HUT ke 60 Pinrang
HUT ke-60 Pinrang, Pemuda Ini Curhat Masalah yang Dialami Petani
Ada yang mengejawantahkan lewat kegiatan-kegiatan lomba, ada pula yang sekadar mengahaturkan ucapan doa.
Penulis: Hery Syahrullah | Editor: Ansar
TRIBUNPINRANG.COM, WATANG SAWITTO - Beragam cara dilakukan warga dalam merefeleksikan Hari Ulang Tahun ke-60 Kabupaten Pinrang.
Ada yang mengejawantahkan lewat kegiatan-kegiatan lomba, ada pula yang sekadar mengahaturkan ucapan doa.
Di sisi lain, ada yang memperingatinya dengan menyampaikan kritik dan gagasan untuk kemajuan Kabupaten Pinrang ke depan.
Seperti yang dilakukan oleh Pimpinan Front Pemuda Kabupaten Pinrang, Afandi.
Ia mengatakan, Pinrang merupakan kabupaten yang memiliki garis pantai sepanjang 93 Km yang dihuni areal pertambakan yang luas. Pada dataran rendah, didominasi oleh areal persawahan, bahkan sampai perbukitan dan pegunungan.
"Kondisi ini mendukung Kabupaten Pinrang untuk mengembangkan berbagai komoditi. Baik itu di bidang pertanian, tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan, dan lainnya," katanya kepada TribunPinrang.com, Kamis (13/2/2020).
Di sisi lain, ucap Fandi, kondisi itu menjadi penanda bahwa mayoritas penduduk kabupaten berjuluk Bumi Lasinrang ini menggantungkan hidupnya di sektor agraris.
Namun sangat disayangkan, pesatnya laju pembangunan dewasa ini justru menjadi salah satu ancaman tersediri bagi kaum tani yang ada di Kabupaten Pinrang.
"Itu karena tidak adanya konsistensi penataan dalam melakukan pembangunan, sehingga lahan pertanian banyak mengalami alih fungsi," jelas Afandi.
Selain itu, adanya penyelewengan terhadap Perda yang seharusnya menjadi rujukan pembangunan di Kabupaten Pinrang juga menjadi pokok persoalan.
Tak jarang hal tersebut diabaikan dan tak dihiraukan.
"Tindakan pengabaian tersebut tentu sangat berpotensi menimbulkan konflik di akar rumput," tegas Afandi.
Ditambah lagi, fakta bahwa adanya ketergantungan petani pada pupuk kimia dan pestisida juga menjadi persoalan yang harus segera disikapi oleh pemerintah.
"Contoh kasus beberapa minggu yang lalu. Hampir seluruh petani di Kecamatan Duampanua mengalami kekurangan pasokan pupuk kimia, sehingga kebanyakan petani terpaksa membeli dengan harga mahal demi mendapatkan pupuk tersebut," paparnya.
Menurut Afandi, kondisi itu menjadi bukti bahwa dalih pemerintah dalam menerapakan kemajuan dan kemandirian petani belum tercapai sama sekali.