Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pendiri Palem Enrekang

TRIBUNWIKI: Sudah Daki Gunung Latimojong Lebih 50 Kali, Ini Profil Pendiri Palem Enrekang

Menurut Darwin, berpetualang bukan lagi menjadi sekedar hobbi, tapi sudah jadi kebutuhan baginya.

Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Syamsul Bahri
zoom-inlihat foto TRIBUNWIKI: Sudah Daki Gunung Latimojong Lebih 50 Kali, Ini Profil Pendiri Palem Enrekang
Darwin
Pecinta alam asal Kalimbua, Desa Bontongan Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Darwin (42).

Hal itu wajar, lantaran Gunung Latimojong memang sangat dekat dengan kediamannya di Dusun Kalimbua, Desa Bontongan, Kecamatan Baraka.

Apalagi, selain untuk mendaki sendiri dirinya juga kerap menjadi porter atau guide bagi para pendaki lain yang ingin mendaki gunung tersebut.

"Kalau Puncak Latimojong saya tak ingat pastinya, yang jelas sudah lebih dari 50 kali. Karena terakhir saya hitung saat pendakian ke -50," ujar pria berambut gondrong itu.

Selain aktif mendaki, Pendiri Palem (Petualangan, Konservasi, Literasi Massenrempulu) ini, juga kerap melakukan susur gua.

Tercatat ada beberapa gua yang telah ayah dua anak ini susuri. Bahkan, gua di Negeri Kanguru Australia pun pernah Ia susuri.

Selain susur gua, Alumni SMT Pertanian Sidrap ini juga kerap berarum jeram menyusuri beberapa sungai seperti Sungai Elo Magelang, Sungai Ubud Bali, Sungai Walenrang Luwu dan lainnya.

Tak hanya itu, olahraga panjat tebing pun sering Ia lakukan dan menalukkan tebing Parandok Yogyakarta dan berbagai tebing lainnya juga sudah didakinya.

Sebagai orang yang cinta petualangan, Darwin juga pernah terlibat dalam operasi penyelamatan pendaki yang tersesat dan trouble saat pendakian.

Meski telah menaklukkan beberapa gunung, masih ada gunung impian yang paling ingin Ia daki, namun sampai sekrang belum tercapai.

Gunung itu adalah Gunung Kerinci di Pulau Sumatera, karena Ia ingin rasakan sensasi berada di puncak Gunung Kerinci yang merupakan puncak gunung api tertinggi di Indonesia.

Di Hari Gunung Internasional 11 Desember 2019 ini, lelaki yang kerap disapa Wiwin ini berharap setiap pendaki mampu memposisikan gunung seperti apa adanya.

Jangan merusaknya dengan melakukan aktivitas yang mencemari dan merusak alam di gunung.

Menurut Wiwin, alam ini sebenarnya adalah ibu, yang berarti dari sanalah kemudian mengalir sumber kehidupan seperti air, sandang, pangan, dan papan.

Maka dari itu, alam harus dilestarikan dan menjaganya sama seperti menjaga ibu kandung sendiri.

"Gunung itu bersih, maka biarkanlah dia bersih. Gunung itu sejuk, maka biarkanlah teyap sejuk. Gunung itu megah maka biarkanlah tetap megah," tuturnya.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved