Polda Sulsel Bantah Salah Tangkap, Bandingkan dengan Pengakuan Korban

Saat anaknya tiba bersama seorang pria diduga polisi tersebut, rumah Asma digeledah dengan alasan mencari barang bukti.

Seusai penggeledahan, Salam kata Asma kembali dibawa oleh pria misterius itu.

Rupanya, kata Asma anaknya dibawa ke Mapolsek Rappocini.

"Saya ikut, ternyata dibawa ke Polsek Rappocini sama itu orang," ungkap Asma.

Dua hari setelah Asma mengetahui anaknya diamankan di Mapolsek Rappocini, kata Asma, Salam dilarikan ke RS Bhayangkara untuk menjalani perawatan, tepatnya 20 Oktober.

"Dibawa ke Bhayangkara karena pendarahan teruski (kemaluannya) kasihan, katanya disetrum itunya (kemaluannya," terang Asma.

Hal senada diungkap Salam. Pria 21 tahun yang sementara terbaring di atas kasur itu mengaku dijemput empat orang yang mobil hitam.

Di dalam mobil, kata Salam, matanya ditutup menggunakan lakban lalu diajak keliking kota.

Saat perjalanan, Salam mengaku dengan cara dianiaya.

"Pertama napukul itu di pipi, lalu ini (ulu hati), terus nabawama keliling-keliling. Saya tidak tahu kemana karena na lakbanki mataku," ujar Salam dengan nada lemas.

Tidak sampai disitu, Salam mengaku kembali mendapat siksaan saat diturungkan di mobil.

"Sudah otu dikasih turungka di mobil baru disiksaka lagi, saya tidak tahu (lokasinya) karena dilakban mataku, tapi kayaknya itu di daerah Pettarani," ujarnya.

Sambil disiksa, kata Salam, dirinya diminta untuk mengaku melakukan pencurian ponsel. Namun, ia yang merasa tidak melakukan pencurian, kukuh menolak mengakui tuduhan tersebut.

"Disuruhkan mengaku, bilang berapa kalimako lakukan pencurian. Jadi bilangka, pak seumur hidupku tidak pernahkan saya lakukan pencurian kodong," ungkap Salam.

Tidak hanya penyiksaan menggunakan tangan kosong. Salam mengaku mendapat penyiksaan dengan strum listrik pada buah zakar kemaluannya.