Memahami Pentingnya Inovasi Masyarakat, untuk Inovasi Kota
Rakyat harus memahami siapa yang naik dan tahu betul bahwa muda bukanlah kalimat namun pelaksanaan terhadap isu yang di dukung pemuda sendiri
Penulis: CitizenReporter | Editor: Ina Maharani
Penulis: Dian Aditya Ning Lestari, warga Makassar.

Semua tahu bahwa inovasi dari sebuah kota perlu inovasi dari rakyatnya. Kota Makassar memiliki inovasi besar.
Salah satunya adalah Anjungan Pantai Losari yang memiliki empat (4) area Makassar, Mandar, Gowa, dan Toraja. Sebagai warga yang baik adalah tugas kita untuk menjaganya. Namun apakah kita sudah merawat anjungan yang di inisiasi Mantan Walikota Makassar ini?
Anjungan ini memiliki Patung Emmy Saelan dan pahlawan Makassar lainnya, baik yang laki-laki dan perempuan melambangkan kesetaraan gender yang ada di kota ini. Namun apa kah ini cukup? Sebaiknya ada penjelasan mengenai siaapa mereka dalam sejarah. Agar warga dunia yang mendatangi Makassar mengetahui siapa mereka.
Negara dunia yang berkembang selain Indonesia adalah Cina. Cina memiliki lampu-lampu yang megah dan mampu menyulap kawasan perairan yang tidak terpakai menjadi salah satu spot turisme dunia. Inilah yang diharapkan penulis dari Anjungan maupun CPI.
Ruang hijau terpadu dibuat di area ini untuk kepentingan umum.
Ruang hijau tersebut telah di buka dan penulis melihat bahwa rakyat menikmati jogging dan aktivitas olah raga di sana.
Namun ada kekhawatiran rakyat tidak dapat menjaga fasilitas ini. Sama saja dengan anjungan yang kini penuh coretan. Anjungan pantai losari juga bisa melakukan lebih yakni menuliskan sejarah para tokoh tidak hanya nama tokohnya.
Jika kita melihat lettering yang di gunakan pemerintah dalam mendekorasi kotanya, sepertinya berasal dari kontraktor yang sama. Pemerintah harus lebih transparan dalam menggunakan kliennya, agar rakyat tahu akan pembangunan yang mereka laksanakan.
Fly over pun begitu rakyat menyadari keberadaannya ketika sudah terbangun. Di Amerika wakil rakyat menelepon konstituennya satu demi satu sebelum menandatangani draft. Dapatkah wakil rakyat Makassar bersikap seperti itu?
Hal ini sulit mengingat rakyatnya sendiri bersikap acuh tak acuh pada siapa sebenarnya yang mewakili dapil mereka. Seharusnya mereka tahu siapa yang mewakili dapil mereka dan tahu betul sepak terjangnya di politik. Apakah mereka pernah korupsi, atau mereka pernah mereklamasi. Kemana mereka mengarah dan apakah mereka melakukannya untuk aktualisasi diri atau menolong orang.
Rakyat harus memahami siapa yang naik dan tahu betul bahwa muda bukanlah kalimat namun pelaksanaan terhadap isu yang di dukung pemuda sendiri “jangan sampai menjadi millennial yang bersikap seperti baby boomer.”
Baby boomer merupakan generasi yang masih percaya bahwa keterlibatan hal-hal yang kini menjadi tidak etis masih di perbolehkan seperti kolusi, korupsi, nepotisme. Baby boomer merupakan generasi yang tidak percaya LGBTQ, mengontrol kehidupan pribadi orang lain (agama adalah bebas dan hak pribadi individu), dan ingin orang lain sama seperti mereka.
Baby boomer mengakibatkan kehancuran ekonomi yakni krisis 1998 dan kami para millennial yang harus menghidupinya dengan tanpa ekspektasi memiliki property, menikah, dll. Cita-cita millennial sangat berbeda dengan baby boomer dengan etika mereka yang ingin mengontrol moral.
Millenial tumbuh dengan melihat generasi sebelumnya menghancurkan ekonomi dan memiliki pr memperbaikinya. Salah satu masalah lain adalah pengangguran. Hal inilah yang mengakibatkan banyak begal dan preman. Mereka adalah berbahaya dan walaupun solusi polri untuk mereka adalah tembak di tempat, solusi penulis adalah edukasi.
Mereka perlu di beri edukasi bahwa yang mereka lakukan salah. Narkoba itu tidak baik, begitu pula minum alkohol. Jangan sampai ada yang membenarkan yang salah, apalagi dengan menggunakan agama. Makassar merupakan kota yang masih berkembang dan sarat akan potensi. Jangan sampai ada hal yang menghentikannya. Rakyat pun harus berinovasi jangan hanya negaranya.
Polisi merupakan kunci penting dalam memerangi begal. Semoga kasus begal bisa hilang. Dalam konteks perempuan dan anak masyarakat Makassar perlu belajar bahwa pernikahan anak tidak boleh dan bersikap tidak sopan pada anak perempuan tidak boleh.
Anak perempuan harus di ajarkan keberanian bukan hanya kesempurnaan. Kita harus berani menyuarakan pendapat dan menelusuri dari mana sebenarnya penguasa mendapatkan kesempatan mengembangkan sementara kita rakyat tidak tahu apa-apa?
Sebuah artikel dari Oxford menyatakan pemimpin harus naïf. Naif untuk menjaga kebaikan dan kemurnian dalam hatinya.
Namun politik bukan tempat seperti itu. Kadang ada permainan. Kadang ada kejahatan. Namun politiknya yang harus berubah, bukan orangnya.
Suatu saat nanti politik akan di isi oleh orang baik yang bekerja sama. Kolaborasi adalah kunci adalah kata yang pernah di lontarkan penulis dan hanya pemimpin yang bisa bekerjasama dengan pemimpin lainnya yang akan menang.
Pencuri ide akan bersama orang-orang jahat lainnya dan berkuasa hanya untuk sementara. Penulis mendengar kata “balasan Allah dalam level Allah, balasan manusia dalam level manusia.” Semoga di masa depan politik di isi orang baik, jujur, dan saling menghormati satu sama lain,
Politik semestinya di isi orang baik. Hanya karena itu kota Makassar bisa berkembang, Ide memang baik dan pelaksanaan yang di lihat. Tidak satu pun calon walikota pernah hadir di acara tekunan milenial seperti minoritas etnis, gender, dan agama.
Mungkin memang kota ini tercipta untuk big strong men. Seorang yang menjadi golongan mayoritas jender, etnis, dan agama. Kalau begitu sampai kapan kita akan melihat ketidak adilan? Melawan perempuan dengan kekuatan laki-laki itu tidak adil.
Suatu saat nanti Makassar akan menjadi kota yang inklusif pada minoritas gender, etnis, dan agama.