama berminggu-minggu di Amerika Serikat, tes virus corona dilakukan secara manual.

Kendati tes PCR sangat sederhana, mereka kesulitan untuk menjalankannya.

Sebab, petugas lab harus berhati-hati saat mencampur sampel pasien dengan sebagian kecil bahan kimia dalam tabung kecil.

Sedikit kontaminasi dapat merusak tes tersebut.

Selain itu, membutuhkan beberapa jam untuk mendapatkan hasil dari tes ini.

"Tidak semua lab bisa melakukan PCR. Itu membutuhkan laboratorium yang sangat bersih," kata Klapperich.

Laboratorium yang dapat melakukan pengujian PCR memerlukan persetujuan khusus untuk menjalankan tes virus untuk pasien.

Bahkan, proses perizinannya bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Klapperich mengatakan laboratorium penelitiannya di Boston dapat menjalankan sekitar 80 tes per hari jika memiliki persetujuan.

Laboratorium virologi University of Washington, yang memiliki banyak mesin dan banyak teknisi lab yang terampil, dapat melakukan hingga 2 ribu tes.

WHO Anjurkan Gunakan PCR Uji Virus Corona

Para peneliti di Jerman telah merancang tes PCR yang dapat mendeteksi virus dalam sampel pasien.

Tes itu menjadi dasar bagi WHO untuk dapat diterapkan di negara-negara di seluruh dunia, terkmasuk di Korea Selatan.

Namun, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menolak untuk menggunakan jenis tes tersebut.

Tes virus yang diadopsi dari Jerman, oleh WHO kemudian disebarluaskan.

Dipindai untuk tiga gen virus tertentu.

Sejumlah negara di dunia dapat mengadopsi tes tersebut untuk menguji Virus Corona yang ada di wilayahnya.

Korea Selatan, misalnya, telah dengan cepat menguji sekitar 10 ribu orang setiap hari, untuk Virus Corona yang mewabah di negara ini.

Sejauh ini, Korea Selatan telah menguji virus corona pada lebih dari 250 ribu orang.

Tes PCR masih menjadi metode yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosis infeksi virus corona, SARS-CoV-2 pada pasien.

Namun, tidak menampik para peneliti di seluruh dunia juga mempercepat pekerjaan pada jenis tes lain yang dapat dilakukan lebih cepat untuk deteksi Covid-19.

"Kecepatan sangat penting selama pandemi. Karena memungkinkan dokter untuk mengetahui siapa yang memiliki virus dengan cepat," imbuh Yager.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus telah mendesak agar negara-negara di dunia meningkatkan tes virus corona kepada masyarakat.

Upaya itu dilakukan untuk dapat mengantisipasi meluasnya infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved