Tribun Luwu
Mengenal Buah Tarra, Buah Khas Kabupaten Luwu yang Mirip Cempedak
Buah tarra, nama buah yang satu ini mungkin terdengar asing bagi sebagian besar orang.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Suryana Anas
Pohon tarra sangat besar dan tinggi, demikian pula daunnya lebar.
Oleh karena itu, tidak banyak orang yang berani memanjat pohon dan memetik buahnya.
Hanya orang yang punya keahlian khusus dalam memanjat yang dapat memetik buah tarra ini.
Tarra sendiri termasuk ke dalam suku moraceae, nama ilmiahnya artocarpus heterophyllus.
Meski khas, tarra tidak dapat dijumpai di semua wilayah di Luwu.
Buah ini hanya dapat dijumpai di beberapa tempat saja.
Seperti di Kelurahan Pattedong, Desa Pattedong, Desa Olang, dan Desa Tarra Matekkeng.
Atau di sepanjang Jl Trans Sulawesi di Kecamatan Ponrang Selatan.
Harganya bervariasi mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu per ikat.
"Satu ikat itu terdiri dari dua buah. Harganya tergantung ukurannya," kata pedagang tarra di Kelurahan Pattedong, Nasir, Senin (2/3/2020).
Menurutnya, pembeli biasanya merupakan pengendara atau penumpang yang melintas
Selain membawa pulang, pembeli juga biasanya menyantap tarra sambil santai di pondok penjualan.
"Umumnya dibeli penumpang atau pengendara, seperti penumpang bus. Kadang mereka singgah menikmati. Ada juga yang dibawa pulang," katanya.
Biasanya pohon tarra berbuah pada akhir hingga awal tahun.
"Puncak panen biasanya di bulan Januari. Kalau sekarang sudah mulai menurun," katanya.
Saat ini, tarra hanya dijual dalam bentuk buah segar.
Belum ada olahan lain dari buah ini.
Laporan Wartawan TribunLuwu.com, Chalik Mawardi
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
(*)