Jalan-jalan di Benteng Somba Opu, Saksi Bisu Pertempuran Imperium Kerajaan Gowa dan Belanda
Benteng Somba Opu adalah salah satu peninggalan Kerajaan Gowa yang kini menjadi destinasi wisata di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Anita Kusuma Wardana
Perbaikan dan pembangunan terus dilanjutkan hingga Raja XIV Sultan Alauddin bahkan setelah Sultan Hasanuddin memegang tampuk pemerintahan Kerajaan Gowa.
Kala itu, Kota Sumba Opu bertumbuh pesat dan menjadi setrum kekuasaan pemerintah sekaligus salah satu kota niaga yang sangat mashur di Asia Tenggara.
Hingga Benteng Sumba Opu dihancurkan atau dibumihanguskan oleh kompeni Belanda pada tahun 1669 setelah terjadi pertempuran sengit.
Pertempuran sengit itu antara Sultan Hasanuddin dan Belanda dalam perang Makassar.
Kejatuhan Benteng Sumba Opu sekaligus merupakan kehancuran imperium Kerajaan Gowa.
Kondisi Fisik

Kondisi fisik Benteng ini terbentuk empat persegi, sebuah sisinya berukuran panjang kurang lebih 2km dengan tinggi tembok antara 7-8 m.
Ketebalan dinding rata-rata 12 kaki atau 360m diperkuat dengan 4 bastion (selakah).
Selain dijadikan kawasan wisata, tempat ini juga sering digunakan sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan sekolah, universitas hingga berskali provinsi.
Pemerintah telah melengkapi sarana kebutuhan lain seperti bangunan representasi daerah di Sulsel sebagai penunjang kegiatan.
Pantauan Tribun Timur, rumah adat tersebut memiliki masing-masing penjaga atau pengelola.

Misalnya Riswan yang penjaga Rumah Adat Mandar, Riswan mengatakan untuk harga sewa rumah mulai Rp 800 ribu/malam.
"Kalau ada Mandar sendiri Rp 800 ribu/malam," katanya.
Lebih lanjut, Riswan mengatakan kawasan ini ramai dihari libur. Namun tak ada batasan untuk jam berkunjung.
"Hari-hari libur ramai. Kalau batasan berkunjung tidak ada," tambahnya.