Virus Corona
Dugaan Virus Corona Senjata Biologis yang Bocor? Jika Benar Bisa Membunuh Jutaan Nyawa Lewat Udara
Virus Corona Diduga Senjata Pemusnah Massal yang Bocor, Jika Benar Bisa Membunuh Sekaligus 65 Juta Nyawa!
Senjata Biologi
Lebih lanjut, mantan perwira menengah intelijen militer Israel itu menjelaskan bahwa senjata biologi ini termasuk dalam bagian riset militer yang bersifat sangat rahasia dan tertutup.
Kecurigaan bertambah terhadap laboratorium ini karena lokasinya yang terletak 32 kilometer dari Pasar Seafood Huanan, tempat asal virus ini menjangkiti manusia.
Meski dirancang dengan standard biosafety level 4, tidak menutup kemungkinan jika ada virus yang lolos dari laboratorium tersebut.
"Begini, pada prinsipnya infiltrasi virus keluar dari sarangnya (laboratorium) bisa terjadi karena ada kebocoran atau infeksi tanpa disadari di dalam ruangan pada seseorang yang secara normal keluar dan masuk fasilitas tersebut.
Itu termasuk di Wuhan National Biosafety Laboratory. Tapi sejauh ini belum ada bukti," imbuh Shoham.
Terkait dengan itu, daya rusak corona memang sangat mengerikan. Sebagaimana diungkap Daily Mail, dikutip Warta Kota, Sabtu (25/1/2020), pakar kesehatan terkemuka Amerika Serikat (AS) memperkirakan, coronavirus dapat membunuh 65 juta orang dalam setahun.
Peringatan senyap ini sebenarnya sudah diungkap, tiga bulan sebelum wabah di China terjadi.
Para ilmuwan di Johns Hopkins Center for Health Security membuat prediksi menakutkan, virus corona bisa membunuh puluhan juta orang dengan memodelkan pandemi hipotetis di komputer sebagai bagian dari penelitian Oktober lalu, tiga bulan sebelum wabah mematikan di Wuhan benar-benar muncul.
Jika benar merupakan senjata biologi, maka corona memang mematikan dengan sangat cepat.
Sejauh ini virus corona di China telah menewaskan 41 orang dan menginfeksi lebih dari 1.200 - tetapi para ahli memperkirakan jumlah sebenarnya adalah ribuan jiwa yang sudah terjangkit.
Apalagi sejumlah video menjelaskan, banyaknya orang Cina bergelimpangan di banyak tempat, di jalan umum, hingga tidak terurus di rumah sakit.
Sementara itu, tenaga medis juga sudah kewalahan dan dilanda stres berat soalnya jumlah pasien terus meningkat dengan cepat, bahkan mereka tidak bisa buang air saking banyaknya pasien.
Sejumlah dokter dan perawat terpaksa menggunakan pembalut atau nappy untuk orang dewasa yang populer disebut pampers.
Dr Eric Toner, seorang peneliti senior di Johns Hopkins, mengatakan, dia tidak terkejut ketika berita tentang wabah coronavirus di Wuhan pada akhir Desember.