Virus Corona
Waspada! Setelah Virus Corona, Ahli IPB Temukan 6 Virus Baru di Kelelawar, Termasuk yang di Soppeng
Waspada! Setelah Virus Corona, ahli IPB temukan 6 virus baru di kelelawar, termasuk yang di Soppeng Sulsel.
TRIBUN-TIMUR.COM - Waspada! Setelah Virus Corona, ahli IPB temukan 6 virus baru di kelelawar, termasuk yang di Soppeng Sulsel.
Waspadai penyebaran virus baru dari kelelawar atau kampret.
Ahli Patologi, Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor ( IPB ), Agus Setiyono menilai Virus Corona berpeluang menyebar di wilayah Indonesia melalui kelelawar pemakan buah.
Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil penelitian Agus bersama Research Center for Zoonosis Control (RCZC), Hokkaido University, Jepang tentang kelelawar buah.
Dalam penelitian tersebut ditemukan enam jenis virus baru pada kelelawar buah.
Dengan daerah sampel, yakni Bukittinggi, Bohor, Panjalu (Ciamis), Gorontalo, Manado, dan Soppeng ( Sulawesi Selatan ).
Enam virus tersebut adalah coronavirus, bufavirus, polyomavirus, alphaperpesivirus, paramyxovirus dan gammaherpesvirus.
Dalam tayangan yang diunggah di melalui channel YouTube TVOneNews, Minggu (2/2/2020), Agus menjelaskan mengenai penelitian yang telah ia lakukan.

"Nah itu ada 6 jenis virus baru yang kita dapatkan baik itu virus RNA maupun virus DNA," ujar Agus.
Agus menegaskan, bahwa Virus Corona yang ia temukan pada kelelawar berada di wilayah Paguyaman, Gorontalo.
Oleh karenanya, Agus mengimbau masyarakat untuk menghindari interaksi dengan kelelawar buah.
Dalam interaksi ini, ada dua pengertian, yakni kontak langsung dan tidak langsung.
"Kontak langsung seperti yang kita lihat di beberapa tempat di masyarakat, misalnya dia menyukai atau menyayangi hewan kelelawar menjadi hewan kesayangan, ini akan kemudian dipegang."
"Kemudian juga ada masyarakat yang katakan mengonsumsi sebagai makanan lokal."
"Nah itu langsung kontak, ini yang akan berisiko karena di dalam kelelawar kita tidak tahu," ujar Agus.
Namun, menurut Agus, lain soal jika kelelawar sudah dimasak dan dalam keadaan yang sudah matang untuk dikonsumsi.
"Kalau dalam sajian yang sudah masak seseorang tidak ikut berproses, barangkali virusnya sudah mati di situ," kata Agus.
Menurut Agus, saat kelelawar dimasak maka virus yang ada di dalamnya akan mati.
"Jadi artinya di laboratorium dengan temperatur 60 derajat selama 30 menit ini suhu sterilisasi dia akan mati, apalagi kalau dimasak," katanya.
Agus mengkhawatirkan, kontak langsung dengan kelelawar yang masih hidup dan proses yang dilakukan saat memasak kelelawar.
"Kalau yang sudah masak sudah mateng kemudian disajikan."
"Bagi yang mengonsumsi mungkin insyaallah aman, dia tidak ada urusan dengan kontak saat kelelawar hidup," ucapnya.
Agus tidak bisa memastikan apakah coronavirus yang ia temukan sama dengan 2019 nCoV yang saat ini mewabah di China.
"Kami tidak bisa memastikan, kalau itu kan 2019 novel coronavirus kepanjangannya. Saya rasa coronovirus yang kita dapatkan atau yang kita temukan di lokasi penelitian kita itu apakah sama persis atau tidak, kita tidak tahu," katanya mengungkapkan.
Agus menjelaskan, ia tidak menguji coronavirus tersebut sampai ke tahap patogenitas, sehingga tidak diketahui apakah coronavirus yang ia temukan merupakan jenis virus mematikan atau tidak.
Update: 361 Meninggal Dunia, 17 Ribu Terinfeksi
Jumlah korban Virus Corona hingga hari ini, Senin (3/2/2020), telah mencapai 361 orang meninggal dunia dan 17.238 dilaporkan terinfeksi.
Dikutip The Guardian,dari sebuah outlet berita China, Tencent, melaporkan perkembangan data terbaru ini. Jumlah korban meninggal dunia sudah kembali mengalami peningkatan sebanyak 56 kasus, setelah di hari sebelumnya, Minggu (2/2/2020), tercatat korban meninggal sebanyak 305 orang, termasuk orang pertama meninggal yang berasal dari luar China.
Dengan jumlah tersebut, korban wabah ini telah melampaui jumlah kematian SARS yang tercatat di China selama epidemi, yaitu sebanyak 349.
Jaringan Global TV China mempublikasikan sebuah grafik yang menunjukkan perkembangan infeksi di Provinsi Hubei dan Wuhan.
Dikutip dari Reuters, ada 2.103 kasus baru yang terdeteksi di Hubei, provinsi yang disebut sebagai pusat wabah.
Jumlah tersebut menambah total kasus di Provinsi Hubei menjadi 11.177 per 2 Februari 2020.
Sementara, 41 kematian baru juga telah dilaporkan di Provinsi Hubei.
Adapun jumlah kematian total di Wuhan telah mencapai 265 orang.
Sebanyak 1.033 kasus baru terkonfirmasi di Wuhan dan meningkat menjadi 244 di dekat Huanggang pada 2 Februari 2020.
Dua kematian baru juga dilaporkan di dalam kota, sekitar 60 kilometer timur Wuhan.
Setidaknya, 171 kasus lainnya telah dilaporkan di Australia, Inggris, Perancis, Jerman, Hong Kong, Jepang, Rusia, Spanyol, Thailand, Amerika Serikat, dan 14 negara serta wilayah lain di luar daratan China.
Jumlah kasus meninggal dan infeksi semakin hari diketahui semakin menunjukkan peningkatan.
Sebuah studi dari University of Hong Kong memprediksi bahwa pada Jumat pekan ini, sebanyak 75.815 orang di Wuhan akan terinfeksi virus ini.
Penelitian yang dipublikasikan The Lancet ini menyebutkan bahwa estimasi didasarkan pada asumsi setiap orang yang terinfeksi memiliki peluang untuk menularkan virus pada 2,68 orang liannya.(tribunnews.com/kompas.com)