Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Petaka Mahasiswa Brondong Diduga Perebut Bini Orang atau Pebinor, Asmara Dibalas Nyawa

Petaka mahasiswa brondong diduga perebut bini orang atau pebinor, asmara dibalas nyawa.

Editor: Edi Sumardi
HANDOVER
Ilustrasi pelaku selingkuh. Petaka mahasiswa brondong diduga perebut bini orang atau pebinor, asmara dibalas nyawa. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Petaka mahasiswa brondong diduga perebut bini orang atau pebinor, asmara dibalas nyawa.

Perselingkuhan brondong Mojokerto dan seorang wanita bersuami berakhir tragis.

Pemuda yang berstatus mahasiswa itu tewas di tangan pembunuh bayaran.

Pembunuh bayaran disewa suami dari wanita sekingkuhan si brondong.

Eksekutor dalam kasus  pembunuhan ini melibatkan preman.

Diketahui, kasus pria Mojokerto menyewa pembunuh bayaran demi menghabisi nyawa seorang mahasiswa baru saja terungkap.

Mahasiswa itu disebut menjalin asmara dengan istri si pria.

Aksi pria ini nekat ia lakukan lantaran terbakar api cemburu.

Pria itu adalah Ahmad Ali Mustofa (31), warga Desa Mojokembang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur ( Jatim ).

Dirinya menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi seorang mahasiswa yang diduga selingkuh dengan istrinya.

Korban bernama Muhammad Syahrul Hafid (19), mahasiswa asal Dusun Bendungan, Desa Tempuran, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto.

Gerombolan preman bayaran ini mengeroyok korban dan menggunakan senjata tajam di Jalan Raya Goa Gembyang Desa Kuripansari, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

Korban menderita luka bacok pada wajah sebelah kanan dan bagian punggung yang terkena sabetan pedang sepanjang lebih dari 50 sentimeter.

Tersangka utama, Ahmad Ali Mustofa menyewa preman yang semuanya dibayar senilai Rp 1 juta.

Gerombolan preman yang juga telah ditetapkan sebagai tersangka adalah Nurhasan alias Lek Nyarkek (36) warga Desa Sekargadung, Kecamatan Pungging.

Tersangka Wiwit Ariyanto (26) warga Dusun Sumbersono, Desa Sumberkembar, Kecamatan Pacet.

Tersangka Hamzah Zainul Ma'arif alias Jaipong (36) warga Dusun Wonokerto, Desa Kertosari, Kecamatan Kutorejo.

Selain itu, tersangka utama juga menyewa dua wanita cantik yakni tersangka Vina Octaviani (21) warga Dusun Tanjungsari, Desa Tanjungkenongo, Kecamatan Pacet.

Ada 2 pelaku buron bernama Yanti, warga Desa Sumbersono dan Tompel, yang berperan membonceng korban ke lokasi penganiayaan.

Yanti diketahui adalah istri dari tersangka Wiwit.

Kapolres Mojokerto, AKBP Feby DP Hutagalung menjelaskan, motif kejahatan ini lantaran tersangka cemburu.

Ahmad kemudian meminta para pelaku untuk melakukan penganiayaan terhadap korban.

"Korban mengalami luka serius yang hingga sampai saat ini masih dirawat dalam tahap penyembuhan di rumah sakit," katanya mengungkapkan saat press release di Mapolres Mojokerto, Jumat (17/1/2020).

Ia mengatakan, soal modus kejahatan in, mulanya para tersangka merencanakan melakukan penganiayaan terhadap korban.

Mereka memancing korban ke lokasi penganiayaan dengan 2 orang wanita bernama Yanti (DPO) bersama tersangka Vina.

Peran kedua wanita tersebut, lanjut dia mengatakan, yakni mengajak janjian korban melalui pesan WhatsApp di Pagelaran Expo di kawasan Stadion Mojosari.

Setelah bertemu, kedua wanita itu membujuk korban untuk mengantarnya pulang.

Selanjutnya di tengah perjalanan, korban dicegat preman dan terjadilah penganiayaan.

"Para tersangka mengeroyok korban dipukuli dan penganiayaan dengan senjata tajam sehingga mengakibatkan luka yang serius pada bagian wajah dan itu menyebabkan cacat seumur hidup," katanya.

Tersangka Ahmad Ali menyimpan dendam kesumat dengan korban sampai membuat rencana untuk menghabisi mahasiswa tersebut.

"Kelima tersangka sudah ditangkap ini dijerat pasal 170 tentang pengeroyokan dengan ancaman hukuman paling lama 10 tahun," kata AKBP Feby DP Hutagalung.

Adapun, barang bukti yang disita berupa dua unit sepeda motor sebagai sarana tersangka, satu buah pedang dan 8 handphone milik para tersangka.

Sesuai pengakuan, tersangka Nurhasan melakukan penganiayaan dengan membacok korban.

"Salah satu tersangka Wiwit alias kucing adalah DPO pelaku perampasan ponsel di wilayah Pacet pada tahun 2017," ujar Kapolres Mojokerto.

Para tersangka sebelumnya sudah merencanakan untuk melakukan pengeroyokan terhadap korban.

Mereka bahkan menggunakan wanita untuk berkenalan dengan korban supaya mau diajak keluar ke lokasi penganiayaan tersebut.

Berdasarkan pengakuan tersangka Vina Octaviani, perannya sebatas mengantar Yanti (DPO) ke Stadion Mojosari untuk bertemu korban.

"Yang WhatsApp (korban) itu teman saya Yanti yang mengajak berkenalan aku cuma diajak mengantarnya," ucap Vina.

Ia mengatakan alasan bersedia mengantarkannya lantaran Yanti dalam kondisi hamil tua.

Setibanya di lokasi, Yanti meminta korban untuk mengantarkannya pulang.

"Sata tidak tahu langsung minta antar pulang lewat sana saya dapat imbalan uang senilai Rp 150 ribu," katanya menandaskan.(*)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved