Pertanyaan 17 Tahun Lalu Garil Anak Korban Bom Bali I saat Bertemu Ali Imron, Adik Amrozi Jawab Gini
Pertanyaan Ini Dipendam Garil Anak korban Bom Bali I Selama 17 Tahun, Kini dia lontarkan dihadapan pelaku Ali Imron saat bertemu
"Setiap berjalan ke sekolah, kelas di lantai atas, dan biasanya ada bapak sama mama datang," cerita Garil.
"Saya kalau ingat di sekolah, dibandingkan adik-adik, saya yang paling ingat bapak, anak pertama yang paling disayang."
"Kaya udah tak ada tujuan hidup, bingung tak tahu gimana. Sampai SMA pun, masih gak karuan. Melihat kondisi mama, saya seperti orang depresi."
Sabtu malam itu pada peringatan ke-17, Garil untuk pertama kalinya mengunjungi Ground Zero, tempat yang beberapa kali ia lewati.
Bertemu dengan pelaku Bom Bali 1

Beberapa hari setelah peringatan ke-17 itu, Garil menyampaikan berbagai pertanyaan yang selama ini ia pendam kepada Ali Imron, pelaku Bom Bali 1.
Di satu ruangan di Polda Metro Jaya, Jakarta, tempat Ali Imron menjalani hukuman seumur hidup, Garil yang didampingi ibunya, langsung menyampaikan cerita dan pertanyaannya.
"Saya masih kecil, saya melihat bapak kandung saya dalam keadaan seperti itu…Hati saya hancur ketika itu. Tulang punggung keluarga saya, membesarkan saya, Bapak bisa bayangkan kalau Bapak jadi saya, dengan keadaan ibu tak bisa jalan, tak ada kerjaan. Adik masih bayi. Saya masih bocah."
"Kami tak punya tempat tinggal, bingung tinggal di mana, sampai saat ini, kami tak punya rumah, tinggal di sana sini, sekarang tinggal di kos-kosan … jujur dulu saya sangat kesal, dalam jiwa saya marah. Saya ingin semua tersangka dihukum mati, tak ada kecuali."
"Yang saya tak habis pikir, atas dasar apa pelaku ini melakukan seperti ini, yang katanya Islam, Islam mana yang membunuh saudaranya sendiri."
Ali Imron tertunduk mendengar pertanyaan dan pernyataan ini.
"Saya sedih ada pembunuh yang bilang dia Islam," tambah Garil lagi.
Ali Imron mulai menjawab dengan mengakui bahwa ia yang diminta oleh Imam Samudra, otak pengeboman untuk mencari sasaran.
"Saya yang disuruh survei di jalan Legian, karena Imam Samudra ingin meledakkan bom dan pilih diskotek yang paling banyak bulenya. Kami dapati Sari Club dan Paddy yang berseberang jalan," kata Ali.
"Saya ragu tapi kok mengikut. Jaringan kami Jemaah Islamiyah, ketika dapat perintah dari atasan harus taat melaksanakan. Dalam keyakinan kami, saya justru yang paling banyak terlibat," tambah Ali.