Jiwasraya
Dampak Buruk Kasus Jiwasyara, Reksadana Kena Imbasnya, Investor Diprediksi akan Menjauh
Hans memperkirakan investor akan menjauhi investasi dalam bentuk Reksadana pada tahun ini imbas dari kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
TRIBUN-TIMUR.COM-Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, selama ini investor percaya investasi Reksadana berisiko lebih rendah dari pada membeli sendiri saham.
Hans memperkirakan investor akan menjauhi investasi dalam bentuk Reksadana pada tahun ini imbas dari kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
• Demokrat Meradang Nama SBY Terseret Dalam Kasus Jiwasraya: Kebohongan Bodoh!
Sementara itu, Hans menjelaskan, saat ini siklus sektor properti dari tahun lalu dilihat sebagai awal periode kenaikan sektor properti.
Selain membeli properti langsung, ia menambahkan, investor juga dapat membeli beberapa saham atau produk turunnnya seperti real estate investment trust (REIT) melalui pasar modal.
"Kami merekomendasikan BSDE, DUTI, LPCK, PWON, dan APLN sebagai pilihan sektor properti," pungkasnya.
Mengenal Reksadana
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor).
Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi, ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Sedangkan Return atau Hasil Investasi adalah penghasilan (gain) atau kerugian (loss) karena turunnya nilai investasi pada suatu periode tertentu.
Dilansir dari Kompas.com, sebagian besar nasabah baru reksa dana tentu mencari produk dengan return atau imbal hasil yang tinggi.
Imbal hasil merupakan hasil setiap bentuk investasi yang diukur selama periode waktu tertentu.
Persentase imbal hasil akan menambah nilai pada uang yang dimasukkan nasabah ke reksa dana mereka dan bisa ikut ditarik begitu nasabah menjualnya.
Paling tidak dalam jangka waktu satu tahun, sudah kelihatan hasil tabungan mereka.
Bareksa mengimpun 5 reksa dana dengan imbal hasil tertinggi, baik untuk reksa dana saham, campuran, pasar uang, dan juga pendapatan tetap.
Data tersebut dihimpun dalam kurun waktu satu tahun terakhir, yakni dari 4 April 2018 ke 4 April 2019.