ILC TV One
Ali Ngabalin Nyaris Dipermalukan Wakil MUI di ILC Gegara Yudian Sebut Agama Musuh Besar Pancasila
Ali Ngabalin Nyaris Dipermalukan oleh Wasekjen MUI di ILC TV One tadi malam, gara-gara Kepala BPIP Yudian Sebut Agama Musuh Besar Pancasila
TRIBUN-TIMUR.COM - Politisi Ali Ngabalin Nyaris Dipermalukan oleh Wasekjen MUI di ILC TV One tadi malam, gara-gara Kepala BPIP Yudian Sebut Agama Musuh Besar Pancasila
Apakah Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi fasik atau tidak?
Pertanyaan ini mengemuka disampaikan Wakil Sekjen MUI Zaitun Rasmin di ILC TV One tadi malam.
Ini menyusul pernyataan Ali Ngabalin yang meminta MUI, NU dan Muhammadiyah tabayun (klarifikasi) tentang pernyataan Yudian Wahyudi tentang Agama musuh besar Pancasila.
Setelah Ali Ngabalin bicara, giliran Wakil Sekjen MUI Ustaz Zaitun Rasmin bicara.
Sama-sama dari Makassar, Ali Ngabalin dan Zaitun Rasmin terlibat perdebatan seru.
Siapkan NIK & Nomor KK, Tutorial Isi Data Sensus Penduduk 2020 Online Melalui sensus.bps.go.id
Menteri Wishnutama Gandeng YouTuber & Influencer Dongkrak Pariwisata, Atta Halilintar Diajak?
Lowongan Kerja BUMN PT Pelabuhan Indonesia IV, Penempatan Indonesia Timur, Cek Syarat & Link Daftar
Host ILC TV One Karni Ilyas mengangkat tema Agama musuh besar Pancasila mengutip pernyataan Ketua BPIP Yudian Wahyudi.
Menkopolhukam Mahfud MD juga hadir.
Selain Mahfud MD, narasumber yang hadir di antaranya:
Zaitun Rasmin (tokoh agama)
Frans Magnis (tokoh agama)
Fajroel Rahman (akademisi)
Adian Napitupulu (politisi PDIP)
Ali Mochtar Ngabalin (politisi).
Pernyataan Ali Ngabalin menyita perhatian.
"Saya agak pelan-pelan supaya bisa ditelaah pengertiannya dengan baik. Sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang para cerdik pandainya memberikan pencerahan kepada masyarakat yang tidak mengerti suatu masalah. Karena agama sebagai satu sistem keyakinan, sistem nilai, mendasar sakral dan menyeluruh," kata Ali Ngabalin mengawali ulasannya.
Bahkan mantan anggota DPR RI ini menyesalkan sejumlah ormas keagamaan termasuk Muhammadiyah dan NU bahkan Majelis Ulama Indonesia tidak klarifikasi langsung ke Yudian Wachyudi soal kebenaran pernyataan 'Agama Musuh Besar Pancasila'.
Apakah Muhammadiyah salah, dan NU salah dan majelis ulama salah? Saya hanya mau mengatakan bahwa mereka tidak melakukan tabayyun. apa itu tabayyun? Cek dan ricek," kata Ali Ngabalin dikutip tribun-timur.com dari akun youtube Indonesia Lawyers Club.
Ali Ngabalin membacakan Surah Al Hujurat Ayat 6 yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
"Kalau ada masalah yang Anda dengar menurut perintah agama kita paham agama kita mengerti tentang tauhid kita paham syariah kenapa kita lakukan Tabayun," kata Ngabalin.
"NU Muhammadiyah MUI salah dong kalau begitu? tanya Karni Ilyas
"Yudian ini kan saudara kita, kawan kita. orang yang diamanahkan oleh presiden untuk memimpin lembaga yang menjadi Legacy presiden Joko Widodo. Bagaimana tidak orang upacara 17 agustus hormat bendera itu Thogut, Pancasila itu thogut? Kau mau hidup di negara mana? kerangka berpikir inilah yang harus dipakai karena itu perintah Al Quran. Terlalu banyak orang beragama tapi dia tidak mengerti Tuhannya yang disembah" jawab Ngabalin.
"Pemahaman Agama yang Sempit Musuh Terbesar Pancasila" tegas Ngabalin disambut aplaus penonton di studio.
"Saya tidak ragu pernyataan Pak Yudian itu," lanjutnya.
Reaksi Menohok Wasekjen MUI
Giliran Zaitun Rasmin dapat kesempatan bicara dari Karni Ilyas.
Pendiri Wahdah Islamiyah ini meminta Ali Ngabalin tidak asal mengutip ayat Al Quran kalau tidak paham konteks dan tafsir ayat.
Pada ayat yang disebutkan Ngabalin, memiliki arti apabila datang orang fasik.
Menurut Zaitun secara tidak langsung jika menggunakan ayat itu, Ali Ngabalin memposisikan Yudian Wahyudi sebagai orang yang Fasik.
Orang fasik berarti bukan mukmin.
"Ini orang yang sok pandai dari dahulu banyak sekali saya enggak bilang beliau (Ngabalin). Tabayyun apa sih. Salah-salah Pak Ngabalin merendahkan pak Yudian. In Jaakum Fashiqun kalau ada orang fasik. Kalau bukan Pak Yudian, siapa? Apakah Media yang fasik. Hati-hati menggunakan ayat," kata Zaitun
Zaitun Rasmin kemudian meminta Ali Ngabalin menjelaskan asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut.
Namun Ali Ngabalin tidak merespon.
Akhirnya Zaitun sendiri yang menjelaskan asbabun nuzul ayat tersebut.
Ali Ngabalin memanas dan berbicara dengan nada tinggi dan meminta lembaga keagamaan itu untuk tetap bertabayyun kepada Yudian.
"Saya tak bilang salah, kenapa enggak klarifikasi. Apakah MUI salah, NU Muhammadiyah salah, saya enggak gunakan kata salah. Saya hanya bilang enggak tabayyun sama pernyataannya Yudian," ujarnya
Ali Ngabalin kemudian kembali mencecar Zaitun dan menantang jika ingin beradu ilmu tafsir.
"Dimana salahnya itu kalimat. Kalau mau bahas ilmu tafsir, kita belajar ilmu tafsir Zaitun, saya sekolah itu Ilmu," kata Ngabalin
Namun menurut Zaitun ada beberapa hal yang memang tidak perlu untuk ditabayyun karena perkaranya dinilai sudah cukup jelas.
Hal itu pernah terjadi di Zaman Nabi Muhammad SAW yakni ketika Bilal Bin Rabah berselisih dengan Abu Dzar.
"Jadi dalam masalah ini di zaman terbuka sebuah pernyataan yang bisa dinilai publik, oleh MUI Muhammadiyah, NU dan agama lain. MUI sudah liat sendiri ini pernyataannya jelas, Agama musuh Pancasila, ini jelas. Kalau MUI tak bersikap bagaimana. Mengatakan itu sudah jelas salah," kata Zaitun Rasmin.
Simak video lengkapnya:
Prof Yudian yang Kontroversial Itu
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi belakangan ini tengah menjadi perhatian publik atas pernyataannya soal agama adalah musuh terbesar Pancasila.
Yudian pun kemudian memberikan klarifikasi soal pernyataan kontroversialnya tersebut.
Menurutnya, penjelasan yang dimaksud adalah bukan agama secara keseluruhan, tapi mereka yang mempertentangkan agama dengan pancasila.
Karena menurutnya dari segi sumber dan tujuannya Pancasila itu religius atau agamis.
"Karena kelima sila itu dapat ditemukan dengan mudah di dalam kitab suci keenam agama yang telah diakui secara konstitusional oleh negara Republik Indonesia," tegasnya, Rabu (12/2/2020).
Menurut Yudian, Pancasila adalah penopang maka butuh kesetiaan atau sekuler namun bukan sekularisme untuk mewujudkannya.
Selain itu juga membutuhkan ruang waktu, pelaku, anggaran, dan juga perencanaan.
Namun, dalam hubungan ini kerap terjadi ketegangan antara kelompok yang mengaku mayoritas dan mereka membenturkan.
Hal tersebut lah yang dimaksud oleh Yudian sebagai musuh pancasila.
"Kalau tidak pandai mengelola ini perilaku agama-agama ini akan menjadi musuh terbesar. Mengapa? Karena setiap orang beragama, agama siapa kalau dibaca kan ketemunya Islam, Islam siapa begitu, itu yang saya maksud," tutur Yudian.
"Jadi saya ingin menekankan bahwa Pancasila itu bukan thogut, Pancasila kalau bahasa kita itu Islami. Karena itu semua ada di dalam Alquran dan juga Hadits ada. Yang saya maksud adalah musuh-musuh agama dari dalam agama," ungkapnya.
Yudian juga menjelaskan, yang ia kritik adalah orang beragama yang menggunakan agama atas nama mayoritas, tapi sebenarnya mereka minoritas.
Menurut Yudian mereka membenturkan agama yang mereka klaim dengan Pancasila.
Jika ini dibiarkan, agama akan menjadi musuh terbesar.
"Maka kita harus bisa mengelola dengan baik hubungan agama dengan pancasila," ajak Yudian.
Diberitakan sebelumnya pada Tribunnews.com, Yudian dalam sebuah wawancara dengan media online menyebut Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah diterima oleh mayoritas masyarakat.
Dia menunjuk dukungan dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah untuk Pancasila sejak era 1980-an.
Tapi memasuki era reformasi, asas-asas organisasi termasuk partai politik boleh memilih selain Pancasila, seperti Islam.
Hal ini sebagai ekspresi pembalasan terhadap Orde Baru yang dianggap semena-mena.
"Dari situlah sebenarnya Pancasila sudah dibunuh secara administratif," kata Yudian.
Yudian mensinyalir, belakangan ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila.
Mereka antara lain membuat ijtima' ulama untuk menentukan calon wakil presiden.
Ketika manuver tersebut hasilnyha kemudian tak seperti yang diharapkan.
Bahkan cenderung dinafikan oleh politisi yang disokongnya mereka kecewa.
"Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," sebut Yudian yang kini juga tercatat sebagai rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta tersebut.
Kalimat tersebut menjadi polemik dan banyak yang menuntut Yudian untuk segera meminta maaf.(tribun-timur.com/*)
Siapkan NIK & Nomor KK, Tutorial Isi Data Sensus Penduduk 2020 Online Melalui sensus.bps.go.id
Menteri Wishnutama Gandeng YouTuber & Influencer Dongkrak Pariwisata, Atta Halilintar Diajak?
Lowongan Kerja BUMN PT Pelabuhan Indonesia IV, Penempatan Indonesia Timur, Cek Syarat & Link Daftar