Tolak Mandat Pemangku Adat, Tamu Kerajaan Mamuju ‘Ngamuk’ Jelang Ritual Adat
Keributan tersebut terjadi sebelum ritual Massossor Manurung berlangsung. Kala itu, pemandu acara memanggil satu per satu gala'gar pitu.
Penulis: Nurhadi | Editor: Mahyuddin
TRIBUNMMAMUJU.COM - Keluarga pemangku adat membuat keributan sebelum ritual Adat Massossor Manurung (pencucian kris pusaka) La Salaga Kerajaan Mamuju, Sulawesi Barat, berlangsung.
Kegiatan tersebut dipusatkan di rumah adat Jl KS Tubun, Kelurahan Rimuku, Selasa (17/12).
Aksi sejumlah pria berpakaian adat itu memprotes pemberian mandat kepada Muhammad Thamrin Endeng selaku pemangku Adat atau gala'gar pitu untuk naik di atas panggung, duduk bersama raja mengikuti prosesi adat.
Keributan tersebut terjadi sebelum ritual Massossor Manurung berlangsung.
Kala itu, pemandu acara memanggil satu per satu gala'gar pitu.
Tiba-tiba beberapa orang berpakaian Adat naik ke atas panggung dan berteriak-teriak.
• VIDEO: Detik-detik Kericuhan Jelang Ritual Ada Massossor Manurung Kerajaan Mamuju
• VIDEO: Tradisi Berebut Air Bekas Cucian Keris Pusaka Kerajaan Mamuju
• VIDEO: Raja se Nusantara Diarak Menggunakan Delman Menuju Rumah Adat Mamuju
Aksi sejumlah pria itu pun membuat tamu yang duduk di depan panggung berdiri.
Mereka yang memicu keributan beranggapan keluarga mereka lebih berhak mendapat mandat sebagai Pue To Kasiwa untuk dipersilakan turut dalam prosesi ritual Adat daripada Muhammad Thamrin Endeng.
Karena protes itu, Muhammad Thamrin Endeng tak naik ke atas panggung mengikuti prosesi adat bersama para pemangku Adat lainnya.
Ia memilih tetap duduk di bawah tenda bersama para tamu lainnya karena mendapat penolakan keras.
Meski sempat ribut, ritual adat Massossor Manurung yang digelar dua tahun sekali itu tetap berlangsung aman dan tertib hingga selesai.
Ritual ada Massossor Manurung merupakan rangkaian Festival Maradika Mamuju 2019.
Wakil Bupati Mamuju H Irwan SP Pababari selaku ketua panitia Festival Mararika Mamuju 2019 mengatakan, insiden tersebut terjadi karena kesalahan panitia.
"Akan diselesaikan oleh pihak kerajaan. Itu karena hanya ada miskomunikasi antara para keluarga pemangku adat," ujarnya.
Meski begitu Irwan bersyukur proses ritual adat tetap berjalan lancar. Setiap tahapan proses sudah berjalan dengan baik.
• Ada Beasiswa Pemerintah Jepang untuk Guru Indonesia, Pelatihan Gratis di Negeri Sakura, Yuk Daftar
• PSM Cari Pelatih Baru, Apa Saran Syamsuddin Umar? Ini 4 Nama Masuk Radar! Begini Kapasitas Mereka?
• Sempat Gagal Menikah, 7 Artis Cantik Ini Akhirnya Punya Pasangan Baru dan Bahagia, Ada Donna Agnesia
Maradika Mamuju H Andi Maksum Djalaluddin Ammana Inda menyebut mereka yang ribut tidak paham persoalan kerajaan.
Anggota gala'gar pitu yang terdiri dari Bali Gau, Pue To Pepa, Pue Ballung, Pue To Kasiwa, Pue To Bone-bone, Pa'bicara dan Kadhi bukan jabatan warisan.
"Semua keturunan adat boleh saja saya angkat sebagai anggota gala'gar pitu karena itu hak saya sebagai raja. Tapi mereka tidak mengerti, rupa mereka hanya berpatokan karena neneknya pernah jadi Pue To Kasiwa lalu dia juga mau jadi Pue To Kasiwa. Tapi bukan begitu caranya," ucap Pue Maksum.
Ia berjanji akan memperbaiki perselisihan itu dengan mengadakan pertemuan melibatkan seluruh gala'gar pitu setelah acara selesai dengan baik.
"Kalau dulu sebenarnya ini dianggap pelecehan terhadap raja. Sama halnya melempar kotoran di muka raja. Ini sangat dilarang. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi," tuturnya.
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
Didamaikan di Hadapan Kapolda
Kapolda Sulbar Brigjen Pol Baharudin Djafar turut terlibat dalam mediasi keluarga pemangku adat yang ribut jelang pelaksanaan ritual Massosor Manurung (pencucian kris pusaka) Kerajaan Mamuju.
Media yang berlangsung di musala Kantor Kementerian Agama Mamuju itu berlangsung setelah ritual adat selesai.
Keluarga Kerajaan Mamuju diwakili Putra Mahkota Andi Bau Akram dan Andi Bachtiar Pue Dolla, Andi Iswandi Pue Dolla dan Damris Tokoh Pitu Uluna Sallu.
"Masing-masing pihak memohon maaf dan tidak ada niat untuk mengganggu Festival Maradika, namun hanya karena masalah miskomunikasi di antara panitia dan keluarga kerajaan," kata Kabid Humas Hj Mashura.
Brigjen Pol Baharudin Djafar meyakini duduk bersama akan membuat situasi semakin baik di masa depan.(tribunmamuju.com)
