Benarkah Ajaran Tomanurung Palipada Sesuai dengan Islam? Berikut penjelasan Pakar dan Ahli
Bedah buku diadakan di Hotel Golden Tulip Essential, Jl Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (19/11/2019).
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Dinas Perpustakaan Kota Makassar menggelar bedah buku Implementasi Ajaran Tomanurung Puang Palipada dalam Perspektif Budaya Lokal Bugis-Makassar.
Bedah buku diadakan di Hotel Golden Tulip Essential, Jl Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (19/11/2019).
Hadir langsung penulis buku Andi Ibrahim dan pembedah Halilintar Lathief.
Karya Andi Ibrahim menjadi salah satu konten lokal perpustakaan Kota Makassar.
• Pernah Dinonjobkan Danny Pomanto, M Sabri Kini Dapat Dua Jabatan Strategis di Pemkot Makassar
• Enam Tempat Jualan Pisang Ijo Enak di Makassar
Buku ini setebal 198 halaman, berisi salah satu ajaran nenek moyang Tomanurung Puang Palipada.
Ajaran tersebut bernilai positif dari segi akhlak dan moral berhubungan dengan nilai-nilai Islam.
"Saya melihat fenomena sosial, banyak masyarakat yang sudah lupa dengan budaya di masa lalu," kata Andi Ibrahim.
Menurutnya, Puang Palipada adalah salah satu Tomanurung.
Sehingga, berbicara To Manurung maka berarti orang yang muncul.
"Tomanurung itu berasal dari langit sebagai generasi pertama, Batara guru generasi kedua, dan generasi ketiga Batara Lattu," katanya.
Menurutnya, Batara Lattu adalah anak Batara Guru yang menikah dengan anak Tomanurung.
Tomanurung Puang Palipada mendapatkan dukungan dari masyarakat untuk menjadi pemimpin.
"Nah, dari situ Puang Palipada meminta adanya kontrak sosial, nah masyarakat pun menari Tari Pa'jaga," katanya.
Tomanurung itu berada di Enrekang.
Sehingga, ketika ada Tari Pa'jaga maka bisa serumpun dengan Puang Palipada.
Dalam ajaran Tomanurung, sangat sesuai dengan ajaran Islam.
Sehingga ketika penyebaran Islam di Kabupaten Enrekang, sangat muda diterima oleh kalangan masyarakat dan Arung.
Masyarakat Enrekang lebih dikenal dengan masyarakat Masserempulu termasuk suku Bugis dengan tiga bahasa yaitu, bahasa Duri, Enrekang dan Maiwa.
Ketika memimpin, Tomanurung meminta kesediaan masyarakat untuk memenuhi syarat Pantangan dan Pemali.
Konsep kepercayaan terhadap Tomanurung sangat penting dan berpengaruh dalam kajian Islamisasi, kepercayaan raja yang merupakan keturunan Tomanurung sebagai personifikasi dewa di bumi.
"Ajaran Tomanurung adalah ajaran universal, bisa diterima oleh agama apapun," katanya.
Sementara itu, Halilintar Lathief mengatakan, perlu ada perbandingan ajaran Puang Palipada dari Enrekang dengan Bugis, Makassar dan Pendidikan Islam.
"Saya selalu membedakan antara Bugis dan Makassar, secara budaya Bugis Makassar beda, bahasanya beda, dan adatnya beda," katanya.
Menurutnya, ajaran Tomanurung adalah cita-cita hidup. Tapi, ajaran Bugis adalah tahu Malebbi.
"Dalam Bugis, adalah ajaran tutur kata mulia dan sikap anggun, kalau di Makassar adalah Kasannangan Pa'mae (kesenangan hidup), misalnya orang Makassar berpikir untuk apa mencari harta kalau tidak membuat senang," katanya.
Halilintar pun bertanya, suku Enrekang ini masuk dalam Bugis atau Makassar.
"Kenapa harus malu-malu untuk mengakui, Enrekang ini adalah suku di luar Bugis dan Makassar," katanya.
Selanjutnya, Halilintar membahas tentang Tomanurung founding father kerajaan.
"Tomanurung itu artinya dari atas, bukan dari langit, tapi dia mempunyai berbagai kelebihan. Ketika Tomanurung jadi raja maka apapun agamanya maka menjadi agama rakyat. Sehingga, ketika raja beragama Islam maka semua masyarakat ikut," katanya.
Ajaran Tomanurung yang dihubungkan dengan perspektif Islam;
*Jangan engkau mengambil milik orang lain (Jangan mencuri)
*Jangan simpan dalam jari segala niat yang menghendaki orang lain mendapat kecelakaan. (Jangan dendam)
*Janganlah mengumpat dirimu sedang rezeki orang lain banyak (larangan iri hati)
*Jangan berniat jahat terhadap orang yang murah rezeki kalau dirimu sendiri kurang rejeki (jangan Hasad)
*Jangan engkau mengatakan tidak ada kalau ada orang yang meminta milikmu sedang orang yang meminta itu pantas engkau beri. (jujur/sedekah)
*Jangan engkau mengatakan ada kalau barang itu tidak ada pada dirimu (Jujur).
Ajaran tentang Tabu/Pemali
*Jangan mengungkapkan kata yang tidak wajar kepada orang lain, umpamanya manusia anjing atau manusia babi (jadilah lemah lembut).
*Jangan mungkit janjimu terhadap orang lain (Jadilah amanah).
*Jangan niatkan dalam hati untuk menginginkan orang lain mendapat kesulitan. (Berbesar Hatilah).
*Jangan engkau berbuat yang tidak sopan terhadap kedua orang tuamu seperti ayah ibumu dan kakakmu, demikian pula terhadap orang lain. (Berbaktilah). (*)
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur: